16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Dampak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik negatif maupun positif.
1
Bimbingan mental spiritual merupakan salah satu layanan sosial terhadap warga binaan sosial
WBS yang ada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger. Dengan bimbingan mental spiritual ini diharapkan bisa memberikan dampak positif
terhadap warga binaan sosial WBS terutama terhadap keberagamaannya, dengan keberagamaan yang kuat warga binaan sosial WBS dapat
menjalankan kehidupannya secara normal dan tidak kembali hidup di jalanan.
B. Bimbingan Mental Spiritual
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan dalam kamus besar adalah petunjuk, penjelasan, atau tuntunan cara mengerjakan sesuatu.
2
Secara etimologi, kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris
“guidance” yang berarti: “menunjukkan, memberi jalan, menuntun, membimbing, membantu, mengarahkan, pedoman dan
petunjuk.” Kata dasar atau kata kerja dari “guidance” adalah “to guide”, yang artinya “menunjukkan, menuntun, mempedomani, menjadi peetunjuk
1
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Jakarta: Balai Pustaka, 2007, h. 234.
2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1994, cet. Ke-2, h. 580.
jalan dan mengemudikan.” Dan yang paling umum digunakan adalah pengertian memberikan bimbingan, bantuan dan arahan.
3
Menurut Arthur J. Jones, seperti dikutip oleh DR. Tohari Musnamar
1985 : 4
“Bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal membuat pilihan-pilihan, penyesuaian
diri dan pemecahan problem-problem. Tujuan bimbingan ialah membantu orang tersebut untuk tumbuh dalam hal kemandirian dan
kemampuan bertanggung jawab bagi dirinya sendiri.
” DR. Moh Surya 1986 : 6 mengemukakan definisi bimbingan
sebagai berikut : “Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus
menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri,
pengerahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungan.
” Dari definisi yang dikutip di atas dapat diambil beberapa prinsip
sebagai berikut: 1.
Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus
menerus dan terarah kepada tujuan tertentu. 2.
Bimbingan merupakan proses membantu individu. Dengan menggunakan kata “membantu” berarti dalam kegiatan bimbingan
tidak terdapat adanya unsur paksaan. 3.
Bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya dalam proses perkembangannya. Artinya proses bimbingan ini memberikan
3
Prof. H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama Jakarta: Golden Trayon Press, 1994, cet. Ke-5, h. 1.
bantuannya kepada setiap individu, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua.
4. Bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan bertujuan agar
individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
5. Yang menjadi sasaran bimbingan adalah agar individu dapat mencapai
kemandirian yakni tercapainya perkembangan yang optimal dan dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
6. Untuk mencapai tujuan bimbingan sebagaimana dikemukakan di atas,
digunakan pendekatan pribadi atau kelompok dengan memanfaatkan berbagai teknik dan media bimbingan.
7. Layanan bimbingan dengan menggunakan berbagai macam media dan
teknik tersebut dilaksanakan dalam suasana asuhan yang normatif. 8.
Untuk melaksanakan kegiatan bimbingan diperlukan adanya personil- personil yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam
bidang bimbingan.
4
Berdasarkan definisi bimbingan yang telah dikemukakan para ahli di atas serta prinsip-prinsip yang terkandung di dalam pengertian bimbingan
maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah usaha membantu orang lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang
dimilikinya. Sehingga dengan potensi itu ia akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan
cara memahami dirinya, maupun mengambil keputusan untuk hidupnya,
4
Dra. Hallen A, Bimbingan dan Konseling Jakarta: Ciputat Pers , 2002 , h. 3-9.
maka dengan itu ia akan dapat mewujudkan kemandirian diri, kehidupan yang lebih baik, dengan demikian individu dapat bermanfaat baik bagi
dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya. Adapun secara umum tujuan bimbingan adalah membantu individu
mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Tujuan secara khusus sebagai
berikut: a.
Membantu individu agar tidak menghadapi masalah. b.
Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi. c.
Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi
lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
5
Fungsi bimbingan adalah sebagai berikut: a.
Pemahaman, yaitu membantu individu mengembangkan potensi
dirinya secara optimal.
b. Preventif, yaitu mencegah klien agar tidak melakukan perbuatan yang
bisa merugikan dan membahayakan dirinya.
c. Pengembangan, yaitu menciptakan situasi belajar yang kondusif dan
memfasilitasi perkembangan klien.
d. Perbaikanpenyembuhan, yaitu memberikan bantuan pada klien yang
sedang mengalami masalah, baik yang berkaitan dengan pribadinya,
sosial, belajar, maupun karirnya.
5
Aunur Rahman Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam Yogyakarta: UII Press, 2001, cet ke-2, h. 35.
e. Penyaluran, yaitu membantu klien agar mengembangkan potensi
dirinya sesuai dengan kemampuan pada bidang dan keahlian yang
dimilikinya.
f. Adaptasi, yaitu membantu klien agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan, orang lain, tempat pendidikannya dan dimana ia tinggal.
g. Penyesuaian, yaitu membantu klien agar dapat menyesuaikan diri
dimanapun ia tinggal dan berada.
6
Metode-metode yang biasa digunakan dalam bimbingan adalah sebagi berikut:
a. Wawancara, yaitu cara atau teknik yang digunakan untuk mengetahui
mengenai fakta-fakta mental atau kejiwaan psikis yang ada pada diri yang dibimbing dengan cara tanya jawab secara face to face.
b. Observasi, yaitu cara atau teknik yang digunakan untuk mengamati
secara langsung sikap dan perilaku yang tampak pada saat-saat tertentu, yang muncul sebagai pengaruh dari kondisi mental atau
kejiwaannya. c.
Tes kuisioner, yaitu merupakan serangkaian pertanyaan yang disiapkan beberapa alternatif jawaban pilihan. Metode ini untuk
mengetahui fakta dan fenomena kejiwaan yang tidak bisa diperoleh melalui wawancara dan observasi.
d. Bimbingan kelompok Group Guidance, yaitu: teknik bimbingan
melalui kegiatan bersama kelompok, seperti kegiatan diskusi, ceramah, seminar dan sebagainya.
6
Dr. Syamsu Yusuf dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, cet. Ke-2, h. 7.
e. Psikoanalisis analisa kejiwaaan, yaitu teknik yang digunakan untuk
memberikan penilaian terhadap peristiwa dan pengalaman kejiwaan yang pernah dialami anak bimbingan. Misalnya perasaan takut dan
tertekan. f.
Non direktif teknik tidak mengarahkan, dalam teknik ini mengaktifkan klien dalam mengungkapkan dan memecahkan masalah
dirinya. g.
Direktif bersifat mengarahkan, teknik ini dapat digunakan bagi klien bimbingan dalam proses belajar.
h. Rasional-Emotif, dalam bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi
pikiran-pikiran yang tidak logis yang disebabkan dorongan emosi yang tidak stabil.
i. Bimbingan klinikal, yaitu dengan berorientasi pada kemampuan
personal secara keseluruhan baik jasmani maupun rohani.
7
Selain metode yang diuraikan di atas, dalam perspektif Al-Quran ada metode yang biasa dilakukan, yaitu: bil-hikmah, bil-mauidzah hasanah
dan bil-mujadalah. Seperti firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
7
Drs. M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhuan Konseling Islam Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 122-133.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk. ”
8
Ayat tersebut menjelaskan bahwa mengajak atau membimbing manusia kepada jalan Allah, hendaknya disesuaikan dengan kondisi orang
yang dibimbing atau diajak, karena daya tangkap atau respon seseorang terhadap ajaran yang disampaikan banyak dipengaruhi oleh realitas
kehidupan dan karakteristik diri pribadinya. a.
Metode “bil-hikmah”, metode ini digunakan dalam menghadapi orang-orang terpelajar, intelek, dan memiliki tingkat rasional yang
tinggi, yang kurang yakin akan kebenaran ajaran agama. b.
Metode “bil mujadalah”, perdebatan yang digunakan untuk menunjukkan dan membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan
menggunakan dalil-dalil Allah yang rasional. c.
Metode “bil mauidzah”, dengan menunjukkan contoh yang benar dan tepat, agar yang dibimbing dapat mengikuti dan menangkap dari apa
yang diterimanya secara logika dan penjelasan akan teori yang masih baku.
9
2. Pengertian Mental