Bimbingan Rohani Islam melalui Metode Do’a dan Dzikir Bagi Penderita Stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung

(1)

BIMBINGAN ROHANI ISLAM MELALU

I METODE DO’A

DAN DZIKIR BAGI PENDERITA STRES DI PANTI SOSIAL

BINA INSAN BANGUN DAYA 2 CIPAYUNG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun Oleh :

Elva Ristiawan

1110052000030

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/ 2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK Elva Ristiawan 1110052000030

Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a danDzikir Bagi Penderita Stres

di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung. Dibawah Bimbingan M. Jufri Halim, M.Si

Penelitian ini merupakan penelitian Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a dan Dzikir bagi penderita stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung. Panti Sosial ini merupakan suatu panti yang tidak secara khusus membantu penyembuhan bagi penderita stres, akan tetapi panti ini merupakan tempat penampungan dan pelayanan sementara bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) hasil penertiban dan penjangkauan sosial. Hal ini bukan berarti para PMKS atau Warga Binaan Sosial (WBS) yang ada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 tidak memperoleh bimbingan apa-apa, justru sambil menunggu mereka dipindahkan ke panti-panti yang lain sesuai dengan status PMKS yang sudah diklasifikasikan, mereka akan disalurkan atau dirujuk ke panti-panti terkait. Bimbingan ini dilakukan agar memperoleh pengetahuan atau arahan sementara minimal 3 bulan dan maksimal 6 bulan, adapun macam-macam bimbingan yang diberikan salah satu diantaranya: Bimbingan mental dan spiritual, termasuk didalamnya terdapat Bimbingan Rohani Islam Do’a danDzikir.

Selain itu pada penelitian ini akan dibahas mengenai Warga Binaan Sosial yang mengalami stres yang ringan dan sedang, gejala dari stres ini masih dalam tahapan yang masih bisa diatasi dengan mudah, selain itu orang yang sedang mengalami stres ini masih bisa untuk di ajak berkomunikasi. Subjek dari penelitian ini ialah Warga Binaan Sosial dan Pembimbing Rohani Islam dalam melakukan bimbingan do’a dan dzikir. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan desain deskriftif, yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi.

Adapun penelitian ini ialah ingin mengetahui apakah dengan metode do’a dan dzikir bagi Warga Binaan Sosial yang mengalami stres dapat menjadi landasan mereka untuk kembali sehat baik lahiriah ataupun bathiniah, dengan metode do’a dzikir yang diberikan kepada Warga Binaan Sosial khususnya yang mengalami stres dapat membuat hati mereka menjadi tenang, lebih nyaman, lebih dekat dengan Allah SWT, sehingga warga binaan dapat mengendalikan diri dari tekanan, permasalahan, juga tuntutan hidup yang membebaninya, sehingga mereka bisa beraktifitas seperti biasa lagi, bisa lebih ikhlas dalam setiap menjalani kehidupan, dan bahkan mereka bisa lebih relax dari sebelumnya.


(6)

ii

MOTTO

Hormati stres dalam hidup anda, gunakan kekuatan dari kesedihan dan

kegalauan anda untuk menjadikan diri anda lebih disukai, lebih diterima,

lebih dipercaya, oleh lingkungan. Jadilah pribadi yang lebih dipercaya,

lalu perhatikan apa yang terjadi

(Mario Teguh)















Artinya : Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, juga pada umatnya hingga akhir zaman. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada program pendidikan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Proses penyusunan skripsi ini, tentu saja banyak sekali hambatan dan tantangan, berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan dan dukungan yang bersifat material maupun non material. Oleh karena itu dengan kesempatan ini penulis dengan senang hati ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada terhingga, terutama kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Arief Subhan, M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed sebagai Wadek 1, Drs. Jumroni, M.Si sebagai Wadek II, dan Dr. H. Sunandar, M.A sebagai Wadek III. 2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam, terlebih sebagai dosen yang sangat berarti bagi penulis, penulis ucapkan terimakasih atas semua kebaikan, bimbingan,


(8)

iv

perhatian, bantuan dan kasih sayangnya selama penulis tinggal di Jakarta.

3. Drs. Sugiharto, M.A sebagai Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

4. M. Jufri Halim, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang dengan tulus dan ikhlas membimbing penulis dalam keadaan dan situasi apapun, yang selalu memberi semangat, dan motivasi selama penulis menyusun skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikan, semoga ilmunya selalu bermanfaat.

6. Purwono, S.H, M.Si sebagai kepala Panti. Abdul Khair, S.Ag, M.Si sebagai Ka. Subag/ Ka. Sie. R. Yuli Purwita, S.Sos. M.Si, Supriyono, SE. M.Kurniawan S.Sos sebagai Staf Bimbingan dan Penyaluran, juga seluruh pihak yang terkait di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung, terimakasih telah membantu saya dalam penyusunan skripsi ini.

7. Untuk kedua orang tua (Wawan Setiawan S.E dan Suyanti) terimakasih atas perhatian, pengorbanan, dan kasih sayangnya dalam memberikan semangat kepada penulis.

8. Untuk kedua adikku (Firli Intan Sari Shalehah dan Jihan Athifah) terimakasi telah menjadi adik yang terbaik untuk kakak, yang selalu


(9)

v

memberi kakak senyum, semangat juga berbagi keceriaan dikala sedang jenuh.

9. Untuk Abdul Rasyid terimakasih atas segala bantuan dan perhatiannya selama penulis tinggal di tanah rantau ini.

10.Terimakasih untuk keluarga besar Majelis Ta’lim dan Dzikir Al-Usroh dan keluarga besar penulis di Bandung.

11.Untuk sahabat juga teman-teman: Ria juairiyah, Nur Janah, Siti Choirunnisa, Siti Nurlaila, Haula Sofiana, Siti Rif’ah, Indah Mulyaningsih, dan seluruh teman- teman BPI yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatunya. Terimakasih atas semua perhatian, bimbingan, dan semangatnya selama ini kepada penulis.

Terakhir penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, atas perhatian, bimbingan, juga semangatnya kepada penulis untuk terus berjuang dalam menuntut ilmu, semoga kita selalu ada dalam lindungan Allah SWT, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amiin .

Jakarta, September 2014

(Elva Ristiawan) 1110052000030


(10)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

MOTTO ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Sistematika Penulisan... 11

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Pengertian Bimbingan Rohani Islam 1. Pengertian Bimbingan ... 15

2. Pengertian Rohani Islam... 17


(11)

v B. Pengertian Stres

1. Pengertian Stres ... 20

2. Penyebab Stres... 23

3. Tingkatan Stres ... 26

4. Tahapan Stres ... 27

5. Respon Individu Terhadap Stres ... 32

6. Reaksi Tubuh Terhadap Stres... 33

7. Cara Menghilangkan Stres ... 35

C. Pengertian Metode Do’a dan Dzikir 1. Pengertian Metode ... 36

2. Pengertian Do’a... 37

3. Pengertian Dzikir ... 41

4. Manfaatdo’a dan Dzikir... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 49

B. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data... 50

1. Metode Observasi ... 51

2. Metode Interview (Wawancara) ... 51

3. Dokumentasi ... 52

4. Waktu dan Tempat Penelitian... 52

5. Subjek dan Objek Penelitian... 53

6. Teknik Analisis Data ... 54


(12)

vi

BAB IV ANALISIS DAN PROFIL LEMBAGA A. Gambaran Profil Lembaga

1. Kedudukan ... 55

2. Sejarah Singkat Panti ... 55

3. Visi dan Misi... 57

4. Susunan Organisasi... 57

5. Tugas Pokok dan Fungsi... 59

6. Tujuan dan Saran ... 60

7. Asal Warga Binaan Sosial ... 61

8. Pembinaan... 61

9. Tahap Pembinaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Panti ... 66

10. Persyaratan pengambilan Warga Binaan oleh keluarga... 67

11. Kondisi Panti Sosial dan Sarana Prasarana ... 67

12. Kondisi Sumber Daya Manusia... 69

13. Program Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ... 69

B. Pengungkapan dan Penjelasan Data 1. Identitas Informan Pembimbing ... 72

2. Identitas Informan WBS ... 73

3. Analisis Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a dan Dzikir Bagi Penderita Stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2... 81


(13)

vii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 97 B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA... 101


(14)

viii

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1. Perubahan individu terhadap stres... 32

2. Sarana dan Prasarana Panti... 68

3. Kondisi SDM Panti ... 69


(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1. Tahap mendekatkan diri kepada Allah SWT... 47 2. Susunan Organisasi Panti ... 57 3. Tahap Pembinaan PMKS Panti ... 66


(16)

iix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi 2. Persetujuan Proposal Skripsi

3. Surat Izin Penelitian/ Wawancara

4. Surat Keterangan Penelitian Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 5. Hasil Wawancara


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejumlah masalah kehidupan yang dihadapi masyarakat sungguh sangat beragam, antara lain masalah perekonomian, pendidikan, sosial, kesehatan, dan lain sebagainya, baik itu dengan sesama teman, orang tua, pasangan, atau bahkan keluarga yang dekat dengan kita. Masalah merupakan bagian dari hidup dan tidak ada seorang pun yang dapat lari dari masalah. Khususnya permasalahan yang hampir melanda di seluruh wilayah Indonesia terutama di kota-kota besar termasuk di DKI Jakarta, salah satu masalah yang paling besar dan perlu mendapatkan perhatian yang khusus adalah tingginya angka Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Indonesia. Penyandang masalah kesejahteraan sosial adalah individu, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan hidup baik jasmani, rohani, dan sosialnya secara memadai dan wajar.1 Bukan hanya itu kini gaya hidup dan persaingan hidup semakin meningkat tinggi, semua ini dikarenakan tuntutan pemenuhan kebutuhan yang harus terpenuhi. Apapun yang terjadi dari semua permasalahan ini, mereka adalah warga negara yang harus mendapatkan perlindungan dari negara, dalam hal ini Kementrian Sosial sebagai instansi yang bertanggung jawab dalam

11

Kementrian Sosial RI,Buku Panduan pengumpulan dan pengolahan data Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Serta Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), (Jakarta: Pusat data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2002), h.4


(18)

2

penanganan masalah-masalah kesejahteraan sosial, perlu memiliki kebijakan dan program pelayanan yang jelas mengenai masalah ini.2

Berdasarkan fenomena yang ada dengan semua permasalahan ini angka stres kepada para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial akan sangat tinggi yang dapat menimbulkan kegelisahan dan ketidaktentraman pada masyarakat sehingga dapat mengakibatkan beban psikologis yang nantinya akan terjadi konflik atau pertentangan, sehingga akan terjadinya ketidaktenangan pada jiwa mereka. Dengan adanya keadaan yang seperti ini maka munculah permasalahan mental termasuk stres, atau gangguan mental lainnya sehingga akan terjadi ketidakberdayaan, putus asa, sehingga dapat mengurangi kualitas hidup seseorang.

Stres akan terus menghampiri, ketegangan, kesulitan, kebingungan, kekhawatiran, kecemasan, ketakutan hidup yang diakibatkan dari berbagai tuntutan tersebut akan sangat sulit untuk terpecahkan jika seseorang tidak mampu untuk mengatasi stres yang sedang dihadapinya, sehingga menuntut mereka untuk dapat bisa mengatasi permasalahan tersebut. Hambatan dari kesulitan tersebut dapat berupa kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan, keterasingan dan akibat dari bencana alam ataupun bencana sosial.3

Segala macam bentuk stres pada dasarnya disebabkan oleh kekurangan pengertian manusia akan keterbatasannya sendiri ketidakmampuan untuk melawan keterbatasan inilah yang akan 2

Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, Panduan Praktis Pendampingan Dalam

Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis,(Jakarta, Kementrian Sosial RI, 2011), h.1

3

Kementrian Sosial RI,Buku Panduan pengumpulan dan pengolahan data Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Serta Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), (Jakarta: Pusat data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2002), h 5-7


(19)

3

menimbulkan frustasi, konflik, gelisah dan rasa bersalah yang merupakan tipe-tipe dasar dari stres.4

Penyebab stres tersebut adalah kenyataan–kenyataan hidup yang dianggap sulit dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, hal ini akan terjadi jika seseorang tidak diimbangi dengan daya tahan mental yang tangguh dan spiritual (keimanan yang kuat), iman yang lemah sangat rentan mengalami stres, dengan kekuatan iman dan ketakwaan pasti akan menghasilkan daya tahan mental yang kokoh dan kuat dalam menghadapi segala permasalahan kehidupan.

Menurut Zakiah Darajat seseorang yang diserang penyakit jiwa biasanya kepribadiannya terganggu, dan selanjutnya menyebabkan kurang menyesuaikan diri dengan wajar dan tidak sanggup memahami problem hidupnya. Seringkali orang yang sakit jiwanya tidak merasa bahwa ia sakit, akan tetapi sebaliknya ia menganggap dirinnya normal saja, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain.5

Tidak semua orang mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut yang pada gilirannya dapat menimbulkan ketegangan atau stres pada dirinnya. Bagaimanakah agama memandang hal ini? Menurut Dadang Hawari, manusia adalah makhluk fitrah (berke-Tuhanan) dan karenanya memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar spiritual. Seseorang yang beragama hendaknya jangan sekedar formalitas belaka, tetapi yang lebih utama mampu menghayati dan mengamalkan keyakinan agama itu, sehingga ia memperoleh kekuatan dan ketenangan

4

Rasmun,Stres, Koping dan Adaptasi, (Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 2.

5


(20)

4

dari padanya. Berbagai penelitian membuktikan bahwa tingkat keimanan seseorang erat hubungannya dengan imunitas atau kekebalan baik fisik maupun mental.6 Stres merupakan faktor sebab akibat dari suatu penyakit, sehingga taraf dari kesehatan fisik dan kesehatan jiwa dari orang yang bersangkutan menurun karenannya dan pada klimaknya timbul psikotik atau gangguan kejiwaan. Menurut paham kesehatan jiwa, seseorang dikatakan sakit apabila ia tidak lagi mampu berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari, karena seseorang yang mengalami stres akan terganggu fungsi kehidupannya sehari-hari.7

Kini dapat dilihat bahwa Para Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) yang kini semakin marak dan meningkat, membuat para pemerintah sosial yang bertanggung jawab untuk menangani masalah itu akan semakin kewalahan, sehingga akan semakin banyak Warga Binaan Sosial yang tinggal di Panti untuk mendapatkan bimbingan secara khusus dan sementara selama 3 atau 6 bulan sesuai kondisi warga binaan tersebut, guna untuk mengurangi jumlah para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di jalanan. Jalanan merupakan tempat yang sangat besar untuk menjadi pemicu munculnya penyakit jiwa termasuk stres, mulai dari terjadinya macet, cuaca yang seiring berganti, tempat yang kurang memadai untuk beristirahat, para pelaku kejahatan yang semakin banyak, dan lain sebaganya. Hal ini menjadi motivasi untuk para pembimbing rohani dalam upaya membantu penyembuhan para penderita stress, salah

6

Dadang Hawari, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, (Jakarta: Gaya Baru, 2001),

h.126.

7Dadang Hawari, Al Qur’an

: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996), cet. Ke - 11, h. 2.


(21)

5

satunya yakni dengan bimbingan rohani islam melalui metode do’a dan

dzikir, yang mana pemberian bimbingan yang diberikan kepada mereka yang terkena gangguan kejiwaan (stres) sebagai suatu kekuatan jiwa. Bimbingan keagamaan bertujuan untuk memecahkan problem perseorangan dengan melalui peningkatan keimanan menurut agamannya.8

Do’a dan dzikir yang kita lakukan setiap saat adalah sebagai

penyuburan iman yang kita miliki. Keberadaan do’a dan dzikir yang dilakukan seorang mu’min sangat berpengaruh terhadap frekuensi (naik

turunnya) kadar keimanan mereka. Menurut Abdullah Gymnastiar (Aa

Gym) menjelaskan bahwa do’a dan dzikir dapat menghindari hawa nafsu, karena do’a dan dzikir itu akan menjadikan seseorang dapat mengontrol

dirinya sendiri secara optimal, sehingga dirinya selalu berhati sejuk, tidak gampang emosi dan berusaha untuk menghindari hawa nafsu. Sehingga akan membuat seseorang tidak takabur dan semakin tawadhu. Do’a dan dzikir dapat menjadikan ketenangan hati, begitu pula hati yang tenang menjadikan jiwanya juga tenang.9

Do’a dan Dzikir merupakan ibadah yang ringan untuk dilakukan, namun mempunyai banyak manfaatnya baik untuk kebutuhan lahir atau batin seseorang. Menurut Muhammad Arifin Ilham menjelaskan bahwa

do’a dan dzikir dapat menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan oleh seorang hamba.10

8

Arifin,Teori–Teori Konseling Umum dan Agama,(Jakarta: Golden Terayu Press, 1994),

h. 19.

9

Abdullah Gymnastiar, dalam ceramahnya di Pondok Pesantren Daaruttauhid, Juli 2014.

10


(22)

6

Dengan memperhatikan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a dan Dzikir Bagi Penderita Stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung “.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut: Bimbingan rohani islam melalui

metode do’a dan dzikir ini ditujukan kepada Warga Binaan Sosial

yang mengalami stres. Stres terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya: a) Stres ringan yaitu stres yang masih bisa untuk diatasi dan tidak

merusak aspek fisiologis. Stres ini berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam.

b) Stres sedang yaitu stres yang terjadi lebih lama bisa beberapa jam sampai beberapa hari.

c) Stres berat atau akut yaitu stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun.

Adapun stres yang akan peneliti bahas yaitu mengenai stres ringan atau sedang, bukan stres berat atau akut, dikarenakan stres akut akan menyulitkan peneliti dalam melaksanakan penelitiannya.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dalam pembahasan berikutnya peneliti lebih mengarahkan pada pencapaian


(23)

7

hasil dari penelitian, oleh karena itu peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam melalui

metode do’a dan dzikir bagi penderita stres di Panti Sosial

Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung?

b. Bagaimana teknik bimbingan rohani islam do’a dan dzikir di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2?

c. Bagaimana penerimaan warga binaan sosial terhadap bimbingan

rohani islam melalui metode do’a dan dzikir di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan diadakan penelitian ini ialah:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan rohani islam do’a dan

dzikir yang dilakukan oleh pembimbing bagi Warga Binaan Sosial yang stres.

b. Untuk mengetahui teknik do’a dan dzikir yang diberikan

pembimbing kepada Warga Binaan Sosial di Panti.

c. Untuk mengetahui bagaimana penerimaan Warga Binaan Sosial


(24)

8

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah:

a. Secara teori manfaat ini diharapkan untuk menambah pengetahuan yang lebih luas betapa pentingnya mengembangkan bimbingan rohani islam melalui metode do’a dan dzikir khususnya bagi para penderita stres karena dengan do’a dan dzikir dapat memberikan

ketenangan dan terhindar dari stres yang dialaminya.

b. Secara akademis, hasil penelitian bimbingan rohani islam melalui metode do’a dan dzikir untuk menambah pengetahuan, juga dapat menjadi salah satu model referensi atau pendekatan dalam memberikan masukan kepada prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

c. Untuk menjadi bahan evaluasi dan menjadi bahan acuan atau memberikan masukan serta dorongan bagi para pembimbing rohani islam untuk meningkatkan bimbingannya dengan menggunakan

metode do’a dan dzikir terhadap penderita stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung, agar hatinya lebih tenang dalam menjalani hidupnya dan senantiasa selalu berdo’a dan berdzikir mengingat Allah SWT.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum mengkaji dan membahas skripsi ini, peneliti melakukan kajian pustaka terhadap beberapa penelitian di Perpustakaan Umum dan di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, mengenai


(25)

9

Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a dan Dzikir Bagi Penderita

Stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, penulis tidak menemukan skripsi yang membahas sama terhadap judul penulis, akan tetapi ada beberapa karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang mengangkat tema skripsi :

1. Skripsi yang ditulis oleh Eneng Susilah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, pada tanggal 14 september 2009, dengan judul “Peranan Dzikir Dalam Mengatasi Problematika Keluarga Yayasan Nursyifa Menteng Jakarta

Pusat”.

2. Skripsi yang ditulis oleh Nurul fitri, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, pada tanggal 22 januari 2013, dengan Judul “Peranan Dzikir Dalam Terapi Stres di

Majelis Dzikir As Samawat Al Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat”.

3. Skripsi yang ditulis oleh Tini Aulawiyah Komba, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Dzikir Syifa Terhadap Kesehatan Mental Korban Pecandu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif ( NAPZA ) di Yayasan Nurussyifa Kelapa Dua Jakarta Barat”

Adapun perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang telah disebutkan diatas ialah: peneliti melakukan penelitian dengan judul “Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a dan Dzikir bagi Penderita Stres di


(26)

10

meneliti bagaimana pelaksanaan bimbingan rohani islam melalui metode

do’a dan dzikir di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan hasil penelitian skripsi yang sebelumnya adalah:

1. Penelitian pada sejumlah skripsi sebelumnya pada dasarnya penelitian dilakukan di lembaga-lembaga yang secara khusus lembaga tersebut merupakan lembaga dzikir, sedangkan perbedaan yang peneliti lakukan di lembaga Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ialah proses penelitian lembaga khusus untuk penampungan sementara Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, yang selanjutnya dilakukan identifikasi untuk disalurkan ke sejumlah panti sosial di bawah Dinas Sosial Pemrof DKI Jakarta sesuai dengan jenis dan kelompok PMKSnya.

2. Perbedaan obyek penelitian pada penelitian sebelumnya adalah khusus klien yang memiliki dan mengalami permasalahan tertentu, seperti rmasalah korban narkoba, keluarga, psikologis, dan lain sebagainya. Sementara obyek penelitian pada penelitian ini adalah kelompok PMKS yang sementara (tiga bulan) mereka berada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 untuk dilakukan identifikasi permasalahan dan pengenalan berbagai aturan di DKI Jakarta terutama berkaitan dengan ketertiban umum, sehingga mereka dapat memahami berbagai kesalahan yang telah mereka lakukan.

3. Program-progam yang diimplementasikan di lembaga-lembaga dzikir yang telah diteliti pada skripsi sebelumnya adalah program-program


(27)

11

khusus dzikir, bersifat komprehensif, dan tuntas. Sedangkan PSBI Bangun Daya 2 adalah lembaga yang mengedepankan program-programnya berkaitan dengan identifikasi masalah PMKS, pengenalan Perda tentang Ketertiban Umum, Motivasi dan Bimbingan sederhana, simpel dan terbatas, yang diharapkan mereka akan memperoleh pelayanan dan rehabilitasi secara tuntas pada panti rujukan yang selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan serta teraturnya penulisan skripsi ini dan memberikan gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang ada dalam skripsi ini, maka peneliti mengelompokan ke dalam lima bab pembahasan, yaitu:

BAB I Pendahuluan, pada bab ini merupakan gambaran umum secara global yaitu: membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan kepustakaan, bab ini meliputi pengertian mengenai Bimbingan Rohani Islam, pengertian stres, pengertian metode,

do’a dandzikir,.

BAB III Metodologi penelitian, bab ini menjelaskan tentang, pendekatan penelitian, instrumen dan cara pengumpulan data, waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, tekhnik analisis


(28)

12

data, sumber data.

BAB IV Profil lembaga dan Analisa data, bab ini menjelaskan tentang gambaran profil lembaga, kedudukan, sejarah singkat panti, visi dan misi, susunan organisasi, tugas pokok dan fungsi, tujuan dan saran, asal Warga Binaan Sosial, Pembinaan, Tahap Pembinaan PMKS, persyaratan pengambilan WBS Oleh Keluarga, kondisi panti sosial dan sarana prasarana, kondisi SDM, program panti, pengungkapan dan penjelasan data, identitas informan, identitas responden, Analisis Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Do’a

dan Dzikir di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Analisis Bimbingan Rohani Islam kepada Warga Binaan Sosial yang

mengalami stres melalui metode do’a dzikir, analisis hasil

wawancara.

BAB V Penutup merupakan bab yang meliputi kesimpulan dan saran, dimaksudkan untuk menarik kesimpulan yang dijadikan dasar deduksi, saran-saran dan kata akhir penulisan.


(29)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Bimbingan Rohani Islam 1. Pengertian Bimbingan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bimbingan berarti petunjuk, penjelasan, atau tuntunan cara mengerjakan sesuatu.1Sedangkan secara etimologi istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang berarti menunjukan, memberikan jalan, menuntun, bantuan, arahan, dan petunjuk. Dari berbagai pengertian itu maka yang paling umum digunakan adalah pengertian memberikan bimbingan, bantuan dan arahan.2

Adapun unsur–unsur pokok dalam bimbingan menurut Prof. Dr H. Prayitno dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling ialah:

a. Pelayanan bimbingan merupakan suatu proses. Ini berarti pelayanan bimbingan bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan melalui liku-liku tertentu sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam pelayanan ini. b. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan. Bantuan disini

bersifat menunjang bagi pengembangan pribadi bagi individu yang dibimbing.

c. Bantuan itu diberikan kepada individu, baik perseorangan maupun kelompok. Sasaran pelayanan bimbingan ialah orang yang diberi bantuan, baik orang perorangan maupun kelompok.

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :

Balai Pustaka, 1994), cet. Ke -2, h.580

2

M.Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:


(30)

6

d. Pemecahan masalah dalam bimbingan dilakukan oleh dan atau kekuatan klien sendiri. Dalam hal ini, tujuan bimbingan ialah memperkembangkan kemampuan klien (orang yang dibimbing) untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapinya, dan akhirnya dapat mencapai kemandirian.

Berdasarkan butir-butir pokok tersebut maka yang dimaksud dengan bimbingan ialah:

“Proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku”.3

Sedangkan bimbingan menurut pandangan Islam sebagaimana yang dijelaskan Aunur Rahim Faqih adalah:

Suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat”.4

Adapun pendapat dari W.S Winkel “Bimbingan ialah pemberian bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang sedang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi 3

H. Prayitno, dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 99

4

Aunur Rahim Faqih,Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (yogyakarta: UII Press,


(31)

yang memberikan bantuan menganggap orang lain mampu menuntun dirinya sendiri meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan

dikembangkan melalui bimbingan”.5 Oleh karena itu yang dimaksudkan pada pemahaman diatas telah dilangsungkan di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, melalui Bimbingan Rohani Islam terutama pada bimbingan do’a dan dzikir. Bimbingan tersebut dimaksudkan agar para warga binaan sosial (klien) dapat memahami diri dan lingkungannya sehingga dapat mengembangkan potensi diri mereka untuk mencapai kebahagiaan di dunia juga akhirat.

2. Pengertian Rohani Islam

Pengertian rohani secara harfiyah berasal dari bahasa arab yang diawali dari kata ruh yang berarti jiwa, sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia, arti “ruhani” ialah roh yang bertalian dengan yang tidak berbadan jasmani.6 Ruh adalah “Fitrah manusia yang dengan itu pula, manusia menjadi berbeda dengan binatang, kekuatan yang melangit dan bertanggung jawab, akan tetapi juga melanggar berbagai norma-norma moral”.7

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer dijelaskan bahwa rohani adalah kondisi kejiwaan seseorang di mana terbentuk dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam

5

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h.7

6

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka), cet ke-1 h. 830

7

Toto Tasmara,Kesehatan Ruhaniah (Transcendental Intelligensi), (Jakarta: GIP.2001),


(32)

8

budi pekerti seseorang serta melalui hubungan manusia dengan sesama manusia dengan ajaran agama yang dianutnya.8

Adapun pengertian Islam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW., berpedoman kepada kitab suci al-Qur’an, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.9

Adapun pengertian Islam Menurut Prof. DR. Harun Nasution “Islam merupakan agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan untuk masyarakat manusia kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi saja, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek itulah al-Qur’an dan Hadis”.10

Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dengan ajaran-ajaran-Nya yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist untuk membawa manusia mencapai kebahagiaan didunia dan juga diakhirat. Salah satu tugas Nabi Muhammad SAW adalah membawa amanah yang baik untuk menyempurnakan akhlak agar manusia mendapat petunjuk dan meraik kebermaknaan hidup.

3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Islam

Tujuan Bimbingan Rohani Islam pada dasarnya memberikan tuntunan atau memberikan terapi psikis yang berupa dorongan spiritual dan rasa optimisme kepada mereka yang menderita sakit, karena dengan kondisi psikis yang stabil akan sangat menunjang penyembuhan diri dari

8

Salim dan Yummy,Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modem English,

1991).299

9

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 341

10

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press, 1987),


(33)

9

sakit, terlebih bagi yang menderita stres ringan. Selain itu tujuan Bimbingan Rohani Islam yaitu untuk menghasilkan perubahan dan perbaikan pada kesehatan maupun keberhasilan jiwa dan mental sehingga mampu untuk menghasilkan suatu perubahan baik sikap maupun sifat yang dapat memberikan manfaat pada diri. Juga menuntun orang atau pasien dalam rangka memelihara dan meningkatkan pengalaman ajaran agamanya kepada Allah SWT. Manusia dilahirkan di bumi dalam keadaan fitrah dengan potensi dasar yang dimilikinya, yang mana potensi dan bakat kita tidak akan berarti tanpa adanya aktualisasi dan pengembangan melalui bimbingan kepada orang lain.

Adapun Fungsi dari Bimbingan Rohani Islam yaitu sebagai sumber yang memberikan pemahaman, sebagai upaya memelihara dan membantu mengembangkan hidup manusia, sebagai tuntunan yang memberikan arahan sesuai dengan ajaran Islam menurut al-Qur’an dan hadist dalam memelihara diri sehingga terhindar dari berbagai masalah, serta sebagai sumber yang dapat memberikan pengetahuan mengenai hubungan manusia dengan Tuhan.11

Dari uraian di atas bahwa Bimbingan Rohani Islam merupakan suatu kegiatan bimbingan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang yang di dalamnya terdapat suatu arahan agar yang di bimbing tersebut dapat membentuk, atau dapat memelihara dirinya, serta dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, agar mendapatkan

11

Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Pustaka Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul dan


(34)

keselamatan di dunia dan juga di akhirat. Bimbingan Rohani Islam di sini lebih menekankan kepada pemberian bimbingan melalui pendekatan do’a dan dzikir, melalui pendekatan ini Warga Binaan Sosial (klien) diharapkan lebih memahami dirinya, sehingga mereka mampu lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT., dengan cara berpasrah diri dan bermohon kepadaNya, sehingga mereka bisa meringankan bahkan keluar dari masalah yang dihadapiNya.

B. Stres

1. Pengertian Stres

Pada umumnya kita mengetahui bahwa stres dapat terjadi ketika seseorang berhadapan dengan sebuah tuntutan dari kondisi yang tidak menyenangkan. Tidak ada seorang pun yang tidak mengalami stres, namun masing-masing individu memiliki kemampuan dan reaksi yang berbeda dalam menghadapinya. Stres yang berasal dari bahasa latin

strictus, merupakan konsep yang komplikatif dan terkadang membingungkan. Sekitar akhir tahun 1600-an, Robbert Hooke membuat konsep stres berdasarkan prinsip mekanika dari beban (tenaga eksternal), stres (daerah yang mendapatkan tenaga), dan ketegangan (strain,

kerusakan sebagai hasil beban dan stres).

Penelitian ilmiah tentang stres semula dilakukan untuk menguji bagaimana reaksi makhluk hidup menggunakan sumber dayanya untuk melawan atau lari dari stimulus yang mengancam, baik menghadapi ketegangan fisik (seperti beban yang diluar kemampuannya), atau


(35)

ketegangan psikologis (seperti kesulitan atau emosi negatif yang dihasilkan dari konflik hubungan sosial).12

Namun, dalam perkembangannya, kata stres semakin meluas. Stres, yang semula merupakan konstruk fisika, kemudian di pergunakan juga pada biologi, kedokteran, dan psikologi untuk menggambarkan manusia. Orang awam banyak mengatakan bahwa mereka berada dalam keadaan stres ketika mereka sedang berada dalam keadaan penurunan emosi karena kelelahan atau marah. Istilah stres semakin popular, stres kemudian dianggap sebagai gejala umum masyarakat pada abad modern. Saat ini istilah stres telah meluas dipergunakan di berbagai kalangan, termasuk ilmuan dan masyarakat muslim. Al-Qur’an sendiri sebenarnya telah menggunakan kata beban (pada punggung) untuk menggambarkan masalah berat yang dihadapi oleh manusia.

Dan kami telah menghilangkan dari pada-Mu bebanmu. Yang memberatkan punggungmu.(QS. Al-Insyirah 1-3).

Ayat ini, dalam pemaparannya telah menggunakan permisalan dari prinsip mekanika beban, dimana punggung merupakan daerah yang mendapatkan tenaga. Daerah yang mendapatkan tenaga, dalam prinsip mekanika beban disebut stres.

Menurut Hans selye, dalam bukunya Dadang Hawari, yang dimaksud stres ialah “Respon tubuh yang sifatnya Non Spesifik terhadap setiap tuntutan beban atas nya.13 Stres adalah respon tubuh yang tidak

12

Aliah B. Purwakania Hasan,Pengantar Psikologi Kesehatan Islami ,(Jakarta: Rajawali

Press, 2008), h. 75.

13

Dadang Hawari, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, (Jakarta: Gaya Baru, 2001),


(36)

spesifik lagi terhadap suatu fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, yang mana semua orang pasti mengalaminya. Stres memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan fisiologis.14

Menurut peneliti stres merupakan suatu respon ketegangan dalam jiwanya atau dalam hidupnya yang diakibatkan oleh banyaknya tuntutan, kesulitan, persaingan hidup serta berbagai permasalahan dalam kehidupan yang sampai saat ini permasalahan tersebut semakin sulit untuk dipecahkan, sehingga dapat memicu ketegangan psikologis seseorang yang sedang mengalami stres. Lebih lanjut disebutkan bahwa stres yang berlarut-larut dan dalam intensitas yang tinggi dapat menyebabkan penyakit fisik dan mental seseorang, yang akhirnya dapat menurunkan produktfitas kerja dan buruknya hubungan interpersonal.15

Menurut Hans Selye Stres terbagi menjadi 2 jenis yaitu: Distress dan Eustres, Distres adalah stres yang biasanya di dapat dari sebuah tuntutan yang tidak menyenangkan sehingga membawa efek atau akibat yang buruk atau negatif. SedangkanEustressadalah biasanya disebut stres baik karena dapat membawa efek baik atau positif, contohnya dari efek yang ditimbulkan dari jenis stres ini adalah membuat seseorang bersemangat untuk berusaha memenuhi tuntutan yang ada.

14

Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, (Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 9.

15

Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, (Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 8


(37)

2. Penyebab Stres

Penyebab stres (stressor) adalah segala situasi atau pemicu yang menyebabkan individu merasa tertekan dan terancam. Selain itu penyebab stressor bermacam-macam di antaranya, masalah mengenai ekonomi, sosial, lingkungan hidup, pekerjaan, kurangnya akan kebutuhan, faktor keluarga dan lain sebagainya. Hal ini diakibatkan perubahan-perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi yang mempengaruhi nilai-nilai moral etika dan gaya hidup.16 Contohnya dapat berupa pola hidup masyarakat yang cenderung ke arah pola kehidupan masyarakat individual, hidup mewah dan konsumtif, hubungan kekeluargaan yang semula kuat menjadi rapuh, nilai-nilai religius dan tradisional berubah menjadi masyarakat modern. Perubahan-perubahan psikososial tersebut merupakan beban atau tekanan mental yang disebut dengan stressor psikososial. Dan apabila seseorang tersebut tidak mampu untuk mengatasi stressor tersebut, yang bersangkutan akan mengalami penurunan kekebalan tubuh atau imunitas sehingga taraf kesehatan fisik maupun mental terganggu dan yang bersangkutan dapat jatuh sakit.17

Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulaginya. Namun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi

6

Dadang Hawari,Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta:

Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 456

17

Dadang Hawari,Al Qur’an Ilmu KedokteranJiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta:


(38)

dan mengatasi stressor tersebut, sehingga timbulah keluhan-keluhan antara lain berupa stres, cemas dan depresi.18Dari sekian banyak macam stressor psikososial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, Dadang Hawari memberikan contoh berikut ini:

a. Hubungan Interpersonal

Hubungan antar sesama (perseorangan/individual) yang tidak baik dapat merupakan sumber stres. Misalnya hubungan yang tidak serasi, tidak baik atau buruk dengan kawan dekat atau kekasih, antara sesama rekan, antara atasan dan bawahan, pengkhianatan, dan lain sebagainya.19

b. Pekerjaan

Kehilangan pekerjaan (PHK, Pensiun) yang berakibat pada pengangguran akan berdampak pada gangguan kesehatan bahkan bisa sampai kematian. Sebaliknya dengan penganguran, maka dengan terlalu banyak beban pekerjaan sementara waktu yang tersedia sangat sempit dapat menyebabkan stres pula.

c. Lingkungan Hidup

Kondisi lingkungan hidup yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang. Misalnya masalah perumahan, polusi, penghijauan dan lain-lain yang merupakan sarana dan prasarana pemukiman hendaknya memenuhi syarat kesehatan lingkungan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah suasana kehidupan

18

Ibid,h 458

9

Dadang Hawari,Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta:


(39)

yang bebas dari gangguan kriminalitas yaitu keamanan dan ketertiban masyarakat.

d. Keuangan/Ekonomi

Masalah keuangan dalam kehidupan sehari-hari ternyata merupakan salah satu stressor yang paling utama. Misalnya pendapatan kecil dari pada pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan usaha, soal warisan, dan lain sebagainya.20

e. Faktor Keluarga

Anak dan remaja dapat pula mengalami stres yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak lagi harmonis. Sikap orangtua terhadap anak yang dapat menimbulkan stres antara lain: hubungan kedua yang dingin atau penuh dengan ketegangan atau acuh tak acuh, kedua orangtua jarang dirumah dan tidak ada waktu untuk anak, komunikasi antara orangtua dan anak yang tidak serasi, kedua orangtua berpisah atau bercerai, salah satu orangtua menderita gangguan jiwa atau kelainan kepribadian, orangtua dalam mendidik anak kurang sabar, pemarah, keras, otoriter, dan lain sebagainya.21

20

Dadang Hawari,Al Qur’an Ilmu KedokteranJiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta:

Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h 461

21

Dadang Hawari,Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta:


(40)

6

3. Tingkatan Stres

Stres mempunyai tingkatannya sendiri, Potter dan Perry telah membagi hubungan tingkat stres, diantaranya :

Stres ringan biasanya tidak merusak aspek fisiologis, sebaliknya stres sedang dan berat mempunyai resiko terjadinya penyakit, stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya: lupa ketiduran, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam, situasi seperti ini nampaknya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.

Stres sedang, terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari. Contohnya, kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam

STRESSOR PSIKOSOSIAL

A. PERKAWINAN

B. ORANGTUA

C. ANTAR PRIBADI

D. PEKERJAAN

E. LINGKUNGAN

F. KEUANGAN

G. HUKUM

H. PERKEMBANGAN

I. PENYAKIT FISIK

J. KELUARGA

K. TRAUMA

Susunan Saraf Pusat

(Otak, Sistem Limbik, Sistem Transmisi Saraf/Neurotransmiter

Kelenjar Endoktrin

(Sistem Hormonal, Kekebalan/Immunity)

Stres Cemas Depresi

Somatik/

Fisik

Psikik/

Khawatir

Psikik/ Sedih


(41)

waktu yang lama, situasi ini dapat bermakna bagi individu yang mempunyai faktor predisposisi suatu penyakit koroner.

Stres berat, adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak lagi harmonis, kesulitan finansial dan penyakit fisik yang lama.22

4. Tahapan Stres

Gejala- gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik dirumah, tempat kerja ataupun ditempat lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. Van Amberg dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut:

1. Stres Tahap 1

Tahap ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:

a) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting). b) Penglihatantajamtidak sebagaimana biasanya.

c) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula.

d) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, (Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 25-26


(42)

8

2. Stres Tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana yang di uraikan pada bab I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Adapun keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II ialah:

a) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.

b) Merasa mudah lelah sesudah mkan siang. c) Lekas merasa capai menjelang sore hari.

d) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman.

e) Detakan jantung lebih keras dari biasannya (berdebar-debar). f) Otot punggung dan tengkuk terasa tegang.

g) Tidak bisa santai. 3. Stres Tahap III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa melihat keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II, maka yang bersangkutan akan menunjukan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu:

a) Gangguan lambung dan usus semakin nyata: misalnya, keluhan “maag”, buang air besar tidak teratur.


(43)

9

c) Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.

d) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk memulai masuk tidur, atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur, atau bangun terlalu pagi/dini hari dan tidak dapat tidur kembali.

e) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan).

Pada tahapan ini seseorang harus berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh terapi, atau juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh dapat memperoleh kesempatan untuk beristirahat.

4. Stres Tahap IV

Tidak jarang seseorang pada saat memeriksakan dirinya kedokter sehubungan dengan keluhan stres tahap III diatas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul:

a) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit. b) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah

diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit. c) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin


(44)

d) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan.

e) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

f) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

5. Stres Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh kedalam stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut:

a) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam.

b) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana.

c) Gangguan sistem pencernaan yang semakin berat.

d) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.

6. Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang-ulang kali dibawa ke Unit Gawat Darurat, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah :

a) Debaran jantung teramat keras. b) Susah bernafas.

c) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran. d) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan/pingsan.


(45)

Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.23

Dampak dari stres yang dihadapi oleh individu dapat bermacam-macam diantaranya ada dampak perubahan fisiologis, perubahan psikologis, maupun perubahan psikis. Perubahan fisiologis yang dirasakan oleh individu dapat berupa: keluhan seperti sakit kepala, tekanan dara tinggi, sakit pinggang, diare, sembelit, susah tidur, susah makan, juga kehilangan semangat. Sedangkan perubahan psikis dapat berupa perasaan gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut, mudah tersinggung dan depresi. Adapun perubahan psikologis yang diakibatkan stres akan dapat mempengaruhi berupa, sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, melamun secara berlebihan dan pikiran kacau.

Adapun tabel yang menjelaskan mengenai perubahan pada individu yang mengalami stres menurut pendapat Terry dan John Newman yaitu, gejala stres dapat dibagi menjadi 3 aspek, yaitu gejala psikologis, gejala psikis, dan perilaku.24

23

Dadang Hawari,Manajemen Stres Cemas dan Depresi, (Jakarta: Gaya Baru, 2001), h

33.

24

Aswi, 50 Cara Ampuh Mengatasi Stres, (Jakarta: Hi-Fest Publishing, 2008), cet-1, h.


(46)

TABEL 1

PERUBAHAN INDIVIDU TERHADAP STRES

No Gejala Psikologi Gejala Fisik Gejala Perilaku

1. Kecemasan,

ketegangan

Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah

Menunda atau menghindari pekerjaan/tugas

2. Bingung, marah,

sensitif

Mudah lelah secara fisik

Penurunan prestasi dan produktivitas

3. Memendam perasaan Mudah terluka Meningkatnya

penggunaan minuman keras

4. Komunikasi tidak

efektif

Gangguan pernafasan Perilaku makan yang

tidak normal

5. Mengurung diri Lebih sering

berkeringat

Kecenderungan meningkatnya perilaku beresiko tinggi

6. Depresi Kepala pusing, migrain Meningkatnya

kriminalitas

7. Merasa terasing dan

mengasingkan diri

Ketegangan otot Kehilangan nafsu makan

8. Lelah mental Problem tidur Penurunan kualitas

hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman

9. Kehilangan daya

konsentrasi

Gangguan pada kulit Perilaku sabotase

10. Kehilangan semangat

hidup

Kanker Meningkatnya frekuensi

absensi

11. Menurunnya harga

diri dan rasa percaya diri

Badan bergetar Kecenderungan bunuh

diri

5. Respon Individu Terhadap Stres

Stres sifatnya universality yaitu umum semua orang sama dapat merasakannya tetapi cara pengungkapannya yang berbeda, Sesuai dengan karakteristik individu maka responnya terhadap stress berbeda-beda untuk setiap orang. Respon yang berbeda tersebut dikarenakan mekanisme koping yang digunakan oleh individu dengan sumber dan kemampuan yang berbeda, dengan kemampuan individu dalam mengatasi stress berbeda pula, sehingga stress yang sama akan mempunyai dampak dan


(47)

reaksi yang berbeda.25 Adapun pengertian koping adalah proses yang dilalui individu dalam menyelesaikan situasi stresfull. Koping tersebut ialah merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Secara alamiah baik disadari ataupun tidak, individu sesungguhnya telah menggunakan strategi koping dalam menghadapi stres. Strategi koping adalah cara untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan atau dihadapi.26

6. Reaksi Tubuh Terhadap Stres

Sebagaimana telah disebutkan bahwa yang dimaksud stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan).27MenurutDadang Hawari, seseorang yang mengalami stres dapat pula dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya, misalnya:

a. Rambut

Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian dengan kerontokan rambut.

b. Mata

Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata

25

Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, (Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 25.

26

Ibid., h. 29

27

Dadang Hawari,Manajemen Stres Cemas dan Depresi, (Jakarta: Gaya Baru, 2001), h


(48)

mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.

c. Telinga

Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging. d. Daya pikir

Kemampuan berfikir serta konsentrasi menurun, orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala atau pusing.

e. Ekspresi wajah

Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar senyum/tertawa dan kulit muka kedutan.

f. Mulut

Mulut dan bibir terasa kering sehingga seorang sering minum. g. Kulit

Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit sebagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit juga berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain dari pada itu perubahan pada kulit lainnya adalah merupakan penyalit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat berlebihan, juga sering dijumpai kedua belah telapak tangan dan kaki berkeringat.

h. Sistem pernafasan

Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu, misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi


(49)

penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otao-otot rongga dada.28

7. Cara Menghilangkan Stres

Adapun cara yang paling ampuh dalam mengatasi stres yaitu harus melawan stres tersebut, janganlah takut dalam menghadapi stres. Sebaiknya lakukan lah hal-hal seperti berikut:

a) Analisa masalah, yaitu mencari sumber masalah, dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri.

b) Menemukan inti masalah, yaitu menemukan masalah yang paling mendasar.

c) Mencari jalan keluar seperti mencari alternatif penyelesaian masalah.

d) Konsultatif memutuskan untuk berbicara dengan orang lain yang bisa diajak bicara.

e) Menata ulang kondisi hidup sebagai implementasi dari tahap konsulatif yaitu bergerak atau mulai menata kembali segala sesuatunya.

f) Meditatif atau menenangkan diri, mengajak kita untuk mundur, bisa dengan merenung, meditasi, relaksasi, atau melakukan ritual-ritual sesuai dengan agama yang dianut. g) Evaluasi diri, yaitu merefleksikan kembali agar jika terjadi

hal yang serupa bisa lebih siap dan sudah tau apa yang harus

28

Dadang Hawari,Manajemen Stres Cemas dan Depresi, (Jakarta: Gaya Baru, 2001), h


(50)

%6

dilakukan, minimal mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang akan terjadi.

h) Primary prevention, yaitu merubah cara kita melakukan sesuatu.29

C. Pengertian Metode Do’a dan Dzikir

1. Pengertian Metode

Metode secara etimologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri

dari penggalan kata “meta” yang berarti melalui dan “hodos” berarti “jalan” bila digabungkan maka metode bisa diartikan “jalan yang harus dilalui” dalam pengertian yang lebih luas metode bisa pula diartikan sebagai segala sesuatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan–tujuan yang diinginkan.30 Namun dalam pengertian hakiki dari metode menurut

kamus manejemen ialah “cara melaksanakanpekerjaan”.31

Menurut M. Arifin metode secara harfiah adalah jalan yang harus dijalankan adalah segala sasaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.32 Menurut Arif Burhan, metode adalah menunjukan pada proses, prinsip-prinsip serta prosedur yang kita gunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas masalah tersebut.33 Metode merupakan cara yang ditempuh dalam melakukan bimbingan rohani islam terhadap klien yang bermasalah untuk melakukan identifikasi masalah serta sosusi yang akan di berikan kepada klien tersebut sehingga 29

Jingga Gemilang,Buku Pintar Manajemen Stres & Emosi,(Yogyakarta: Mantra Books,

2013), h. 17

30

M. Lutfi , Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif hidayatullah, 2008), h. 120.

31

B.N. Marbun,Kamus Manajemen, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2005), h. 173.

32

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, (jakarta:

PT.Golden Terayon Press, 1998), cet-ke 6, h. 43.

33


(51)

mampu untuk menyesuaikan kebutuhan terhadap masalah yang dihadapinya.

2. Pengertian Do’a

Dalam perkembangannya, para ulama cendikiawan muslim

mendefinisikan do’a secara lebih mendalam dan variatif. Ibnu Al Qayyim,

misalnya, dalam kitabnya Bada’i al-fawaid menjelaskan do’a adalah permohonan mengenai berbagai hal yang bermanfaat serta dijauhkan dari segala sesuatu yang mendatangkan kemadharatan.34

Do’a menurut bahasa ialah menyeru, memanggil, memohon. Sedangkan menurut istilah ialah suatu bentuk ibadah yang dilakukan seorang hamba yang berisi kalimat permintaan kepada Allah SWT.35 Adapun pengertian do’a sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an:





“Berdoalah Kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang

lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.(QS.Al-Araf : 55).

Seirama dengan definisinya, selain berfungsi sebagai sarana untuk memohon kepada Allah, do’a juga merupakan wujud pengabdian hakiki disamping sebagai komunikasi dengan Tuhan. Do’a merupakan upaya seseorang hamba kepada Allah SWT dalam mengeluhkan atau mengadukan permasalahan hidup yang dihadapi, memohon terkabulnya

34

Muhammad Syafii A,Sukses Besar dengan Intervensi Allah(Jakarta: Tazkiya

Publishing, 2008), h.12

35

A.Sopiyan Sauri,Indahnya Doa dan Dzikir Rasulullah SAW(Jakarta: Jast Publishing,


(52)

(8

suatu harapan, serta meminta perlindungan dari segala macam marabahaya.

Do’a adalah wujud ketergantungan manusia yang lemah dan hina kepada penciptanya yang Maha Perkasa dan Maha Mulia. Dialah Allah SWT, satu-satunya yang patut dijadikan sandaran, tempat bergantung, dan tempat kembali yang mutlak.36

Do’a merupakan bagian dari dzikir, ia adalah permohonan. Setiap dzikir kendati dalam redaksinya tidak terdapat permohonan, tetapi kerendahan hati dan rasa butuh kepada Allah yang selalu menghiasi pezikir, menjadikan dzikir mengandung do’a.37 Perbedaan do’a dan dzikir hanyalah terletak pada rangkaian isi kalimat yang terkandung antara dzikir dan do’a yang diucapkan. Perbedaan juga hanya terdapat pada ketika seseorang mengucapkan do’a biasanya diawali dengan ucapan-ucapan dzikir terlebih dahulu, dan antara dzikir dan do’a merupakan dua perbedaan yang saling melengkapi, hal ini sebagaimana tertuang dalam firman Allah SWT mengenai do’a dan dzikir yaitu QS. Ali imran ayat 191 yang berbunyi:























“(yaitu) orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau

36

Muhammad Syafii A,Sukses Besar dengan Intervensi Allah, h.14

37

M. Quraish Shihab,Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir & Doa,(Jakarta: Lentera Hati,


(53)

)9

menciptkan semua ini sia-sia, maha suci Engkau, lindungilah kami dari

azab neraka”. (QS. Ali Imran:191)

Sebelum berdo’a terlebih dahulu diawali dengan dzikir kemudian diakhiri dengan do’a berupa permohonan ampun dari segala dosa dan kesalahan. Jadi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar antara dzikir dengan do’a. Dzikir yang dilakukan merupakan rangkaian dari suatu cara do’a yang akan dilakukan seorang hamba.

Do’a dalam istilah Agamawan adalah permohonan hamba kepada Tuhan agar memperoleh anugerah pemeliharaan dan pertolongan, baik buat si pemohon maupun pihak lain. Permohonan tersebut harus lahir dari lubuk hati yang terdalam disertai dengan ketundukan dan pengagungan kepadaNya.38

Adapun ayat Al Qur’an yang menjelaskan mengenai Do’a tertera dalam QS. Al Baqarah ayat 186.















“Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah bahwa) Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar

mereka selalu berada dalam kebenaran”.

Dalam doa terkandung unsur dzikir, dan dzikir memiliki pengaruh terapi terhadap jiwa. Ada do’a ketika seseorang sedang mengalami kesusahan, penderitaan, ketakutan dan sebagainya. Ada pula do’a ketika manusia memperoleh kesenangan, kepuasan, dan kegembiraan. Ada pula 38

M. Quraish Shihab,Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir & Doa,(Jakarta: Lentera Hati,


(54)

do’a untuk diri sendiri dan ada juga do’a untuk orang lain. Doa-doa itu amat penting guna memperkuat kesehatan mental, baik untuk penyembuhan, pencegahan maupun untuk pembinaan. Jika kita mampu, mau dan pandai berdo’a, insyaallah kesehatan mental kita akan dapat dipertahankan, selanjutnya ketentraman dan kebahagiaan hidup akan dapat diraih.39 Berdzikir dan berdo’a sama pentingnya untuk dilakukan, keduanya merupakan perintah Allah SWT sekaligus wujud dari penghambaan diri kepada-Nya.

Berdo’a juga memiliki keutamaan yang sama dengan berdzikir, keduanya adalah perintah langsung dari Allah SWT. Berdoa pada hakikatnya merupakan wujud dari ketergantungan, kelemahan, ketidak berdayaan, dan kehinaan seorang hamba di hadapan Allah SWT yang Maha kuasa, Maha kuat, Maha perkasa, Maha mulia, hal ini merupakan bentuk kepedulian dan wujud kasih sayang Allah kepada hamba-hambanya, Allah SWT tidak membiarkan manusia berada dalam kebimbangan dan kecemasan ketika menghadapi permasalahan hidup didunia, karena manusia membutuhkan tempat bersandar untuk mengadukan nasibnya, membutuhkan pijakan tempat berkeluh kesah, yakni kepada sang pemegang kekuasaan, yaitu Allah SWT.40

Pemaparan di atas mengenai do’a dapat disimpulkan bahwa do’a merupakan bentuk komunkasi manusia dengan sang Khalik, dengan mencurahkan segala isi hatinya untuk memohon kepada Allah SWT agar

39

Zakiah Darajat,Doa Menunjang Semangat Hidup, (Jakarta; CV.Ruhama, 1996), cet-ke

6, h. 19

40

Muhammad Syafii A, Sukses Besar dengan Intervensi Allah (Jakarta: Tazkiya


(55)

mendapat bimbingan juga petunjukNya. Adapun dasar manusia untuk

selalu berdo’a kepada Allah SWT tertera dalam QS. Al Baqarah ayat 186 .















Artinya: ”Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasannya aku adalah dekat, Aku mengabulkan

permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu, maka

hendaklah mereka memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu dalam kebenaran. (QS. Al.Baqarah:186).

3. Pengertian Dzikir

Adapun penjelasan mengenai dzikir ialah Secara etimologi, kata “Zikir” berasal dari bahasa arab yaitu dzakara- yadzkuru- dzikran, yang berarti mengingat atau menyebut. Adapun secara istilah (terminologi) mengartikan zikir sebagai proses komunikasi seorang hamba (secara lisan ataupun hati) dengan Allah SWT.41 Menurut bahasa zikir berarti peringatan atau pengingat.42 Oleh karena itu dzikir dalam penelitian ini yaitu mengingat dengan sepenuh hati keyakinan akan kebesaran Allah SWT, dengan mengingat Allah SWT hati akan menjadi tenang, dengan hati yang tenang maka terciptalah ketentraman hati yang akan menjauhkan diri dari berbagai permasalahan hidup yang sangat menekan batin manusia yang mengalami stres.

41

Muhammad Syafii A, Sukses Besar dengan Intervensi Allah (Jakarta: Tazkiya

Publishing, 2008), h14-15

42

Atabik Ali, Kamus al-Asyhri, (Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Krapyak, 1996) h. 933


(56)

Adapun menurut Bastaman, dzikir adalah perbuatan mengingat Allah dan keagunganNya, yang meliputi hampir semua bentuk ibadah dan perbuatan seperti tasbih, tahmid, shalat, membaca Al-Qur’an, berdo’a, melakukan perbuatan baik dan menghindarkan diri dari perbuatan jahat.

Para ulama yang berkecimpung dalam bidang olah jiwa mengingatkan bahwa dzikir kepada Allah SWT, secara garis besar dapat dipahami dalam pengertian sempit dan dapat juga dalam pengertian luas. Yang dalam pengertian sempit ialah yang dilakukan dengan lidah saja. Zikir dengan lidah ini adalah menyebut-nyebut nama Allah atau apa yang berkaitan denganNya, seperti mengucapkan Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir, Hauqalah, dan lain-lain. Zikir dalam pengertian luas adalah kesadaran tentang kehadiran di mana dan kapan saja, serta kesadaran akan kebersamaanNya dengan makhluk, kebersamaan dalam arti pengetahuanNya terhadap apa pun di alam raya ini serta bantuan dan pembelaanNya terhadap hamba-hamba Nya yang taat.

Dzikir atau mengingat Allah SWT memiliki banyak pengaruh positif pada kejiwaan dan moral manusia dimana dengan mengingat Allah SWT (dzikrullah) bagi hamba adalah pencerah hati, pemenang kalbu, takut dari maksiat kepada Allah, dan pengampun dosa. Berdzikir merupakan ibadah yang sangat di anjurkan untuk dilakukan, Sebagaimana dalam Qur’an surat Al-Jum’ah berikut ini:





Artinya: “Dan ingatlah Allah dengan sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jum’ah ayat 10)”.


(57)

Adapun fungsi dzikir dalam rangkaian dzikir umum adalah sebagai pusat berpaling dari semua jenis keburukan atau keaniayaan yang dilakukan hamba. Proses kembali ke posisi ketaatan disebut tobat yang diawali dengan lafadz istighfar.43 Bisa juga pengucapan lidah disertai dengan kehadiran kalbu, yakni membaca kalimat-kalimat tersebut disertai dengan kesadaran hati tentang kebesaran Allah SWT yang dilukiskan oleh kandungan makna kata yang disebut-sebut itu.

Kehadiran dalam kalbu atau benak dapat terjadi dengan upaya pemaksaan diri untuk menghadirkannya dan ini merupakan tingkatan yang lebih tinggi tanpa pemaksaan diri. Sedangkan peringkat dzikir yang tertinggi ialah larutnya benak si pezikir sesuatu yang diingat itu, sehingga ia terus menerus hadir walau seandainya ia hendak dilupakan. Sebagaimana dalam surat (al-Araf ayat 205).













Artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai.”

Ayat ini memberikan tuntunan tentang dzikir yang hanya menggunakan jiwa yaitu dengan mengingat Tuhan sebagai Dzat Yang Maha Agung, yang mana fungsi nya adalah untuk menghilangkan

43

Dadang Ahmad, Epistemologi Doa: meluruskan, memahami dan mengamalkan,


(58)

kesombongan diri.44 Sebaliknya, berzikir dengan lidah semata adalah peringkat dzikir yang terendah. Kendati demikian, zikir dengan lidah tidak luput dari manfaat walaupun hanya sedikit dan karena itu pesan orang-orang arif kepada mereka yang baru sampai pada peringkat terendah ini agar jangan meninggalkan zikir. Kata mereka :

Bersyukur dan pujilah Allah SWT, yang telah menganugerahkan salah satu anggota badan, yakni lidah, untuk melakukan zikir kepada Allah dan berupayalah untuk menghadirkan kalbu saat

menyebut-nyebutNya”.

Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah lidahmu selalu basah dengan berdzikir kepada Allah ” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu hibban melalui Abdullah bin Busr)”.

Dengan seiringnya lidah menyebut-nyebut nama Allah, maka yang paling tidak sebagian diantara kalimat-kalimat yang terucapkan itu akan berbekas di dalam hati dan ini gilirannya dapat menghantarkan pada kesadaran tentang kehadiran Allah dan kebesaranNya, walau untuk tahap pertama tidak selalu demikian.

Dengan demikian ingat atau dzikir menjadi pintu utama untuk hadir menemui yang dicintai dan menyerahkan dirinya demi mendapatkan cintaNya.45 Dzikir semestinya merupakan perilaku sehari-hari, yaitu baik sedang berdiri, sedang duduk ataupun sedang berbaring. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT dalam (QS. Ali Imran 3 ayat 190-191):

44

Dadang Ahmad, Epistemologi Doa: meluruskan, memahami dan mengamalkan,

(Bandung: NUANSA, 2011), h. 108

45

Slamet Utomo,Islam Sebuah Pengakuan(Banyuwangi: Yayasan Puri Gumuk Merang,


(1)

Hawari, Dadang. Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta: Gaya Baru, 2001.

Hawari, Dadang. Manajemen stress, Cemas dan Depresi, Jakarta: fak Kedoteran UI, 2001.

Hawari, Dadang.Al Qur’an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996.

Hawari Dadang, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2004.

Jingga, Gemilang. Buku Pintar Manajemen Stres & Emosi,Yogyakarta: Mantra Books, 2013.

Luthfi, Muhammad.Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.

Marbun, B.N.Kamus Manajemen, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2005.

Mulyana, Dedy. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Rosdakarya, 2002.

Meoleong,Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja rosda karya, 2002. Meoleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya, 2007.

Nasution,MetodePenelitianNarutalistik Kualitatif, Bandung: Transitto, 1992. Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press,

1987.

Prayitno, H. dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, Jakarta: Sagung Seto, 2004.

Salim dan Yummy, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modem English, 1991.

Sanafiah, Faisal. Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi Jakarta: Rajawali Pers, 1995.

Sauri, A.Sopiyan. Indahnya Doa dan Dzikir Rasulullah SAW, Jakarta: Jast Publishing, 2005.


(2)

Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir & Doa, Jakarta: Lentera Hati, 2006.

Slamet Utomo, Islam Sebuah Pengakuan, Banyuwangi: Yayasan Puri Gumuk Merang, 2014.

Soekanto, Soerjono.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: Rajawali Press, 2010. Syafii A, Muhammad, Sukses Besar dengan Intervensi Allah, Jakarta: Tazkiya

Publishing, 2008.

Tasmara, Toto. Kesehatan Ruhaniah (Transcendental Intelligensi), Jakarta: GIP.2001.


(3)

depan klinik berupa terapi SEFT gerakan badan, disertai pengucapan kalimat do’a

dan dzikir.

Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di lapangan berupa pemberian motivasi.


(4)

lapangan berupa pemberian motivasi, guna untuk selalu berfikir positif.

Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di lapangan berupa uji mental (keberanian).


(5)

lapangan berupa hiburan menyanyi.

Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di depan klinik berupa terapi gerakan badan, dengan disertai bacaan do’a dan dzikir.


(6)