C. Keberagamaan
1. Pengertian Keberagamaan
Keagamaan terwujud berdasarkan kesadaran dan pengalaman beragama pada diri sendiri. Keagamaan merupakan interaksi secara
kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama dan perilaku keagamaan dalam diri seseorang.
27
Keagamaan juga merupakan ekspresi jiwa yang terlihat pada sikap dan perilaku para pemeluk agama atau suatu sistem, simbol yang
terlaksana dari berbagai dimensi keagamaan, mulai dari dimensi keyakinan, praktik agama, pengalaman, pengetahuan agama dan
pengamalan serta konsekuensinya.
28
2. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Manusia
a. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Masa Dewasa
Kemantapan jiwa orang dewasa setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaannya. Mereka sudah
memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik sistem nilai yang bersumber dari ajaran agama maupun yang
bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan. Pemilihan nilai- nilai tersebut telah didasarkan atas pertimbangan pemikiran yang
matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap keberagamaan seseorang di usia dewasa sulit untuk diubah. Jika pun terjadi perubahan mungkin
proses itu terjadi setelah didasarkan atas pertimbangan yang matang.
27
Dr. H. Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama, h. 83.
28
Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi, h. 76.
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan pada orang dewasa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran
yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan. 2.
Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan
berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan
tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga
kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe
kepribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan
ajaran agama yang diyakininya. 8.
Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan
organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.
29
29
Prof. Dr. Jalaluddin, Psikologi Agama Memahami Perilaku Keagamaan dengan Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, h. 106-108.
b. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Masa Usia Lanjut
Pada usia ini manusia akan menghadapi sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga
kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan, yang menyebabkan mereka kehilangan
semangat. Pengaruh dari kondisi penurunan kemampuan fisik ini menyebabkan mereka yang berada pada usia lanjut merasa dirinya
tidak berharga atau kurang dihargai, sehingga dalam kondisi seperti ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada
sisa-sisa umur menunggu datangnya kematian. Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada pembentukan sikap keagamaan dan
kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi akhirat.
30
Secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah: 1.
Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.
2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat
secara lebih sungguh-sungguh. 4.
Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan
pertambahan usia lanjutnya.
31
30
Jalaluddin, Psikologi Agama Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, cet ke-4, h. 97.
31
Prof. DR. Jalaluddin, Psikologi Agama Memahami Perilaku Keagamaan dengan Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi, h. 112-113.
3. Kriteria Orang yang Matang Beragama