Proses Bimbingan Mental Spiritual

2. Proses Bimbingan Mental Spiritual

Bimbingan mental spiritual dilaksanakan setiap hari Senin mulai pukul 10.00-11.30 WIB di aula. Kegiatan bimbingan ini dipimpin oleh seorang ustadz dan didampingi oleh pekerja sosial. Jika pembimbing berhalangan hadir, maka kegiatan bimbingan mental spiritual tidak terlaksana. Dan jika pekerja sosial yang biasa mendampingi tidak hadir, maka kegiatan bimbingan menjadi kurang kondusif karena tidak ada penyeleksian warga binaan sosial WBS peserta bimbingan. Proses bimbingan mental spiritual dilakukan dengan metode yang menarik, hal ini terlihat dari antusias para warga binaan sosial WBS dalam mengikuti bimbingan dengan fokus dan banyak bertanya. Walaupun ada beberapa kendala saat kegiatan berlangsung, misalnya ruangan yang terlalu dingin membuat beberapa para warga binaan sosial WBS kedinginan karena tidak terbiasa berada di ruangan ber-AC. Selain itu, kegaduhan anak-anak cukup mengganggu kegiatan bimbingan. Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh warga binaan sosial WBS ketika kegiatan bimbingan mental spiritual berlangsung, sebagai berikut: a. Informan 6 bertanya: “ Pak di barak kan gak ada jam, nah saya gak tau udah masuk waktu solat subuh apa belum, yang saya jadikan patokan adalah suara kokok ayam, terkadang kalo saya ragu saya melaksanakan solat subuh 2 kali, itu bagaimana pak?”. Ustadz menjawab: “ itu gak apa-apa pak, selama kita mempunyai niat baik, terutama dalam melaksanakan solat itu tidak menjadi masalah dan Insya Allah mendapat pahala dari Allah SWT.” Kemudian informan 6 bertanya kembali: “ketika mau melaksanakan solat pakaian dan tempat harus suci, sedangkan keadaan di dalam kamar kotor, bagaimana pak? Saya suka ragu kalo mau solat karena baju dan tempatnya gak bersih.” Ustadz menjawab: “ itu ga apa-apa pak, karena dalam keadaan darurat. Kalaupun kita berada di hutan dan tidak ada makanan yang bisa kita makan, kita di perbolehkan untuk makan binatang yang haram sekalipun untuk kita bisa bertahan hidup, hal ini disebabkan dalam keadaan darurat ”. Dari proses tanya jawab tersebut terlihat komunikasi yang baik, pembimbing tidak langsung menyalahkan terbimbing, pembimbing lebih menekankan niat dan kesadaran beragama daripada pelaksanaannya. b. Informan 9 bertanya: bagaimana pak ngakunya Islam tapi perbuatannya jelek?”. Ustadz menjawab: “hal itu tergantung diri sendiri, karena setiap perbuatan harus dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Begitu bapak mendengar suatu pelajaran yang baik harus langsung diamalkan ”. Dalam proses tanya jawab tersebut pembimbing lebih menekankan pada terbimbing untuk harus lebih memiliki tanggung jawab. Dari hasil observasi penulis menyimpulkan bahwa proses kegiatan bimbingan mental spiritual berjalan dengan cukup baik, hal ini terlihat dari antusias para warga binaan sosial WBS dalam mengikuti bimbingan dan terjalin komunikasi yang baik antara pembimbing dan terbimbing dalam proses tanya jawab.

3. Materi Bimbingan Mental Spiritual