b. Aspek Konatif
Keadaan diri seseorang yang berkaitan dengan aspek konatif adalah hal-hal yang berhubungan dengan kecenderungan berprilaku
atau bertindak terhadap ajaran agama, dalam arti kecenderungan untuk mengamalkan ajaran agama.
c. Aspek Afektif
Keadaan diri seseorang yang berkenaan dengan aspek afektif adalah apabila seseorang bersikap positif terhadap ajaran agama dan
norma-norma agama. Seseorang dikatakan bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama apabila dalam dirinya terdapat rasa
kepedulian terhadap ajaran dan norma-norma agama itu sendiri.
35
5. Tingkah Laku Kegamaan
Tingkah laku keagamaan adalah aktivitas manusia dalam kehidupan didasarkan atas nilai-nilai agama yang diyakininya. Tingkah laku
kegamaan tersebut merupakan perwujudan dari rasa jiwa keagamaan berdasarkan kesadaran dan pengalaman beragama pada diri sendiri.
Agama bagi manusia, memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan batinnya. Oleh karena itu kesadaran agama dan pengalaman agama
seseorang banyak menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan dunia gaib. Dari kesadaran
dan pengalaman agama ini pula kemudian munculnya tingah laku keagamaan yang diekspresikan seseorang.
35
Jalaluddin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama Jakarta: Kalam Mulia, 1998, h. 131.
Tingkah laku keagamaan itu sendiri pada umumnya didorong oleh adanya suatu sikap keagamaan yang merupakan keadaan yang ada pada
diri seseorang. Sikap keagamaan merupakan konsistensi antara kepercayaan terhadap semua agama sebagai unsur kognitif, perasaan
terhadap agama sebagai unsur afektif, dan perilaku terhadap agama sebagai unsur psikomotorik. Oleh karena itu, sikap keagamaan merupakan
interaksi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama dan tindak keagamaan dalam diri seseorang. Dengan sikap itulah akhirnya
lahir tingkah laku keagamaan sesuai dengan kadar ketaatan seseorang terhadap agama yang diyakininya.
36
Selanjutnya Glock and Stark menyatakan ada lima dimensi keagamaan, yaitu:
1. Dimensi keyakinan, dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan,
dimana orang beragama berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui doktrin-doktrin tersebut.
2. Dimensi praktik agama, dimensi ini mencakup perilaku pemujaan dan
ketaatan yang dilakukan seseorang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya.
3. Dimensi pengalaman, yaitu memperhatikan fakta-fakta bahwa semua
agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, persepsi- persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang.
36
Dr. H. Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama, h. 83-84.
4. Dimensi pengetahuan agama, yaitu mengacu kepada harapan bahwa
orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus dan tradisi-tradisi.
5. Dimensi pengamalan dan konsekuensi, yaitu mengacu pada
identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari.
37
6. Ketaatan Beragama