30
jumlah dewan yang dimiliki perusahaan. Ukuran dewan yang efektif adalah yang dapat memfasilitasi pengambilan keputusan yang efektif.
Dewan komisaris yang merupakan pemegang saham perusahaan mempercayakan sumber daya yang mereka tanamkan untuk dikelola oleh
dewan direksi. Dalam mengelola sumber daya tersebut dewan direksi berada dibawah pengawasan dewan komisaris. Dewan direksi harus
mampu memberikan informasi yang penuh kebenaran kepada pemegang saham, maka jumlah dewan direksi dan dewan komisaris harus ideal agar
tercipta efisiensi.
5. Struktur kepemilikan
Davies et al. 2002 menyatakan bahwa: “Managerial ownership is
equity ownership by inside company managers in providing incentives to maximize the value of their company”. Kepemilikan manajerial diukur
dengan persentase saham yang dimiliki oleh pihak manajerial Li et al.
2008
Struktur kepemilikan merupakan perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam manajemen dengan jumlah
saham yang dimiliki oleh investor Triwahyuningtias, 2012. Struktur kepemilikan dalam perusahaan merupakan salah satu faktor internal yang
mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan. Kepemilikan manajerial didefinisikan sebagai kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen,
dalam hal ini kepemilikan oleh dewan direksi dan dewan komisaris. Kepemilikan manajerial diasumsikan mampu mengurangi tingkat
31
masalah keagenan yang timbul dalam perusahaan Emrinaldi, 2007. Hal ini disebabkan dengan adanya kepemilikan oleh manajerial, pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan perusahaan akan dilakukan dengan tanggung jawab penuh karena sesuai dengan kepentingan pemegang
saham dalam hal ini termasuk kepentingan manajemen sebagai salah satu komponen pemilik perusahaan. Kepemilikan oleh manajemen juga akan
meningkatkan kontrol terhadap manajemen perusahaan itu sendiri. Kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki
oleh institusi dari keseluruhan saham perusahaan yang beredar. Kepemilikan institusional akan mengurangi masalah keagenan karena
pemegang saham oleh institusional akan membantu mengawasi perusahaan sehingga manajemen tidak akan bertindak merugikan
pemegang saham. Kepemilikan institusional yang besar lebih dari 5 akan memberikan kemampuan yang lebih baik untuk memonitor
manajemen Emrinaldi, 2007.
6. Financial distress
Para peneliti terdahulu memiliki penjabaran tersendiri dalam mendefinisikan financial Distress. Menurut Kamaludin dan Karina
2011, financial distress adalah tahap penurunan kondisi keuangan sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi. Perbedaan dalam
mendefinisikan konsep financial distress tergantung dari cara pengukuran
masing-masing peneliti.
Classens et
al. 1999,
mendefinisikan perusahaan yang berada dalam kesulitan keuangan
32
sebagai perusahaan yang memiliki interest coverage ratio kurang dari satu. Almilia dan Kristijadi 2003, menyatakan bahwa perusahaan yang
mengalami financial distress adalah perusahaan yang selama beberapa tahun mengalami laba bersih operasi net operation income negatif dan
selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden. Ross et al. 2010 mengatakan bahwa financial distress situasi dimana arus kas
operasi tidak cukup untuk memenuhi kewajiban saat ini seperti kredit perdagangan atau beban bunga Sedangkan Scott 1983 menyatakan
bahwa suatu perusahaan mengalami financial distress apabila perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya dengan
dilanggarnya persyaratan utang debt ovenants disertai penghapusan atau pengurangan pembiayaan deviden Kurniasari, 2009.
a. Dampak Financial distress dapat membawa suatu perusahaan mengalami
kegagalan pembayaran default, tidak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Kegagalan pembayaran tersebut, mendorong debitor
untuk mencari penyelesaian dengan pihak kreditor, yang pada akhirnya
dapat dilakukan
restrukturisasi keuangan
antara perusahaan, kreditor dan investor Ross et al, 2010. Perusahaan
yang mengalami financial distress kesulitan keuangan akan menghadapi kondisi a tidak mampu memenuhi jadwal atau
kegagalan pembayaran kembali utang yang sudah jatuh tempo
33
kepada kreditor. b perusahaan dalam kondisi tidak solvable insolvency.
b. Faktor Penyebab Financial Distress Menurut Damodaran 1997, kesulitan keuangan dapat
disebabkan oleh faktor internal dan eksternal perusahaan. Faktor- faktor penyebab kesulitan keuangan perusahaan, yaitu:
1 Faktor internal kesulitan keuangan Merupakan faktor dan kondisi yang timbul dari dalam
perusahaan yang bersifat mikro ekonomi. Faktor internal dapat berupa:
a. Kesulitan arus kas Disebabkan oleh tidak imbangnya antara aliran
penerimaan uang yang bersumber dari penjualan dengan pengeluaran uang untuk pembelanjaan dan terjadinya
kesalahan pengelolaan arus kas cash flow oleh manajemen dalam pembiayaan operasional perusahaan sehingga arus
kas perusahaan berada pada kondisi defisit. b. Besarnya jumlah utang
Perusahaan yang mampu mengatasi kesulitan keuangan melalui pinjaman bank, sementara waktu kondisi defisit
arus kas dapat teratasi. Pada masa depan akan menimbulkan masalah baru yang berkaitan dengan pembayaran pokok dan
34
bunga pinjaman, sekiranya sumber arus kas dari operasional perushaan tidak dapat menutupi kewajiban pada pihak bank.
Ketidakmampuan manajemen
perusahaan dalam
mengatur penggunaan dana pinjaman akan berakibat terjadinya gagal pembayaran default yang pada akhirnya
timbul penyitaan harta perusahaan yang dijadikan sebagai jaminan pada bank.
c. Kerugian operasional Kerugian operasional perusahaan selama beberapa
tahun merupakan
salah satu
faktor utama
yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan
financial distress. Situasi ini perlu mendapat perhatian manajemen dengan seksama dan terarah.
Sedangkan menurut Kamaluddin dan Pribadi 2011 faktor- faktor yang mempengaruuhi financial distress antara lain:
sensitivitas pendapatan perusahaan terhadap aktivitas ekonomi secara keseluruhan, proporsi biaya tetap terhadap biaya variabel, likuiditas
dan kondisi pasar dari asset perusahaan, kemampuan kas terhadap bisnis perusahaan. Financial distress dapat ditinjau dari komposisi
neraca- jumlah asset dan kewajiban, dari laporan laba rugi – jika
perushaan terus menerus rugi, dan dari laporan arus kas – jika arus
kas masuk lebih kecil dari arus kas keluar. Semua laporan tersebut
35
merupakan hasil akhir dari siklus akuntasi atau pembukuan perusahaan.
2 Faktor eksternal kesulitan keuangan Faktor eksternal kesulitan keuangan merupakan faktor-
faktor diluar perusahaan yang bersifat makro ekonomi yang mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap kesulitan keuangan perusahaan. Faktor eksternal kesulitan keuangan dapat berupa kenaikan tingkat bunga
pinjaman. Sumber pendanaan yang berasal dari pinjaman lembaga
keuangan bank atau non-bank, merupakan solusi yang harus ditempuh oleh manajemen agar proses produksi dan investasi
dapat berjalan lancar. Konsekuensi dari pinjaman, jika terjadi kenaikan tingkat bunga pinjaman bagi para pelaku bisnis
merupakan suatu resiko dan ancaman b
agi kelangsungan usaha. Financial distress dapat disimpulkan sebagai suatu kondisi yang
dialami oleh sebuah perusahaan sebelum mengalami kebangkrutan. Para peneliti terdahulu mempunyai pandangan yang berbeda-beda dalam
menafsirkan kondisi financial distress. Kondisi financial distress mempunyai dampak kegagalan default perusahaan dalam menyelesaikan
kewajibannya kepada pihak ketiga. Kegagalan pembayaran ini akan memicu pihak ketiga untuk mengambil tindakan hukum.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya financial distress baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal
36 berhubungan dengan kondisi mikro dan kinerja yang ada dalam perusahaan.
Faktor internal merupakan faktor yang perlu diperhatikan lebih ketat karena banyak perusahaan yang mengalami financial distress yang disebabkan oleh
faktor internal ini. Mekanisme corporate governance yang tidak dijalankan dengan baik juga bisa menjadi faktor terjadinya financial distress.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan. Kondisi financial distress perusahaan yang disebabkan karena
faktor eksternal biasanya disebabkan oleh keputusan-keputusan yang diambil oleh para regulator yang berdampak pada operasional perusahaan.
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Hubungan atau keterkaitan antara variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini, dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Ukuran komite audit dengan financial distress
Sesuai dengan teori keagenan, kualitas pengawasan yang baik dapat menurunkan perilaku oportunistik yang dilakukan oleh manajer sebagai
agen. Dalam rangka untuk membuat komite audit yang efektif dalam pengendalian dan pemantauan atas kegiatan pengelolaan perusahaan,
komite harus memiliki anggota yang cukup untuk melaksanakan tanggungjawab. Di Indonesia, pedoman pembentukan komite audit yang
efektif KNKG, 2002 menjelaskan bahwa anggota komite audit yang dimiliki oleh perusahaan sedikitnya terdiri dari 3 orang, diketuai oleh
komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen terhadap perusahaan serta menguasai dan memiliki latar