15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan Agency Theory
Jensen dan Mekling pertama kali mencetuskan teori keagenan pada tahun 1951. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa teori
keagenan menyangkut hubungan kontraktual antara dua pihak yaitu prinsipal dan agen, dimana pemilik perusahaan atau investor menunjuk
agen sebagai manajemen yang mengelola perusahaan atas nama pemilik. Prinsipal memberikan wewenang kepada manajemen untuk membuat
keputusan yang
berhubungan dengan
operasional perusahaan.
Manajemen diberi tanggung jawab oleh prinsipal untuk mengelola sumber daya perusahaan. Manajemen diminta untuk mengoptimalkan
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka untuk mensejahterakan pemilik baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Manajemen sebagai agen mempunyai tanggung jawab dalam operasional perusahaan sehari-hari dalam hal pengambilan keputusan
berdasarkan informasi yang diperoleh manajemen. Dengan demikian, agen lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan pemilik.
Ketimpangan informasi ini biasa disebut sebagai asimetri informasi. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara prinsipal
dan agen mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada prinsipal Pamudji dan Trihartati, 2008.
16
Adanya asimetri informasi ini menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan oleh kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan
pengendalian terhadap tindakan-tindakan agen. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan permasalahan tersebut adalah:
1. Moral Hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak
kerja. 2. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar- benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi
sebagai sebuah kelalaian dalam tugas. Setiawan 2007 menyatakan bahwa masalah keagenan akan muncul
jika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dijalankan secara terpisah. Manajer yang bertindak sebagai pengelolaan dalam suatu perusahaan
diberi kewenangan untuk mengurus jalannya perusahaan dan mengambil keputusan atas nama pemilik. Dengan kewenangan yang dimiliki ini,
manajer tidak bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik karena adanya perbandingan kepentingan conflict of interest.
Pandangan teori keagenan bahwa terdapat pemisahan antara pihak agen dan principal yang mengakibatkan munculnya potensi konflik dapat
mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Dengan demikian diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan
perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Mekanisme corporate
17
governance merupakan mekanisme yang tepat dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan,
sehingga tidak terjadi konflik antara pihak agen dan principal yang berdampak pada penurunan agency cost Tribodroastuti, 2009.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teori keagenan muncul karena adanya konflik kepentingan antara principle dan agent yang
saling ingin menguntungkan dirinya sendiri. Masalah keagenan timbul karena adanya asimetri informasi, dimana agent memiliki informasi yang
lebih banyak daripada principle. Masalah keagenan sebenarnya dapat diatasi melalui mekanisme corporate governance yang pada akhirnya
dapat memberikan nilai tambah bagi pihak-pihak yang berkepentingan tersebut.
2. Corporate governance