Pesan Akhlak Kategorisasi Pesan Dakwah

perbuatan-perbuatan dengan mudah karena sudah menjadi kebiasaan, tanpa menimbulkan pertimbangan terlebih dahulu. 30 Dari definisi-definisi yang sudah disebutkan diatas mengenai pengertian akhlak, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang tanpa melaui pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan dan perbuatannya itu dapat melahirkan akhlak yang baik dan akhlak yang buruk. c. Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak Dari definisi-definisi di atas mengenai pengertian akhlak tersebut secara istilah tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu: 1 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. 2 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. 3 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan dan tekanan dari luar. 4 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. 30 Farid Ma’ruf, Akhlak dalam perkembangan Muhamadiah, h. 36 5 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan secara ikhlas semata- mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan pujian. 31 d. Klasifikasi Akhlak Menurut Abuddin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf, akhlak itu terbagi dalam tiga bagian, diantaranya: akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia, akhlak kepada hewan dan tum-tumbuhan. 32 1 Akhlak kepada Allah Menurut Drs. Mahyuddin, dalam bukunya Kuliah Akhlak Tasawuf, akhlak kepada Allah itu meliputi antara lain: a Bertaubat, yaitu sikap menyesali perbuatan buruk yang pernah dilakukannya dan berusaha menjauhinya, serta melakukan perbuatan baik. b Bersabar, yaitu suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang dihadapinya, tetapi tidak berrti sabar itu menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi. c Bersyukur, yaitu suatu sikap yang ingin memanfaatkan dengan sebaik- baiknya, nikmat yang telah diberikan oleh Allah. d Bertawakal, yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan nya. 31 Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, h. 5-7 32 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, h. 147-151 e Ikhlas, yaitu sikap menjauhkan diri dari riya, ketika mengerjakan amal baik. f Raja, yaitu sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang disenangi dari Allah. Setelah melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya sesuatu yang diharapkan. g Bersikap takut, yaitu suatu sikap yang sedang menunggu sesuatu yang tidak disenangi dari Allah. 33 2 Akhlak kepada sesama manusia Sedangkan akhlak kepada sesama manusia berkaitan dengan perlakuan seseorang terhadap sesama manusia. Tidak melakukan hal-hal negatif, seperti membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta yang bukan miliknya tanpa alasan benar, kemudian jika bertemu mengucapkan salam, dan ucapan yang baik, tidak berprasangka buruk, saling memaafkan, mendo’akan, saling membantu, dan lain-lain. 34 3 Akhlak kepada lingkungan Akhlak terhadap lingkungan meliputi akhlak terhadap hewan, tumbuh- tumbuhan atau benda-benda tak bernyawa lainnya. Hal ini dapat dicontohkan misalnya, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, memetik bunga sebelum mekar, menebang pohon yang menimbulkan 33 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, h. 9-15 34 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, h. 159 kemudaratan dan lain sebagainya. Akhlak yang dikehendaki oleh Islam adalah menjaga kelestarian dan keselarasan dengan alam. 35 Dari definisi di atas jika disimpulkan, bahwa akhlak adalah segala perbuatan manusia yang timbul karena dorongan jiwa yang kuat untuk melakukan perbuatan. Perbuatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Karena sudah terbiasa maka tidak diperlukan pemikiran, pertimbangan atau renungan lagi pada saat seseorang sedang melakukannya. Masalah akhlak dalam aktivitas dakwah seperti materi dakwah merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keIslaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibanding dengna masalah keimanan dan keIslaman, sebab Rasul sendiri pernah bersabda yang artinya: “Aku Muhammad diutud oleh Allah di dunia ini hanyalah untuk menyempurnakan akhlak”. 36 35 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 151 36 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 63

3. Pesan Muamalah

a. Menurut Bahasa Menurut bahasa muamalah berasal dari kata amala-yuamilu- muamalatan yang artinya saling bertindak, saling berbuat, dan saling mengalahkan. 37 b. Menurut Istilah Untuk menjelaskan pengertian muamalah dari segi istilah banyak sekali pakar yang mendefinisikannya, diantaranya: 1 Menurut H. Masjfuk Zuhdi, dalam bukunya Studi Islam, Jilid III: Muamalah, muamalah adalah segala aturan agama yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik seagama maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia dengan alam sekitarnyaalam semesta. 38 2 Menurut H. Hendi Suhendi, muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan. 39 3 Menurut Hudhari Beik, muamalah adalah semua akad yang membolehkan manusia untu saling menukar manfaat. 40 37 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h. 1 38 H. Masjfuk Zuhdi, STUDI ISLAM Jilid III: Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993, h. 2 39 Rachmat Syafi’i, Fiqih Muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS dan umum, Bandung: PT. Pustaka Setia, 2001, h. 15 40 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Bandung: Gunung Jati Press, 1997, h. 2 4 Menurut Idris Ahmad, muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam usahanya, untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang paling baik. 41 Dari beberapa pengertian di atas tentang muamalah menurut istilah dapatlah ditarik kesimpulan bahwa muamalah adalah aturan-aturan Allah SWT, yang ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia dalah urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan urusan keduniaan dan sosial kemasyarakatan, dalam artian dimana pun manusia berada dia harus senantiasa mengikuti aturan yang telah ditetpkan Allah, karena dalam Islam tidak ada pembeda antara amalan dunia dengan amalan akherat, sebab sekecil apapun amalan manusia didunia harus didasarkan pada ketetapan Allah. Dan bisa diartikan bahwa muamalah berarti ketetapan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan lingkungannya alam sekitar. Kaitannya dengan hubungan antara sesama manusia maka dalam muamalah ini mengatur hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, cinta, hukum, dan lain-lain. c. Klasifikasi Muamalah Menurut H. Masjfuk Zuhdi dalam bukunya Studi Islam, Jilid III: Muamalah, bahwa muamalah dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, diantaranya: 41 Rachmat Syafi’i, Fiqih Muamalah, h. 15 1 Aturan agama yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama maupun yang tidak seagama, dapat kita temukan dalam hukum perkawinan, perwalian, perdagangan dan lain-lain. 2 Aturan agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan kehidupannya, dapat kita temukan antara lain dengan hukum Islam tentang makanan, minuman, pakaian, mata pencarian rezeki yang diharamkan dan dihalalkan. 3 Aturan agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan alam sekitarnyaalam semesta, dapat kita jumpai antara lain: a Perintah kepada manusia agar mengadakan penelitian dan pemikiran tentang keadaan alam semesta b Seruan agar manusia memanfaatkan kekayaan alam semesta untuk kesejahteraan hidupnya dah boleh menikmatinya, tetapi tidak boleh berlebih-lebihan c Larangan mengganggu, merusak dan membinasakan alam sekitar hewan, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain 42 d. Prinsip-Prinsip Dasar Muamalah 1 Seluruh tindak muamalah dilakukan atas dasar nilai-nilai ketuhanan 2 Muamalah harus didasarkan pada pertimbangan moral yang luhur 3 Prinsip dasar dalam hukum muamalah adalah diperbolehkan 42 H. Masjfuk Zuhdi, STUDI ISLAM Jilid III: Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993, h. 3