Pesan Akidah a. Menurut Bahasa

dan meninggalkan larangan Allah SWT. 20 Akidah dalam Islam adalah bersifat i’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Masalah akidah ini secara garis besar ditunjukkan oleh Rosulullah saw dalah sabdanya sebagai berikut: Artinya: “Iman ialah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rosul-rosul Nya, hari akhir dan percaya kepada adanya ketentuan Allah yang baik maupun yang buruk.” Hadits riwayat Imam Muslim 21 Dibidang akidah ini bukan saja pembahasannya tertuju pada masalah- masalah yang wajib diimani saja, akan tetapi materi dakwah meliputi juga masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya, misalnya syirik menyekutukn adanya Tuhan, ingkar dengan adanya tuhan dan lain-lain. Agama Islam mengajarkan bahwa iman kepada Allah harus bersih dan semurni mungkin, serta menutup celah-celah yang dikhawatirkan masuknya syirik, kemudian mengancam bahwa syirikitu dosa besar dan tidak dapat diampuni oleh Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa 4 : 48 20 Yunahar Ilyas, Kuliah Akidah Islam, h. 29 21 Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi, Shoheh Muslim, Isa Al-Babi, Al- Halabi wa Syurakah, h. 4 Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sesengguhnya ia telah berbuat dosa yang besar.” Dari pengertian di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa akidah merupakan landasan berfikir dan berprilaku bagi seorang muslim. Baik atau buruknya perilaku tergantung kepada iman yang dimilikinya. Kemudian iman yang ada dalam diri seseorang akan mengalami pasang dan surut sesuai dengan kondisi dan situasi yang dialami oleh seseorang. Oleh karena itu, agar iman tidak mengalami kemerosotan maka perlu maka perlu dipelihara dari kemusyrikan seperti syirik kecil, syirik besar, baik syirik secara terang- terangan maupun syirik secara terselubung, jadi individu itu harus menghiasi diri dengan keimanan yang kuat dan dinamis yang selalu mendorong untuk beramal, bersabar, berjihad, dan bertahan dijalan Allah. Akidah merupakan fondasi bagi setiap muslim, akidah inilah yang menjadi dasar, yang memberikan arah bagi kehidupan manusia, akidah ini merupakan tema bagi dakwah nabi Muhammad saw, ketika beliau pertama kali melakukan dakwah di Mekah. Akidah ini juga merupakan tema dakwah bagi para Rasul yang diutus sebelumnya, akidah ini merupakan keimanan kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab yang diwahyukan kepada para rasul, adanya hari kiamat dan adanya qadha dan qadhar serta masalah-masalah yang berkaitan dengan pokok keimanan. 22 Iman sebagai landasan yang kokoh bagi pembentukan jati diri seorang muslim. Jadi akidah tauhid hendaknya harus selalu bersih dan jernih serta tidak terkotori oleh noda apapun dari prinsip-prinsip atau ideologi-ideologi materialisme. Iman hanya kepada Allah, loyalitas hanya untuk Allah dan keikhlasan juga hanya untuk Allah, kepada para malaikat-malaikat, rosul-rosul, kitab-kitab, hari akhir dan takdir yang baiki maupun yang buruk. 23 c. Fungsi dan Peranan Akidah Akidah tauhid sebagai kebenaran merupakan landasan keyakinan bagi seorang muslim akan memiliki fungsi dan peranan yang sangat besar dalam hidupnya, antara lain: 1 Menopang seluruh prilaku , membentuk, memberi corak dan warna kehidupan dalam hubungannya dengan mahluk lain dan hubungannya dengan Tuhan. 2 Akidahkeyakinan akan memberikan ketenangan dan ketentraman dalam pengabdian dan penyerahan diri secara utuh kepada Zat yang Maha Besar. 3 Iman memberikan gaya dorong utama untuk bergaul dan berbuat baik dengan sesama manusia tanpa pamrih. 22 M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Yogyakarta: Al-Amin Press, 1997, h. 11 23 Syaikh Mushthafa Masyhur, Fiqih Dakwah edisi lengkap, diterjemahkan oleh Abu Ridho dkk., Al- I’tishon Cahaya Umat 4 Dengan iman seseorang muslim akan senantiasa menghadirkan dirinya dalam pengawasan Allah semata. 5 Akidah sebagai filter, penyaring budaya-budya non Islami. 24 d. Klasifikasi Akidah Menurut Yunahir Ilyas, dalam bukunya Kuliah Akidah Islam, akidah dapat diklasifikasikan menjadi empat macam diantaranya: 1 Ilahiyat, yaitu: pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilahi seperti: wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, dan lain-lain. 2 Nurbuat, yaitu: pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan rosul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mukjizat, keramat dan lain-lain. 3 Ruhaniat, yaitu: pembahasan tentang segala sesuatu yang berhbungan dengan alam metafisik, seperti: malaikat, jin, iblis, syaitan, roh, dan lain- lain. 4 Sam’iyyat, yaitu: pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’i dalil naqli berupa Al-Quran dan Sunah seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lain-lain. 24 http:efay.wordpress.com02Oktober2008 Disamping sistematis di atas, pembahasan akidah bisa juga mengikuti sistematika arkanul iman yaitu: 1 Iman kepada Allah SWT. 2 Iman kepada Malaikat. 3 Iman kepada Kitab-kitab Allah. 4 Iman kepada Nabi dan Rasul. 5 Iman kepada hari akhir. 6 Iman kepada takdir Allah. 25

2. Pesan Akhlak

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik kebahasaan dan pendekatan terminologik peristilahan. a. Menurut Bahasa Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu isim masdar bentuk infinitif dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan wazan tsulasi majid af’ala, yuf’ilu, if’alan, yang berarti al- sajiyah perangai, ath- thabi’ah kelakuan, tabiat, watak dasar, al-adat kebiasaan, kelaziman, al- maru’ah peradaban yang baik, dan ad-din agama. 26 Dalam bahasa Yunani akhlak sering disebut Ethick asal kata dari ethiko dan dalam bahasa Latin disebut dengan istilah moral, yang berasal dari 25 Yunahir Ilyas, Kuliah Akidah Islam, h. 5-6 26 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, h. 1 kata mores. Kata-kata tersebut mempunyai arti tabiat, budi pekerti, atau adat istiadat. 27 b. Menurut Istilah Pengertian akhlak dari segi istilah diungkapkan oleh para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda, diantaranya: 1 Menurut Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum Ad-Din, seperti yang dikutip oleh Mahyuddin, dalam bukunya Kuliah Akhlak Tasawuf, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan lebih lama. Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk. 28 2 Menurut Ibnu Miskawaih dalam kitabnya Tahzib Al-Akhlak, seperti yang dikutip oleh Abuddin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf mengatakan, akhlak keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan perbuatan tanpa melaui pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan. 29 3 Menurut Farid Ma’ruf dalam bukunya Akhlak dalam perkembangan Muhamadiah, akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan 27 Poerdjawijatna, Etika Filsafat Tingkah Laku, Jakarta: Bumi Aksara, 1984, h. 1 28 Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulya, 1999, h. 4 29 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, h. 1 perbuatan-perbuatan dengan mudah karena sudah menjadi kebiasaan, tanpa menimbulkan pertimbangan terlebih dahulu. 30 Dari definisi-definisi yang sudah disebutkan diatas mengenai pengertian akhlak, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang tanpa melaui pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan dan perbuatannya itu dapat melahirkan akhlak yang baik dan akhlak yang buruk. c. Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak Dari definisi-definisi di atas mengenai pengertian akhlak tersebut secara istilah tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu: 1 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. 2 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. 3 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan dan tekanan dari luar. 4 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. 30 Farid Ma’ruf, Akhlak dalam perkembangan Muhamadiah, h. 36