PERAN ICRC DALAM MENGURANGI PEREKRUTAN TENTARA ANAK DI RD KONGO 2009-2013

xii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Peta kantor ICRC di RD Kongo Lampiran 2 : Struktur Pembuat Kebijakan ICRC 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Skripsi ini membahas tentang upaya ICRC dalam mengurangi perekrutan tentara anak di Republik Democratik Kongo RD Kongo. Negara RD Kongo dipilih karena dalam sejarah tercatat bahwa negara ini menjadi pemicu utama Perang Afrika 1 tahun 1998-2003 yang memakan hingga empat juta korban jiwa akibat tindak kekerasan, kelaparan dan penyakit 2 . Hingga saat ini konflik di RD Kongo masih juga belum mereda dan kasus perekrutan tentara anak terus terjadi dengan angka yang tinggi. Perekrutan tentara anak dimulai dari konflik bersenjata yang terjadi di negara tersebut. Perintah resmi perekrutan tentara anak di RD Kongo muncul tahun 1998 ketika Perdana Menteri Laurent Desire Kabila memerintahkan prajuritnya untuk merekrut anak-anak menjadi prajurit perang. Sekitar 30.000 ribu anak-anak telah ikut berperang antara tahun 2003-2006. Mereka bukan hanya sebagai tentara kelompok-kelompok pemberontak, bahkan sebagai tentara pemerintah. Sepertiga dari anak-anak ini merupakan perempuan yang direkrut baik untuk kegiatan militer dan tujuan pelampiasan seksual. Pada tahun 2003 sebenarnya Perdana Menteri Joseph Kabila telah melarang penggunaan anak-anak 1 Disebut Perang Afrika karena melibatkan 7 negara: RD Kongo, Rwanda, Uganda, Namibia, Zimbabwe, Angola dan Chad. 2 Abdul Hadi Adnan, Perkembangan Hubungan Internasional di Afrika Bandung: CV. Angkasa, 2008, 164. 2 dalam peperangan, akan tetapi praktek ini masih di pertahankan oleh National Congress for the Defense of The People CNDP dan kelompok bersenjata lain 3 . Beberapa kelompok yang merekrut anak-anak adalah Movement Du 23 Mars M23, Kelompok bersenjata Mai-Mai Seperti: Congolese Resistance Patriots Pareco dan Aliance of Patriots for a Free and Sovereign Congo APCLS dan Front for Patriotic Resistance in Ituri FRPI. 4 Bahkan juga kelompok Transnational Networks seperti The Democratic Forces for the Liberation of Rwanda FDLR-Rwanda dan Lord‟s Resistance Army LRA- Uganda 5 . Pada pemilu 30 Juli 2006 di RD Kongo terdapat 33 calon presiden yang mendaftarkan diri. Calon terkuat berdasarkan sejumlah polling ialah Presiden Joseph Kabila yang telah memerintah negara tersebut sejak 2001 6 . Pada babak pertama pemilu, tidak ada dari salah satu calon presiden yang berhasil mendapatkan suara hingga 50 persen. Kemudian diadakanlah putaran kedua pada 29 Oktober 2006. Pada putaran kedua tersebut Presiden Kabila memenangkan lagi pemilu dengan jumlah suara 44,8 persen suara disusul oleh Jean Pierre-Bemba 3 Dora Szuj, Childern in Armed Conflicts- A General Review Of Child Soldier, Especially in The Democratic Republic Of The Congo, Jurnal AARMS Vol 9, no. 2 2010, 355, Miclos Zrinyi National Defense University, Budapest, Hunggary, http:www.zmne.huaarmsdocsVolume9Issue2pdf12.pdf. Diakses pada 23 November 2013. 4 MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 24 Oktober 2014, 24, http:monusco.unmissions.orgLinkClick.aspx?fileticket=DazRcHfpAJo3Dtabid=10701mid =13689language=en-US. Diakses pada tanggal 11 September 2014 5 Child-Soldiers, Democratic Republic of the Congo DRC Briefing Note to the UN Secutiry Council Working Group On Childern and Armed Conflict, England: Coalition to stop the Use of Child Soldiers, 2011, 5-6, http:child- soldiers.orguser_uploadspdffinaldrcbriefingtoscwg4feb20111596791.pdf. Diakses pada 21 November 2013. 6 Adnan, Perkembangan Hubungan Internasional di Afrika, 164. 3 dengan perolehan 20 persen suara. Kekalahan Bemba dalam pemilu inilah yang menyebabkan ia melakukan kekacauan politik bahkan dengan penembakan 7 . Selain konflik politik, juga terjadi pergolakan etnik di RD Kongo, antara lain konflik Ituri yang merupakan konflik antara agrikulturalis Lendu dan peternak Hema di wilayah Ituri sebelah Timur laut negara ini 8 . Konflik lain yang juga muncul adalah konflik Kivu. Hal ini terjadi akibat kontak bersenjata antara militer RD Kongo melawan pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Laurent Nkunda 9 . Pemberontakan yang dipimpin oleh Laurent Nkunda ini terjadi pada bulan Agustus 2008. Konflik ini merupakan konflik yang terjadi pertama kali sejak perjanjian damai pada Januari 2008. Diperkirakan 100.000 warga sipil terpaksa mengungsi karena konflik. Selain orang dewasa korban konflik juga merupakan anak-anak. Di kamp pengungsian anak-anak dipaksa untuk bekerja, seperti mencari kayu bakar. Akan tetapi keadaan disekitar mereka sangat rentan dan mudah direkrut oleh kelompok. 10 Merekapun tidak dapat kembali ke rumah karena situasi konflik yang masih berjalan. Berbagai permasalahan yang telah disebutkan di atas menjadikan anak- anak sebagai korban yang paling dirugikan. Selain mereka harus mengalami kekerasan dan kematian, anak-anak juga dilibatkan dalam proses konflik 7 Adnan, Perkembangan Hubungan Internasional di Afrika, 164. 8 Chris Simpson, Congo‟s Forgotten War, BBC News, 5 Januari 2001, http:news.bbc.co.uk2hiafrica1102289.stm. Diakses pada 22 November 2013. 9 BBC, PBB Minta Tambahan Pasukan, BBC Indonesia, 12 November 2008, http:www.bbc.co.ukindonesiannewsstory200811081112_drcongo.shtml. Diakses pada 3 Apil 2014. 10 Human Right Watch, DR Congo: Humanitarian Crisis Deepens as Peace process Falters, 25 September 2008, http:www.hrw.orgnews20080925dr-congo-humanitarian-crisis- deepens-peace-process-falters, diakses pada 29 Desember 2014. 4 bersenjata secara langsung.Mereka direkrut menjadi anggota angkatan bersenjata oleh kelompok-kelompok bersenjata termasuk oleh pemerintah RD Kongo. Pada tahun 2007, diperkirakan terdapat sekitar 7000 anak-anak yang masih aktif menjadi prajurit di kelompok bersenjata yang berada di sekitar Timur Kongo. Sampai sekarang. belum ada pencegahan yang efektif untuk menganggulangi perekrutan anak di bawah umur menjadi angkatan bersenjata 11 . Salah satu organisasi internasional yang berperan dalam permasalahan tentara anak ini adalah The International Commitee of The Red Cross ICRC. Ini adalah organisasi yang tidak memihak, netral dan mandiri. ICRC memiliki misi kemanusian untuk melindungi kehidupan dan martabat korban koflik bersenjata dan korban situasi kekerasan lain serta memberi mereka bantuan 12 . ICRC juga merupakan organisasi yang mengawasi berjalannya hukum humaniter internasional ini. 13 Dalam pasal 39 Convention On The Right Of The Child 1989 dinyatakan bahwa 14 : “State parties shall take all appropriate measures to promote physical and psychological recovery and social reintegration of a child victim of: any form of neglect, exploitation, of abuse; toture or any other form of cruel, inhuman or degrading treatment of punishment; or armed conflicts. Such recovery and reintegration shall take place in an environment which fosters the health, self- respect and dignity of the child. Negara-negara peserta akan mengambil semua langkah yang tepat untuk meningkatkan pemulihan fisik maupun psikologis dan reintegrasi dalam masyarakat seorang anak yang menjadi korban dari: setiap bentuk penelantara, eksploitasi, atau penyalahgunaan; penyiksaan atau setiap bentuk kekejaman atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi atau yang merendahkan martabat atau pertentangan 11 Szuj, Children in Armed Conflicts, 355. 12 ICRC, The ICRC: Its Mission and Work, 4 September 2009, 4, http:www.icrc.orgengassetsfilesothericrc_002_0963.pdf. Diakses pada 23 November 2014, 13 Ambarwati, Denny Ramadhany, dan Rina Rusman, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009, xix. 14 Convention On The Right Of The Child, 1989.