Peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan tentara anak di RD Kongo 2009-2013

(1)

PERAN ICRC DALAM UPAYA MENGURANGI

PEREKRUTAN TENTARA ANAK DI RD KONGO

(2009-2013)

Skripsi

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

oleh

Elhumairoh Wijaya 1110113000030

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

PERAN ICRC DALAM UPAYA MENGURANGI PEREKRUTAN TENTARA

1.

ANAKDT RD KONGO (2009-2014)

Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk mernenuhi salah satu persyaratan meperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan

ini

telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan orang

lain,

maka sya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri

(IIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

J.

Jakarta, 8 Desember 2014

w


(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, pembimbing skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Elhumairoh Wiiaya

NIM

:1110113000030

Program Studi : Hubungan Intemasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul :

PERAN ICRC DALAM UPAYA MENGURANGI PEREKRUTAN TENTARA

ANAK

DI

RD KONGO (2409-2013) dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakafta, 1 1 Desember 2014

Mengetairui,

Ketua Program Studi

Menyetujui,

Pembimbing Skripsi

111


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI

PERAN ICRC DALAM UPAYA MENGURANGI PEREKRUTAN TENTARA

ANAK DI RD KONGO (2009-2013) Oleh

Elhumairoh Wijaya 1 1 101 13000030

Telah dipertattankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 19 Desember 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Soaial (S. Sos) pada Program Studi Hubmgan lntemasional.

Ketua,

fry^)-Debbie Afianty,M.Si. NIP:

Penguji

I

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 19 Desember 2014.

Ketua Program Studi Hubungan Intemasional

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

lv

liaili Pertiwi, MA NIP:


(5)

iv ABSTRAK

Skripsi ini menganalisa peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan tentara anak di RD Kongo tahun 2009-2013. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif. Kerangka pemilikiran yang digunakan adalah teori peran, konsep organisasi internasional dan hak asasi manusia. Peran ICRC terbentuk melalui spesifitas dan ruang lingkup organisasi ini. Dalam hubungan internasional ICRC dianggap sebagai aktor independen dengan status sui generis.

Dari analisa tersebut didapatkan bahwa terdapat dua peran utama ICRC yang berpengaruh bagi penurunan angka perekrutan tentara anak. Dalam lini operasional ICRC memberikan bantuan kemanusiaan terhadap tentara anak di RD Kongo berupa bantuan psikologis, penyatuan hubungan keluarga kembali dan bantuan ekonomi. Kedua selain menargetkan tentara anak ICRC juga menargetkan pihak-pihak yang berkonflik di RD Kongo dengan sosialisasi dan penerapan hukum humaniter internasional di negara tersebut. Sehingga dengan menargetkan program ICRC kepada pihak perekrut tentara anak dan anak-anak yang menjadi korban, ICRC mampu berkontribusi dalam mengurangi perekrutan tentara anak di RD Kongo.


(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur, penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang dengan penuh rahmat dan pertolongan-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Sosial Program Studi Hubungan Internasional pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta doa-doa dari orang-orang yang telah mendukung penulis secara moril maupun materil.

Selanjutnya, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis yang dengan sabar selalu mendukung dan mendoakan penulis penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Irfan Hutagalung, L.LM. yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini.Terima kasih atas sharing ilmu dan waktu yang bapak Irfan berikan kepada penulis.

Terima kasih saya juga sampaikan kepada bapak Drs. Armein Daulay,M.Si karena bapak telah bersedia memberikan nasehat dan masukan agar penulisan skripsi ini menjadi lebih baik. Terima kasih kepada Pak Adian Firnas, M.Si sebagai dosen penasehat akademik karena telah meluangkan waktu dan memberikan nasehat kepada penulis. Terima kasih pula kepada bapak/ibu dosen atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan selama masa perkuliahan serta seluruh civitas akademika FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

vi

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabat penulis Andhini Citra Pertiwi yang selalu mendukung dan mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa terima kasih kepada Nabila Fatma G, Detty Oktavina, Istiqamah, Annisa Zakiah, Peni Intan, Siti Maunah, Tisa Lestari, Rosa Permata, mahyar Diani, Dini Rizki, Yuri, Bisti, Dede Rifa‟atul, Bagus Supri Hendra, Afrillia, serta teman-teman seperjuangan HI‟10 atas diskusi dan kebersamaan selama ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman Fetullah Gullen Chair yaitu Miss Guzel Sener, leny dan Fita atas doa dan dukungannnya.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan diharapkan mampu menambahkan keilmuan HI, dengan tidak terlepas atas kekurangan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan bantuan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih.

Jakarta, 8 Desember 2014


(8)

vii

DAFTAR ISI

JUDUL……….………...i

HALAMAN PERNYATAAN……….………..ii

LEMBER PERSETUJUAN PEMBIMBING……...………….………iii

ABSTRAK………..………...iv

KATA PENGANTAR……….….………..v

DAFTAR ISI………..………...vii

DAFTAR TABEL……….………ix

DAFRAR GAMBAR………..………x

DAFTAR LAMPIRAN………..………...xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah……….………..1

B. Pertanyaan Penelitian……….………...6

C. Tujuan dan Manfaat……….………..7

D. Tinjauan Pustaka………..………..8

E. Kerangka Pemikiran………..………...11

1. Teori Peran………..……….11


(9)

viii

3. Konsep Humanitarianisme……….……….16

F. Metode Penelitian………...……...…...18

G. Sistematika Penulisan………..………19

BAB II. POSISI ICRC TERHADAP ANAK-ANAK KORBAN KONFLIK BERSENJATA A. Sejarah Berdirinya ICRC……….………...21

B. Tujuan dan Kegiatan ICRC.……….………25

C. Status ICRC.………..……….26

D. Pembuatan Keputusan dan Pendanaan ICRC……….32

E. Konvensi dan Protokol Internasional Tentang Anak...………34

F. Peran ICRC Terhadap Korban Anak-Anak ...39

G. Peran ICRC Di Beberapa Negara……….43

BAB III. PEREKRUTAN TENTARA ANAK DI RD KONGO A. Profil RD Kongo………...48

B. Sejarah Perekrutan Tentara Anak di RD Kongo ...……….49

C. Angkatan Bersenjata Yang Merekrut Anak-Anak………..53

D. Alasan Anak-Anak Bergabung Kedalam Angkatan Bersenjata atau Kelompok Bersenjata ……….58


(10)

ix

BAB IV. PERAN ICRC DALAM MENGURANGI PEREKRUTAN

TENTARA ANAK DI RD KONGO (2009-2013)

A. Peran ICRC...……….………….63

1. Peran ICRC Dalam Lini Operasional………..…………...65 2. Peran ICRC Dalam Pengembangan dan Promosi Hukum

Humaniter Internasional dan Prinsip Kemanusian……….75

B. Efektifitas Peran ICRC….………..85

BAB V.KESIMPULAN………..…………...…………....90 DAFTAR PUSTAKA


(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Perbedaan Status Hukum Nasional dan

Internasional....……...……....29

Tabel 2.2 : Kategori Anak Dalam Konflik...………...…………..2

Tabel 4.1 : Tentara Anak Yang Telah Kembali Kepada

Keluarganya…...……...76 Tabel 4.2 : Bantuan ICRC terhadap Anak (Termasuk Tentara

Anak) ………...……….72

Tabel 4.3 : Hukum Internasional Mengenai Anak Yang Telah


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Proses Pembuatan Keputusan ICRC………...….33 Gambar 3.1 : Peta RD Kongo ………..…………...……...48 Gambar 3.2 : Pemetaan Kekuatan Kelompok Bersenjata di RD

Kongo…...………...57

Gambar 4.1 : Bagan Perbandingan Jumlah Anak Yang Direkrut dan Yang Telah Ditangani ICRC………....………...88


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Peta kantor ICRC di RD Kongo Lampiran 2 : Struktur Pembuat Kebijakan ICRC


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Skripsi ini membahas tentang upaya ICRC dalam mengurangi perekrutan tentara anak di Republik Democratik Kongo (RD Kongo). Negara RD Kongo dipilih karena dalam sejarah tercatat bahwa negara ini menjadi pemicu utama Perang Afrika1 tahun 1998-2003 yang memakan hingga empat juta korban jiwa akibat tindak kekerasan, kelaparan dan penyakit2. Hingga saat ini konflik di RD Kongo masih juga belum mereda dan kasus perekrutan tentara anak terus terjadi dengan angka yang tinggi.

Perekrutan tentara anak dimulai dari konflik bersenjata yang terjadi di negara tersebut. Perintah resmi perekrutan tentara anak di RD Kongo muncul tahun 1998 ketika Perdana Menteri Laurent Desire Kabila memerintahkan prajuritnya untuk merekrut anak-anak menjadi prajurit perang. Sekitar 30.000 ribu anak-anak telah ikut berperang antara tahun 2003-2006. Mereka bukan hanya sebagai tentara kelompok-kelompok pemberontak, bahkan sebagai tentara pemerintah. Sepertiga dari anak-anak ini merupakan perempuan yang direkrut baik untuk kegiatan militer dan tujuan pelampiasan seksual. Pada tahun 2003 sebenarnya Perdana Menteri Joseph Kabila telah melarang penggunaan anak-anak

1

Disebut Perang Afrika karena melibatkan 7 negara: RD Kongo, Rwanda, Uganda, Namibia, Zimbabwe, Angola dan Chad.

2

Abdul Hadi Adnan, Perkembangan Hubungan Internasional di Afrika (Bandung: CV. Angkasa, 2008), 164.


(15)

2

dalam peperangan, akan tetapi praktek ini masih di pertahankan oleh National Congress for the Defense of The People (CNDP) dan kelompok bersenjata lain3.

Beberapa kelompok yang merekrut anak-anak adalah Movement Du 23 Mars (M23), Kelompok bersenjata Mai-Mai (Seperti: Congolese Resistance Patriots (Pareco) dan Aliance of Patriots for a Free and Sovereign Congo

(APCLS)) dan Front for Patriotic Resistance in Ituri (FRPI).4 Bahkan juga kelompok Transnational Networks seperti The Democratic Forces for the Liberation of Rwanda (FDLR-Rwanda) dan Lord‟s Resistance Army (LRA-Uganda)5.

Pada pemilu 30 Juli 2006 di RD Kongo terdapat 33 calon presiden yang mendaftarkan diri. Calon terkuat berdasarkan sejumlah polling ialah Presiden Joseph Kabila yang telah memerintah negara tersebut sejak 20016. Pada babak pertama pemilu, tidak ada dari salah satu calon presiden yang berhasil mendapatkan suara hingga 50 persen. Kemudian diadakanlah putaran kedua pada 29 Oktober 2006. Pada putaran kedua tersebut Presiden Kabila memenangkan lagi pemilu dengan jumlah suara 44,8 persen suara disusul oleh Jean Pierre-Bemba

3

Dora Szuj, Childern in Armed Conflicts- A General Review Of Child Soldier, Especially

in The Democratic Republic Of The Congo, Jurnal AARMS Vol 9, no. 2 (2010), 355, Miclos

Zrinyi National Defense University, Budapest, Hunggary, http://www.zmne.hu/aarms/docs/Volume9/Issue2/pdf/12.pdf. Diakses pada 23 November 2013.

4

MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 24 Oktober 2014, 24, http://monusco.unmissions.org/LinkClick.aspx?fileticket=DazRcHfpAJo%3D&tabid=10701&mid =13689&language=en-US. Diakses pada tanggal 11 September 2014

5

Child-Soldiers, Democratic Republic of the Congo (DRC) Briefing Note to the UN

Secutiry Council Working Group On Childern and Armed Conflict, (England: Coalition to stop the

Use of Child Soldiers, 2011), 5-6, http://child-soldiers.org/user_uploads/pdf/finaldrcbriefingtoscwg4feb20111596791.pdf. Diakses pada 21 November 2013.

6


(16)

3

dengan perolehan 20 persen suara. Kekalahan Bemba dalam pemilu inilah yang menyebabkan ia melakukan kekacauan politik bahkan dengan penembakan7.

Selain konflik politik, juga terjadi pergolakan etnik di RD Kongo, antara lain konflik Ituri yang merupakan konflik antara agrikulturalis Lendu dan peternak Hema di wilayah Ituri sebelah Timur laut negara ini8. Konflik lain yang juga muncul adalah konflik Kivu. Hal ini terjadi akibat kontak bersenjata antara militer RD Kongo melawan pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Laurent Nkunda9.

Pemberontakan yang dipimpin oleh Laurent Nkunda ini terjadi pada bulan Agustus 2008. Konflik ini merupakan konflik yang terjadi pertama kali sejak perjanjian damai pada Januari 2008. Diperkirakan 100.000 warga sipil terpaksa mengungsi karena konflik. Selain orang dewasa korban konflik juga merupakan anak-anak. Di kamp pengungsian anak-anak dipaksa untuk bekerja, seperti mencari kayu bakar. Akan tetapi keadaan disekitar mereka sangat rentan dan mudah direkrut oleh kelompok.10 Merekapun tidak dapat kembali ke rumah karena situasi konflik yang masih berjalan.

Berbagai permasalahan yang telah disebutkan di atas menjadikan anak-anak sebagai korban yang paling dirugikan. Selain mereka harus mengalami kekerasan dan kematian, anak-anak juga dilibatkan dalam proses konflik

7

Adnan, Perkembangan Hubungan Internasional di Afrika, 164.

8

Chris Simpson, Congo‟s Forgotten War, BBC News, 5 Januari 2001, http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/1102289.stm. Diakses pada 22 November 2013.

9

BBC, PBB Minta Tambahan Pasukan, BBC Indonesia, 12 November 2008, http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2008/11/081112_drcongo.shtml. Diakses pada 3 Apil 2014.

10

Human Right Watch, DR Congo: Humanitarian Crisis Deepens as Peace process Falters, 25 September 2008, http://www.hrw.org/news/2008/09/25/dr-congo-humanitarian-crisis-deepens-peace-process-falters, diakses pada 29 Desember 2014.


(17)

4

bersenjata secara langsung.Mereka direkrut menjadi anggota angkatan bersenjata oleh kelompok-kelompok bersenjata termasuk oleh pemerintah RD Kongo. Pada tahun 2007, diperkirakan terdapat sekitar 7000 anak-anak yang masih aktif menjadi prajurit di kelompok bersenjata yang berada di sekitar Timur Kongo. Sampai sekarang. belum ada pencegahan yang efektif untuk menganggulangi perekrutan anak di bawah umur menjadi angkatan bersenjata11.

Salah satu organisasi internasional yang berperan dalam permasalahan tentara anak ini adalah The International Commitee of The Red Cross (ICRC). Ini adalah organisasi yang tidak memihak, netral dan mandiri. ICRC memiliki misi kemanusian untuk melindungi kehidupan dan martabat korban koflik bersenjata dan korban situasi kekerasan lain serta memberi mereka bantuan12. ICRC juga merupakan organisasi yang mengawasi berjalannya hukum humaniter internasional ini.13 Dalam pasal 39 Convention On The Right Of The Child 1989 dinyatakan bahwa14:

State parties shall take all appropriate measures to promote physical and psychological recovery and social reintegration of a child victim of: any form of neglect, exploitation, of abuse; toture or any other form of cruel, inhuman or degrading treatment of punishment; or armed conflicts. Such recovery and reintegration shall take place in an environment which fosters the health, self-respect and dignity of the child.

(Negara-negara peserta akan mengambil semua langkah yang tepat untuk meningkatkan pemulihan fisik maupun psikologis dan reintegrasi dalam masyarakat seorang anak yang menjadi korban dari: setiap bentuk penelantara, eksploitasi, atau penyalahgunaan; penyiksaan atau setiap bentuk kekejaman atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi atau yang merendahkan martabat atau pertentangan

11

Szuj, Children in Armed Conflicts, 355.

12

ICRC, The ICRC: Its Mission and Work, 4 September 2009, 4, http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/icrc_002_0963.pdf. Diakses pada 23 November 2014,

13

Ambarwati, Denny Ramadhany, dan Rina Rusman, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009, xix.

14


(18)

5

kesepakatan. Pemulihan dan reintegrasi seperti itu akan dilakukan dalam suatu lingkungan yang membantu pengembangan kesehatan, harga diri dan martabat anak.) (Terjemahan penulis)

Dari pasal di atas dapat dilihat bahwa perekrutan tentara anak merupakan salah satu bentuk kekejaman dan eksploitasi terhadap anak. Tidak jarang anak mendapat penyiksaan sehingga mereka mengalami trauma prsikologis. Oleh sebab itu diperlukan program reintegrasi dan pemulihan psikologis. Meskipun pasal di atas mengacu pada aktor negara, akan tetapi adakalanya negara tidak mampu atau tidak ingin menolong.15 Dalam proses operasional itulah ICRC bergerak.

ICRC telah bekerja di Republik Demokratik Kongo sejak tahun 1960. Dahulu, Republik Demokratik Kongo masih bernama Zaire. Pada tahun 1978 akhirnya ICRC membuka delegasi permanen di Republik Demokratik Kongo. Fungsi ICRC ialah untuk memenuhi kebutuhan darurat bagi pengungsi dan penduduk yang terkena dampak konflik, misalnya memastikan bahwa orang terluka dan sakit dapat menerima perawatan yang memadai termasuk dukungan psikologis. Mereka juga mengunjungi tahanan dan membantu memulihkan kontak antara kerabat yang dipisahkan. Selain itu ICRC, membantu mendukung pengembangan Perhimpunan Nasional16. ICRC juga mempromosikan

15

Archer, International Organizations, 80.

16

Perhimpunan nasional adalah Palang Merah atau Bulan Sabit Merah Nasional yang berada di masing-masing negara yang telah menandatangi perjanjian dengan ICRC. Perhimpunan nasional bertindak sebagai penolong otoritas publik negara mereka sendiri dalam bidang kemanusiaan dan menyediakan berbagai layanan termasuk bantuan bencana dan kesehatan serta program sosial. Dalam masa konflik, Perhimpunan Nasional membantu penduduk sipil yang terkena dampak dan bila sesuai, juga mendukung pelayanan medis militer. Lihat ICRC, Annual Report 2013, 5.


(19)

6

pengetahuan dan penghormatan hukum humaniter internasional antara otoritas yang terkait. 17

Sebagai respon atas konflik bersenjata yang terjadi pada Agustus 2008, ICRC dan Palang Merah dari RD Kongo memperkirakan bahwa program mereka dalam menangani korban konflik akan lebih luas dari yang direncanakan. ICRC meminta dana tambahan bagi program mereka di RD Kongo. Sehingga total anggaran tahun 2009 bagi RD Kongo akan lebih dari 55 juta dolar AS. Perluasan anggaran ini akan memungkinkan bagi ICRC dan Palang Merah RD Kongo untuk memperluas program bantuan bagi korban konflik bersenjata. Salah satu program penting mereka adalah memulihkan hubungan keluarga anak-anak tanpa pendamping termasuk tentara anak-anak kepada keluarga mereka. Diperkirakan hampir 500 keluarga yang melaporkan kehilangan akan anak-anak mereka.18

Berdasarkan paparan diatas serta fenomena-fenomena yang terjadi, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dan memahami tentang fenomena tersebut, yang akan dituangkan dalam penelitian dengan judul:“Peran ICRC Dalam Upaya Mengurangi Perekrutan Tentara Anak di Republik Demokratik

Kongo (2009-2013)”.

Penulis melihat bahwa usai konflik bersenjata besar yang terjadi tahun 2008 di RD Kongo, ICRC harus menambah usaha ekstra bagi kegiatan kerja mereka tahun 2009. Seperti yang telah di paparkan bahwa ICRC bahkan harus

17

ICRC, ICRC Annual Report 2012 (Genewa: ICRC 2013), 112, www.icrc.org/eng/assets/files /annual-report/icrc-annual-report-2012.pdf. Diakses pada 12 Januari 2014.

18

ICRC, Democratic Republic of The Congo: ICRC Steps Up Efforts to Help Displaced People and Their Host Communities, 15 Mei 2009, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/news-release/2009-and-earlier/congo-kinshasa-news-150509.htm, diakses pada 27 Desember 2014.


(20)

7

menambah anggaran dana mereka. Selain itu perekrutan tentara anak merupakan hal yang melanggar hukum humaniter internasional. ICRC sebagai organisasi yang mengawasi berjalannya hukum humaniter internasional, berhak untuk menjalankan misinya untuk melindungi dan mencegah terjadinya perekrutan tentara anak.

B. Pertanyaan Penelitian

Penulisan ini akan merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimana Peran ICRC dalam Upaya Mengurangi Perekrutan Tentara Anak di Republik Demokratik Kongo

(2009-2013)?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor apa yang mendorong perekrutan tentara anak serta respon ICRC terkait perekrutan tentara anak di Republik Demokratik Kongo.

2. Untuk menganalisis peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan tentara anak di Republik Demokratik Kongo.

3. Menjelaskan teori Peran, konsep Organisasi Internasional dan konsep Hak Asasi Manusia.


(21)

8

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis dapat menambah wawasan ilmu Hubungan Internasional yang berkaitan dengan bahasan yang diteliti, khususnya peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan tentara anak di Republik Demokratik Kongo (2009-2013)

b. Manfaat Praktis

1. Menambah wawasan tentang Peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan tentara anak di RD Kongo

2. Dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti serta bagi masyarakat yang membutuhkan informasi mengenai peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan tentara anak di RD Kongo

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini terdapat beberapa pembanding melalui literatur review dari berbagai sumber. Permasalahan tentara anak telah ditulis oleh Hanan Rianastashia tahun 2009 dalam skripsi di FISIP Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” yang berjudul “Peran United Nations International

Children’s Fund (UNICEF) Dalam Upaya Mengatasi Perekrutan Serdadu Anak (Child Soldier) di Daerah Konflik Studi Kasus: Sierra Leone”. Skripsi ini membahas mengenai permasalahan tentara anak di Sierra Leone. Fenomena ini menggugah masyarakat internasional yang diwakili oleh UNICEF. Ia adalah badan organisasi di bawah naungan PBB yang menjalankan mandat untuk


(22)

9

mepromosikan serta melindungi hak asasi manusia. Skripsi ini pula menggunakan metode penelitian kualitatif serta memakai konsep human security dan konsep peran organisasi internasional.

Dari pemaparan tersebut didapatkan bahwa Kapabilitas UNICEF dalam kasus tentara anak di Sierra Leone hanya untuk mengatasi akibat dari adanya konflik atau tentara anak itu sendiri. Instabilitas politik serta konflik yang berkempanjangan di Sierra Leone merupakan faktor semakin meningkatnya rekrutmen tentara anak. Namun dengan ditanda tanganinya perjanjian perdamaian, serta menguatnya aturan hukum di Sierra leone dan perubahan stabilitas keamanan yang semakin membaik maka berdampak pada penurunan jumlah rekrutmen anak-anak ke dalam kelompok bersenjata19.

Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Sabrina Kusumah Wardani di FISIP UIN Syarif Hidayatullah berjudul “Peran UNICEF Terhadap Perekrutan Tentara Anak Pada Konflik Di Srilanka Periode 2002-2009”. Sripsi ini membicarakan mengenai masalah perekrutan tentara anak di Srilanka dalam konflik bersenjata. Sabrina menganggap bahwa fenomena tentara anak seringkali tersembunyi karena aktifitas mereka yang berada di daerah-daerah terpencil. Tentara anak juga dianggap sebagai pasukan tanpa resiko karena tanpa dibayar dan mudah untuk dikendalikan. Dalam skripsi ini digunakan metode penelitian kualitatif dan menggunakan konsep organisasi internasional, konsep human security dan teori peran.

19

Hanan Rianastashia, Peran UNICEF Dalam Upaya Mengatasi Perekrutan Serdadu

Anak (Child Soldier) di Wilayah Konflik Studi Kasus: Sierra Leone (Skripsi, FISIP, Universitas


(23)

10

Berdasarkan pemaparan di atas, didapatkan bahwa UNICEF sebagai organisasi di bawah naungan PBB memberikan bantuan hukum bagi anak-anak yang diculik dan direkrut ke dalam pasukan militer. UNICEF juga terlibat dalam demobilisasi tentara anak. Selanjutnya, organisasi tersebut juga meningkatkan kesadaran akan hak anak melalui program dan laporan tentang pelanggaran keji hak anak, mendukung pusat-pusat perawatan darurat, membina keluarga dan grup di mana anak-anak mendapat perlindungan sementara proses pencarian keluarga mereka dilakukan20.

Dari dua skripsi yang telah diuraikan, diperoleh data yang menyatakan bahwa kedua penulis di atas membahas mengenai peran UNICEF di kedua negara berbeda yaitu Sierra Leone dan Sri Lanka. Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan mereka adalah, pertama penulisan ini memfokuskan penelitian pada peran ICRC sebagai organisasi internasional dengan rentang waktu 2009-2013. Kedua penulisan ini juga membatasi ruang lingkup penelitian di negara RD Kongo yang merupakan salah satu negara yang rawan konflik. Dan ketiga, metode penelitian yang digunakan penulis adalah teori peran, konsep organisasi internasional dan hak asasi manusia.

E. Kerangka Pemikiran

Untuk menganalisis penelitian Peran ICRC dalam menangani perekrutan tentara anak di Republik Demokratik Kongo (2009-2013), digunakan teori dan konsep yang dapat mendukung proses analisa. Mohtar Mas‟oed (1994)

20

Sabrina Kusumah Wardhani, Peran UNICEF Terhadap Perekrutan Tentara Anak Pada

Konflik Di Sri Lanka Periode 2002-2009. (Skripsi, FISIP, Universitas Islam Negeri Syarif


(24)

11

menyebutkan bahwa untuk memahami fenomena hubungan internasional kita perlu menyederhanakannya dengan konseptualisasi. Konsep adalah abstraksi yang mewakili suatu objek, sifat objek atau suatu fenomena tertentu21. Masih menurut Mochtar Mas‟oed (1994), konsep merupakan pondasi bagi teori. Tanpa menggunakan teori maka fenomena-fenomena serta data yang ada akan sulit dimengeri. Teori juga menggabungkan serangkaian konsep sehingga dapat menjadi suatu penjelasan yang menunjukkan bagaimana konsep-konsep itu secara logis saling berhubungan. Untuk itu, penulis menggunakan teori peran, konsep organisasi internasional, konsep hak asasi manusia dan konsep hukum humaniter22.

1. Teori Peran

Sebastian Harnisch menyatakan bahwa teori peran pertama kali muncul dalam Analisa Politik Luar Negeri pada tahun 1970. Pada tahun tersebut para ahli teori mulai mencoba untuk memastikan pola perilaku negara-negara dalam struktur “bipolar” (perang dingin) seperti gerakan non-blok, sekutu dan satelit.23 Sejak saat itu semakin banyak ahli teori peran yang berpendapat bahwa terdapat perluasan peran sosial (seperti pemimpin, mediator, insisiator) dan kontra peran (seperti pengikut, aggressor dan lain-lain) sebagai struktur sosial Hubungan Internasional yang berkembang.24 Para ahli berpendapat bahwa peran dalam

21 Mochtar Mas‟oed,

Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi (Jakarta:

LP3ES, 1994), 93.

22Mas‟oed

,Ilmu Hubungan Internasional, 184-185.

23

Sebastian Harnisch, Role Theory: Operationalization of Key Concept, dalam Sebastian Harnisch, Cornelia Frank dan Hanns W. Maull ed, Role Theory in International Relations:

Aproaches and Analysis, (USA: Routledge, 2011), 7.

24


(25)

12

hubungan internasional tidak dapat dipandang atau diteorikan tanpa mengacu pada peran lain dan pengakuan melalui masyarakat.

Thies dan Andrews menyebutkan peran adalah posisi sosial (aktor yang diakui oleh sosial) yang dibentuk oleh harapan sendiri (ego) dan harapan orang lain (alter expectation)25. Kemudian menurut Harnisch, role expectation untuk aktor terorganisir seperti negara atau organisasi internasional dapat bervariasi.

Role expectation setiap orang berbeda sesuai dengan ruang lingkupnya sehingga kewajiban merekapun menjadi berbeda.

Kemudian, menurut sebagian peneliti peran dan identitas saling berkaitan. Identitas adalah bahwa lembaga atau kelompok mendefinisikan dirinya melalui mata orang lain dan dihadapan masyarakat. Dalam hubungan internasional, negara atau aktor-aktor yang lain memiliki peran yang dibentuk oleh identitas organisasi mereka. 26 Konsep peran dalam organisasi internasional adalah pada peran apa yang dimainkan oleh organisasi-organisasi dalam melakukan perubahan sistem internasional. Peran organisasi internasional terbagi menjadi tiga: sebagai instrumen, arena dan aktor.27

Peran sebagai instrumen berarti bahwa organisasi internasional digunakan sebagai alat atau intrumen oleh anggotanya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Peran sebagai arena adalah organisasi internasional sebagai suatu tempat atau forum bagi dibuatnya kebijakan atau bagi diambilnya suatu tindakan. Terakhir

25

Harnisch, Role Theory, 8.

26

Harnisch, Role Theory, 10-13.

27


(26)

13

peran sebagai aktor yaitu organisasi internasional sebagai aktor independen dalam sistem internasional.28

ICRC berperan sebagai aktor independen dalam sistem internasional yang mampu membuat kebijakan sendiri terutama dalam mengupayakan perlindungan dan pencegahan dalam mengurangi perekrutan tentara anak. Dalam memenuhi perannya ICRC terbatas pada ruang lingkup dan spesifikasi organisasi yaitu hanya pada perlindungan dan pertolongan pada korban perang yang dalam penulisan skripsi ini dikhususkan untuk tentara anak. ICRC dalam hubungan internasional disamakan sebagai organisasi internasional dengan status unik yaitu sui generis. Sehingga dalam melaksanakan kewajibannya ICRC mampu bekerja sama dengan pihak-pihak yang berkonflik karena identitasnya sebagai organisasi internasional yang netral, tidak berpihak dan mandiri.

2. Konsep Organisasi Internasional

Menurut Clive Archer, organisasi internasional dapat diartikan sebagai sebuah badan formal dengan struktur berkelanjutan yang dibentuk berdasarkan pada perjanjian antara dua pihak atau lebih ( antara aktor negara maupun non-negara) dengan tujuan mengejar kepentingan umum dari anggotanya.29 Selznick menyatakan sebuah organisasi internasional dalam merupakan bentuk lembaga yang mengacu pada sistem aturan formal dan tujuan, instrumen administrasi yang rasional,30. Duverger menambahkan bahwa organisasi internasional memiliki

28

Archer, International Organizations, 67- 79.

29

Archer, International Organizations, 35.

30


(27)

14

organisasi teknis dan materi resmi seperti konstitusi formal, peralatan fisik, mesin, emblem, alat tulis kop surat, staf, hirarki adminsitrasi dan sebagainya31.

Terdapat beberapa fungsi organisasi internasional dalam sistem internasional berdasarkan perannya (yaitu sebagai instrumen, arena dan aktor). Organisasi internasional berfungsi dalam artikulasi dan agregasi, penyebaran norma, rekrutmen, sosialisasi, pembuat kebijakan, pengaplikasi aturan, pemberi keputusan peradilan dan dalam fungsi operasional.32

Menurut J. Craig Barker , menyatakan bahwa organisasi internasional (khusus organisasi internasional antar negara) dianggap sebagai international legal personality (subjek hukum internasional) karena memiliki kemampuan untuk menjadi bagian dalam perjanjian internasional, mengadakan konferensi internasional, menerima dan mengerjakan misi diplomatik dan menyatakan protes terhadap negara serta menegaskan klaim internasional.33

Dalam konteks Organisasi internasional, ICRC merupakan organisasi internasional yang bersifat unik. ICRC merupakan organisasi yang kerap disamakan seperti organisasi non-negara karena didirikan berdasarkan inisiatif individu, tapi memiliki keistimewaan seperti organisasi antar-negara yang memiliki keistimewaan hak-hak tertentu dalam memenuhi kewajiban tertentu pula.34 Mochtar Kusuma Atmaja dan Etty R. Agoes dalam buku Pengatar Hukum Internasional menyebutkan bahwa ICRC diakui sebagai organisasi internasional

31

Archer, International Organizations, 3.

32

Archer, International Organizations, 94-107.

33

J. Craig Barker, International Law and Internantional Relations: Internantional

Relations for the 21st Century, (London: Continuum 2000),25

34


(28)

15

yang memiliki kedudukan sebagai subjek hukum internasional walaupun dengan ruang lingkup yang terbatas dan memiliki keunikan dalam hukum internasional.35

Pada awalnya hanya negara yang dianggap mampu untuk mengemban hak dan kewajiban . Menurut Barker, sebuah entitas dapat diakui sebagai subjek hukum internasional harus mampu untuk mengemban hak dan kewajiban di bawah hukum internasional dan memiliki kapasitas prosedural untuk menegakkan hak-hak dan kewajibannya.36 Selanjutnya Barker menyatakan bahwa kategori lain yang diakui sebagai subjek hukum internasional ini adalah Individu dan organisasi internasional akan tetapi dengan hak dan kewajiban yang terbatas.

Selain dari negara, individu dan organisasi internasional terdapat sebuah entitas unik yang mendapat status sebagai subjek hukum internasional. Oleh karena itu entitas ini disebut sebagai Sui Generis. Terdapat tiga entitas yang memiliki subjek hukum internasional dengan karakter unik yaitu: Hollysee (Vatican), Sovereign Order of Malta dan ICRC.37 Keberadaan Sui Generis ini menunjukan bahwa negara (hukum internasional) menerima keberadaan entitas non-negara dan non-organisasi internasional sebagai internasional legal personality.38

Dalam penulisan skripsi ini, penulis meletakkan ICRC sebagai sebuah organisasi yang bersifat internasional yang memiliki subjek hukum internasional juga yang memiliki hak dan kewajiban. Kewajibannya ini berkaitan erat dengan

35

Mochtar Kusuma Atmaja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung: PT Alumni, 2003), 101.

36

Barker, International Law and Internantional Relations, 44.

37

Anna-Karin Lindblom, Non-Governmental Organization in International Law,

Camridge Studies in International And Comparative law (CSICL), (USA: Camridge University

Press, 2005), 63

38


(29)

16

peran aktif ICRC dalam hubungan internasional, khususnya di RD Kongo untuk mengurangi perekrutan tentara anak. Sedangkan hak ICRC antara lain adalah perlindungan dan kekebalan hukum organisasi ini di negara tersebut. ICRC dalam sistem internasional memenuhi fungsi sebagai aktor yang beroperasi bidang kemanusiaan, penyebar norma (hukum humaniter internasional dan hak asasi manusia), pembuat peraturan (konvensi dan protokol internasional tentang tentara anak), penerap peraturan serta berperan dalam sosialisasi hukum humaniter internasional.

3. Konsep Humanitarianisme

Sejarah humanitarianisme kerap dikaitkan dengan Henry Dunant ketika melakukan perjalanan bisnis ke Italia. Henry melewati sebuah perang di daerah Solferino. Melihat banyaknya korban yang berjatuhan hatinya menjadi tergerak, sehingga Henry dan masyarakat sekitar bergabung untuk membantu korban tanpa memilih-milih siapa yang harus dibantu olehnya. Sepulangnya dari Italia ia menulis buku yang berjudul A Memory Of Soferino yang akhirnya menggugah hati masyarakat. Opini masyarakat yang besar akhrinya mendorong terbentuknya ICRC. Kejadian inilah yang menjadi momentum humanitarianisme modern.39

Terdapat tiga asumsi umum yang digunakan untuk mendefinisikan humanitarianism.40 Pertama, pendapat bahwa seluruh manusia adalah setara. Kedua, humanitarianisme adalah etika kebaikan, kebajikan dan simpati yang

39

Michael Barnett, The International Humanitarian Order, Ingrris: Routledge,

2010, 1.

40

Linda L. Lyman, Jane Strachan dan Angeliki Lazaridou, Shaping Social Justice Leadership Insights of Women Educators Worldwide, Marryland: Roman and Littlefield Publisher 2012, 79.


(30)

17

dilakukan terhadap semua manusia tanpa memihak. Ketiga adalah kasih sayang yang mendorong untuk melakukan tindakan dalam rangka merbah kondisi yang tidak menguntungkan bagi manusia. Selanjutnya, Michael Barnett menyatakan bahwa humanitarianisme secara umum dipahami sebagai bantuan yang terjadi pada saat masa kekacauan terjadi, Konsep ini diaplikasikan pada saat pertolongan pada saat kekacauan atau setelah masa itu terlewati.41

Mahkamah Internasional PBB sebagaimana dikutip Ambarwati, mendefinisikan humanitarianisme atau prinsip kemanusiaan sebagai ketentuan untuk memberikan bantuan tanpa diskriminasi kepada korban yang terluka di medan perang agar dapat mengurangi penderiataan manusia.42 Sehingga ICRC merupakan bagian dari perkembangan humanitarianisme itu sendiri. Dan peran ICRC bagi perlindungan dan pencegahan perekrutan tentara anak merupakan aksi humanitarianisme. Aksi ini juga digunakan untuk mengembalikan hak anak yang telah diabaikan di RD Kongo akibat perekrutan tentara anak.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Taylor dan Bogdan yang dikutip oleh Suyanto dan Sutinah menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti43. Senada dengan kalimat di atas, Conny R. Semiawan

41

Michael Barnett, The International Humanitarian Order, 2.

42

Ambarwati dkk, Hukum Humaniter Internasional, 42.

43

Suyanto Bagong dn Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan


(31)

18

menyatakan bahwa pada penulisan deskriptif metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode ini memiliki beberapa tahap yang biasanya diikuti, sehingga jalur pemikiran penulis dapat diikuti. Langkah-langkahnya dimulai dengan identifikasi masalah, dilanjutkan dengan tinjauan pustaka, pengumpulan data, wawancara dan analisis data44.

Bungin menyebutkan penelitian kualitatif dapat menggunakan data sekunder melalui metode dokumenter dan penelusuran data online yaitu melalui bacaan dari literatur, jurnal ilmiah, majalah ilmiah, surat kabar dan situs-situs internet45. Penulis mendapat data tersebut dengan mengunjungi beberapa perpustakaan di Jakarta seperti Perpustakaan Nasional, Perpustakaan ICRC, Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan CSIS.

Selanjutnya, pengelolaan data diawali dengan proses analisis data yang dikumpulkan secara bersamaan dan berkesinambungan. Data yang telah diperoleh akan diverifikasi terlebih dahulu untuk menjamin kebenaran data yang dipaparkan. Kemudian data tersebut akan diklasifikasi sesuai dengan bagian-bagiannya yaitu dengan menempatkan pada kategori masing-masing yang berhubungan dengan peran ICRC dalam mengangani pelanggaran HAM berupa perekrutan tentara anak 2009-2013. Terakhir menganalisa data berdasarkan kerangka konseptual sehingga data yang diperoleh dapat di percaya dan dapat diterapkan dalam penelitian untuk merumuskan jawaban dari pertanyaan penelitian.

44

Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta:Grasindo, 2008), 98

45

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan


(32)

19 G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan

A. Latar Belakang B. Pertanyaan Penelitian

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian D. Tinjauan Pustaka

E. Kerangka Teori 1. Teori Peran

2. Konsep Organisasi Internasional 3. Konsep Hak Asasi Manusia F. Sistematika Penulisan

BAB II. Posisi ICRC Terhadap Anak-Anak Korban Konflik Bersenjata A. Sejarah Berdirinya ICRC

B. Tujuan dan Kegiatan ICRC C. Status ICRC

D. Pembuatan Kebijakan dan Pendanaan ICRC

E. Konvensi dan Protokol Internasional Tentang Anak F. Peran ICRC terhadap Korban Anak-Anak

G. Peran ICRC di Beberapa Negara BAB III. Perekrutan Tentara Anak Di RD Kongo


(33)

20

B. Sejarah Perekrutan Tentara Anak Di RD Kongo

C. Alasan Bergabungnya Anak-Anak Kedalam Angkatan Bersenjata atau Kelompok Bersenjata

BAB IV. Peran ICRC dalam Mengurangi Perekrutan Tentara Anak di RD Kongo (2009-2013)

A. Peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan tentara anak di RD Kongo 2009-2013

1. Peran ICRC dalam lini operasional

2. Peran ICRC dalam pengembangan dan promosi hukum humaniter internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan

B. Efektifitas Peran ICRC BAB V. Kesimpulan


(34)

21 BAB II

POSISI ICRC TERHADAP ANAK-ANAK KORBAN KONFLIK

BERSENJATA

Konflik bersenjata merupakan ancaman bagi anak-anak. Mereka merupakan objek rentan yang masih membutuhkan keluarga dan masyarakat untuk memberikan pengasuhan dan perlindungan. ICRC menganggap bahwa anak-anak tidak hanya mewakili segmen besar dari populasi masyarakat tetapi juga lebih rentan dibandingkan orang dewasa. Bab ini akan menjelaskan tinjauan umum mengenai ICRC. Organisasi tersebut secara luas diketahui sebagai organisasi yang aktif melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kemanusiaan dan hukum humaniter internasional. Dengan demikian upaya penanggulangan perekrutan tentara anak menjadi salah satu program penting bagi ICRC. Pembahasan bab ini dimulai dari awal didirikannya sampai pada peran ICRC terhadap perlindungan anak-anak dalam konflik bersenjata.

A. Sejarah Berdirinya ICRC

Asal-usul terbentuknya ICRC bermula pada peristiwa Perang Solferino. Perang ini terjadi pada tanggal 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, yaitu antara pasukan koalisi Perancis dan Italia melawan pasukan Austria46. Pasukan koalisi Franco-Sardinia yang dipimpin oleh Kaisar Charles Louis Napoleon Bonaparte (Napoleon III) memulai pertempuran pada pukul tiga pagi. Setelah 15 jam dalam pertempuran akhirnya perang berakhir pada pukul enam sore. Usai

46


(35)

22

peperangan, didapati sekitar 6000 orang tewas dan lebih dari 35.000 luka-luka atau hilang47.

Pada saat itu, Henry Dunant seorang pebisnis yang berasal dari Swiss sedang melakukan perjalanan bisnis di Italia dan tak sengaja melewati daerah peperangan. Tergugah dengan penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong para korban. Dunant menolong para korban dengan sama tanpa melihat mereka sebagai prajurit aliansi Perancis-Italia atau prajurit Austria. Sikap Dunant ini kemudian disebut dengan istilah “tutti fratelli” (semua saudara) 48.

Beberapa waktu kemudian setelah kembali ke Swiss, Ia menuangkan pengalamannya di Eropa serta ide dan gagasannya dalam buku berjudul A

Memory Of Solferino49. Dalam bukunya Dunant mengajukan tiga gagasan50 :

1. Membentuk organisasi kemanusiaan internasional, yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang.

2. Mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan perang, serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan pada saat perang.

47

ICRC, Solferino and The International Committee of The Red Cross, 1 Juni 2010, http://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2010/solferino-feature-240609.htm. Diakses pada 22 Mei 2014.

48

ICRC,Solferino and The International Committee.

49

ICRC,Kenali ICRC, 6.

50


(36)

23

3. Mengusulkan sebuah lambang atau tanda khusus untuk perlindungan bagi anggota medis dan peralatan medis yang digunakan di medan perang.

Sebuah komite tetap akhirnya dibentuk di Jenewa untuk menindaklanjuti gagasan Dunant tersebut. Lambang komite ini adalah palang merah di atas dasar berwarna putih, Tujuan dari pembentukan lambang ini adalah agar perhimpunan bantuan kemanusiaan (ICRC) di setiap negara dapat dikenali secara luas. Pada mulanya, komite ini bernama The International Committee to Aid Military Wounded yang kemudian menjadi International Committee of the Red Cross

(ICRC)51. ICRC bermarkas besar di negara Swiss yang terkenal dengan kenetralannya. Posisi mereka di negara ini di perkuat melalui perjanjian antara kedua belah pihak pada 19 Maret 1993 yang sekaligus menentukan mengenai status dan markas besar ICRC di Swiss52.

B. Tujuan dan Kegiatan ICRC

ICRC adalah organisasi yang tidak memihak, netral dan mandiri yang memiliki misi kemanusiaan yang bertujuan untuk melindungi kehidupan dan martabat korban konflik bersenjata dan korban situasi kekerasan lain serta memberikan mereka bantuan. Organisasi ini juga berupaya untuk mencegah penderitaan bagi korban konflik bersenjata dengan cara mempromosikan dan

51

Henry Dunant, A Memory Of Solferino, 129-130.

52

ICRC, Agreement Between ICRC and Switzerland 1993, 20 Januari 2012, https://www.icrc.org/casebook/doc/case-study/agreement-icrc-switzerland-case-study.htm. Diakses 2 Desember 2014.


(37)

24

memperkuat hukum humaniter internasional dan prinsip-prinsip kemanusian universal53.

Dalam preamble dari Statutes of The International Red Cross And Red Crescent Movement yang diadopsi oleh Konferensi Red Cross ke 25 di Jenewa pada tahun 1986 menyebutkan bahwa ICRC merupakan bagian dari gerakan humaniter dunia yang memiliki 7 prinsip dasar yang wajib di penuhi54. Ketujuh prinisip tersebut adalah kemanusiaan, kesamaan, kenetralan, kemandirian, kesukarelaan, kesatuan, dan kesemestaan.

Tujuan ICRC adalah untuk memastikan penghormatan terhadap kehidupan, martabat, dan kesejahteraan mental maupun fisik para korban konflik bersenjata dan situasi kekerasan lain, yaitu melalui kegiatan kemanusiaannya yang netral dan mandiri55. Agar tujuan ICRC ini tercapai, pihak-pihak yang berkonflik harus mendukung dan memfasilitasi kegiatan kemanusian ICRC.

Berkaitan dengan tujuan ICRC, dalam Protocol Additional to The Geneva Conventions of 12 Augusts 1949, And Relating to The Protection Of Victims Of Internatinal Armed Conflicts 8 Juni 1977, Pasal 81 ayat 1 menyebutkan sebagaimana berikut56:

“The Parties to the conflict shall grant to the International

Committee of The Red Cross all facilities within their power so as to enable it to carry out the humanitarian function assigned to it by

53

ICRC, The ICRC‟s mandat and Mission, Overview, 29 Oktober 2010 http://www.icrc.org/eng/who-we-are/mandat/overview-icrc-mandat-mission.htm. Diakses pada 30 April 2014.

54

Preamble, Statutes Of The International Red Cross and Red Crescent Movement ,5,

http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/statutes-en-a5.pdf. Diakses 16 Mei 2014.

55

ICRC, Misi dan Kegiatannya, 6.

56

Protocol Additional to The Geneva Conventions of 12 Augusts 1949, And Relating to

The Protection Of Victims Of Internatinal Armed Conflicts(Protocol 1) 8 Juni 1977 , 258,

http://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/xsp/.ibmmodres/domino/OpenAttachment/applic/ihl/ihl.nsf/ D9E6B6264D7723C3C12563CD002D6CE4/FULLTEXT/AP-I-EN.pdf. Diakses pada 6 Mei 2014.


(38)

25

the Conventions and this Protocol in order to ensure protection and assistance to the victims of conflicts; the International Committee of The Red Cross may also carry out any other humanitarian activities in favour of these victims, subject to the

consent of the Parties to the conflict concerned.”

(Pihak-pihak dalam sengketa harus memberikan kepada ICRC semua fasilitas di dalam kekuasaan mereka sehingga memungkinkannya pelaksaan fungsi-fungsi ICRC yang ditugaskan kepadanya oleh Konvensi dan Protokol ini agar terjaminnya perlindungan dan bantuan bagi para korban sengketa; ICRC juga dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan lainnya bagi kepentingan para korban, dengan harus mendapatkan ijin dari pihak-pihak dalam sengketa yang bersangkutan). (terjemahan penulis)

Selanjutnya identitas ICRC dilihat dari elemen penting yang menjadi pedoman kegiatan organisasi ini, yaitu hakikat ganda kegiatan ICRC. Dalam hal ini kegiatan ICRC berjalan dalam dua lini, pertama ialah lini operasional, yaitu menolong para korban konflik bersenjata dan situasi kekerasan lain. Lini kedua adalah mengembangan dan mempromosikan hukum humaniter internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan57.

Kedua lini tersebut saling berkaitan karena lini pertama beroperasi dalam bingkai yang ditetapkan oleh lini yang kedua. Sedangkan lini kedua menyerap pengalaman lini pertama serta memfasilitasi respons ICRC terhadap kebutuhan-kebutuhan yang telah teridentifikasi. Dengan demikian, hakikat ganda ini memperkuat identitas ICRC serta membedakannya dari organisasi-organisasi kemanusiaan lain, baik organisasi non-pemerintah maupun organisasi

57

ICRC, Consultation on Performance Benchmarks for Australian Aid, ICRC feddback 3 Maret 2014, 2, http://aid.dfat.gov.au/Publications/Documents/international-committee-of-the-red-cross.pdf. Diakses pada 7 Mei 2014.


(39)

26

pemerintah yang umumnya hanya berkonsentrasi pada salah satu dari dua lini tersebut58.

ICRC merupakan badan gerakan tersendiri dari International Red Cross and Red Crescent Movement atau dapat juga hanya disebut sebagai Gerakan (Movement). Badan dari Gerakan meliputi International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (Federasi), dan Red Cresent Societies (Perhimpunan Nasional). Setiap bagian dari Gerakan ini bersifat independen59. Akan tetapi setiap bagian dari Gerakan ini memiliki kaitan yaitu keserupaan tugas antara semua komponen gerakan dan oleh penggunaan lambang-lambang yang sama60.

C. Status ICRC

ICRC berbeda dari organisasi antar-pemerintah dan organisasi non-pemerintah (NGO) lainnya. Organisasi swasta seperti asosiasi, federasi, serikat pekerja, dan NGO lainnya tidak didirikan oleh pemerintah atau oleh perjanjian antar-pemerintah61. NGO dapat memainkan peran dalam urusan internasional berdasarkan aktifitas mereka tetapi tidak memiliki status sebagai subjek hukum internasional juga tidak memiliki mandat untuk keberadaan dan kegiatan mereka. Jika keanggotaan atau kegiatan organisasi ini terbatas pada negara tertentu maka dianggap sebagai NGO nasional. Jika kegiatannya lintas batas negara, maka

58

ICRC, Misi dan Kegiatannya, 8.

59

Lindblom, Non-Governmental Organization, 68.

60

ICRC, Misi dan Kegiatannya, 8.

61

Gabor Rona, The ICRC‟s Status: In a Class of its Own, 1, 17 Februari 2004, http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/5w9fjy.htm. Diakses pada 18 Mei 2014.


(40)

27

disebut NGO internasional. Contohnya, seperti Medicins Sans Frontieres,

Amnesty International, Human Rights Watch, Oxfam dan lain-lain62.

Istilah “organisasi internasional” atau “organisasi antar-negara” menunjukan sebuah asosiasi yang didirikan oleh pemerintah melalui perjanjian dengan tujuan umum dan memiliki organ khusus sendiri untuk memenuhi fungsi tertentu. Selain aturan dalam menetapkan struktur organisasi ada ketentuan tentang tujuan asosiasi serta hak dan kewajiban para anggotanya. Tidak seperti NGO, organisasi antar-pemerintah yang memiliki mandat dari pemerintah dapat menikmati beberapa fasilitas yang dalam bahasa diplomatiknya disebut Privileges and Immunities63.

Pengakuan sebuah organisasi dalam hukum internasional berasal dari kemampuannya untuk mengemban hak dan kewajiban. Dalam ICJ Advisory Opinion Reparcity For Injuries Suffered In The Service of The United Nations

1949 disebutkan bahwa sebagai internasional legal personality harus memiliki kemampuan untuk mengemban hak dan kewajiban internasional dan memiliki kapasitas untuk mempertahankan haknya.64 Selanjutnya dijelaskan sebuah organisasi memiliki kapasitas hukum internasional dan hak istimewa serta kekebalan di wilayah masing-masing anggotanya. Sebuah organisasi internasional mendapatkan akses ini melalui perjanjian internasional dengan negara

62

Gabor Rona, The ICRC‟s Status, 1.

63

Gabor Rona, The ICRC‟s Status, 1.

64

International Court Of Justice, Report of judgements, Advisory Opinion and Orders:

Reparcition for Injuries Suffered in The Service of The United Nations, April 11th 1949, Layden

A.W. Sijrhoff‟s Publishing Company, 179, http://www.icj-cij.org/docket/files/95/7497.pdf. Diakses pada 24 November 2014.


(41)

28

anggotanya. Sehingga organisasi ini berhak mengingatkan anggota mereka akan kewajiban tertentu sesuai dengan kapasitas organisasi ini.

Dalam ICJ Advisory Opinion ini, ICJ juga menyebutkan bahwa organisasi internasional (organisasi antar negara) adalah sebuah badan politik yang diisi dengan tugas politik dari dan meliputi bidang yang luas seperti pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, pemgembangan hubungan persahabatan antar bangsa dan pencapaian kerjasama internasional dalam pemecahan masalah seperti ekonomi, sosial, budaya, atau kemanusiaan dan berurusan dengan anggotanya.65

Dengan demikian, PBB dan badan-badannya, atau organisasi antar-pemerintah lainnya seperti Organisasi Negara-Negara Amerika dianggap memiliki status subjek hukum internasional. Di sisi lain, organisasi non-pemerintah atau NGO tidak memiliki status tersebut meskipun lingkup operasi mereka adalah lingkup internasional66. ICRC bukanlah organisasi antar-pemerintah dan bukan pula organisasi non-pemerintah. Bagan berikut menjelaskan perbedaan dari individu, negara dan organisasi dalam hukum nasional dan internasional:

65

International Court Of Justice, Report of judgements, 179.

66

Gabor Rona, The ICRC Privilege Not To Testify: Confidentiality In Action, International Review Of The Red Cross no. 845 (Maret 2002), 2, http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/5wsd9q.htm#a1. Diakses pada tanggal 8 November 2013.


(42)

29 Tabel 2.1.

Perbedaan status hukum nasional dan internasional

No Hukum Nasional Hukum

Internasional

1 Individu Ya Dibatasi

2 Negara Ya Ya

3 Organisasi

Bermacam-macam tergantung pada hukum negara dan sifat organisasi tersebut

Ya untuk ICRC dan Organisasi antar-pemerintah; tidak untuk organisasi non-pemerintah (NGO)

Sumber: Gabor Rona, The ICRC Privilege Not To Testify: Confidentiality in Action, 2.

ICRC adalah sebuah asosiasi swasta berdasarkan hukum Swiss dan mempunyai subjek hukum internasional, yang pembentukannya juga diatur dalam

Swiss Civil Code67. Terdapat beberapa hal yang menguatkan status ICRC dianggap dalam hubungan internasional. Pertama, ICRC adalah subjek dari mandat internasional yang diberikan kepadanya oleh perjanjian hukum humaniter internasional68. Secara langsung mandat ini di atur dalam Konvensi Jenewa 194969. Contohnya, dalam Common Article70 3 dalam Konvensi Jenewa 1949 menyatakan bahwa “sebuah badan kemanusian tidak memihak, seperti komite internasional palang merah dapat menawarkan jasanya kepada para pihak yang

67

Yves Beigbeder, The Role And Statute of International Humanitarian Volunteers And

Organizations: The Rights and Duty to Humanitarian Assisstance, (Netherlands: martinus Nijhoff

Publishers, 1991), 318.

68

Gabor Rona, The ICRC Privilege Not to Testify, 2.

69

Lindblom, Non-Governmental Organization, 70.

70

Common articles adalah pasal-pasal yang sama atau nyari sama, baik isinya ataupun

nomor pasalnya yang terdapat di dalam semua Konvensi Jenewa 1949. Pasal-pasal tersebut dicantumkan berulang pada setiap Konvensi Jenewa karena memang sangat penting dan merupakan ketentuan pokok dari Konvensi Jenewa.


(43)

30

berkonflik”. Ketentuan paling luar biasa dari konvensi dalam hal ini adalah pasal 10 dari Konvensi Jenewa I-III. ICRC juga memiliki hak untuk mengunjungi tawanan perang (Pasal 126 dari Konvensi Jenewa III), dan untuk memantau kepatuhan terhadap aturan Konvensi Jenewa IV berkaitan dengan perlindungan warga sipil (Pasal 55 dan 61) 71.

Kedua, status hukum Internasional ICRC diakui dalam hubungannya dengan negara-negara PBB, dimana ia mendapat status sebagai Observer sesuai dengan Resolusi Umum General Assembly 45/6 yang diadopsi pada 16 Oktober 1990 melalui konsesnsus72. Selain itu delegasi ICRC di New York bertemu setiap bulan dengan Ketua Dewan Keamanan PBB. Selain itu presiden ICRC bertemu setiap tahun dengan dewan keamanan secara keseluruhan73.

Ketiga, ICRC yang berstatus independen dari afiliasi dengan negara manapun merupakan badan gerakan tersendiri dari International Red Cross and Red Crescent Movement yang dalam konferensi internasionalnya negara-negara partisipan dapat menentukan ICRC untuk menawarkan layanan atau interfensi dalam konflik bersenjata74. Keempat, badan pengadilan internasional dan domestik telah memasukkan peraturan mengenai kekebalan dan hak testimonial ICRC pada peraturan pengadilan. The International Criminal Tribunal for The

71

Lindblom, Non-Governmental Organizatio, 70.

72

Christian Koenig, Observer status for the ICRC at the United Nations: a Legal

Viewpoint, International Review of The Red Cross, no. 280, 28 Februari 1991, 1,

http://www.icrc.org/eng/resources/documents/article/other/57jnwj.htm. Diakses pada 18 Mei 2014.

73

Gabor Rona, The ICRC privilege Not To Testify, 3.

74


(44)

31

Former Yugoslavia (ICTY) membedakan ICRC dari NGO lain dengan mengutip mandat hukum internasional termasuk aturan menolak untuk bersaksi75.

Kelima, status hukum internasional ICRC juga secara implisit diakui dalam peraturan ICC tentang Prosedur dan Saksi, dasar pengakuan ini adalah pemberian mandat internasional oleh Hukum Humaniter Internasional pada ICRC76.

Keenam, ICRC juga menikmati status spesial sebagai konsultatif di beberapa badan internasional seperti Non-Aligned Movement, The Organization of African Unity, The Organization of American States, The council Of Europe, The International Maritime Organization and The International Organization for Migration77. Ketujuh, banyak negara memeperlakukan ICRC seperti mereka memperlakukan organisasi antar-negara contohnya UNHCR. ICRC mempertahankan hubungan diplomatiknya dengan negara-negara dan organisasi internasional, juga memperlakukan mereka setara pada tingkat koordinasi.

Sebagai tambahan, pada tahun 1993, ICRC dan Swiss menandatangai perjanjian status dimana Dewan Federal Swiss “mengakui kepribadian yuridis internasional dan kapasitas hukum” dari ICRC. Organisasi ini juga memiliki perjanjian markas di lebih dari 60 negara ditambah dengan pengakuan hak istimewa dan kekebalan diplomatiknya, contohnya kekebalan terhadap proses hukum yang melindunginya dari sidang administratif dan sidang pengadilan, dan tidak dapat diganggu-gugatnya gedung, arsip serta dokumen-dokumen ICRC.78

75

Gabor Rona, The ICRC‟s Status, 1.

76

Gabor Rona, The ICRC privilege Not To Testify, 3.

77

Christian Koenig, Observer Status Of ICRC, 2.

78


(45)

32

Hak kekebalan dan istimewa tersebut harus ada pada ICRC agar dapat bekerja secara netral dan mandiri.

D. Pembuatan Keputusan dan Pendadaan ICRC

Badan pembuat keputusan ICRC terdiri dari Majelis, Dewan Majelis dan Kepresidenan, yang memiliki tanggung jawab untuk membuat kebijakan, strategi dan keputusan mengenai hukum humaniter. Badan-badan ini mengawasi seluruh kegiatan organisasi, baik kegiatan di lapangan maupun di kantor pusat juga persetujuan tujuan dan anggaran.79

Proses pembuatan keputusan ICRC dimulai dengan penaksiran (assessment) dengan tujuan untuk memahami situasi agar dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi masyarakat. Selanjutnya penaksiran ini akan di analisis agar dapat merumuskan aksi atau kebijakan yang sebaiknya diambil. Setelahnya kebijakan akan diimplementasikan dan diawasi oleh ICRC. Proses terakhir adalah review, evaluasi dan pembelajaran dari hasil kerja yang di review setiap tahunnya.80 Di bawah ini merupakan tabel dari proses pembuatan keputusan di ICRC.

79

ICRC, ICRC Decision-Making Structures, 1 Juli 2014, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/icrc-decision-making-structures-030706.htm, diakses pada 28 Desember 2014.

80


(46)

33 Gambar 2.1

Proses Pembuatan Keputusan ICRC

Sumber: ICRC, Annual Report 2012, 22.

Selanjutnya, pendanaan ICRC berasal dari sumbangan sukarela negara yang telah meratifikasi Konvensi Jenewa, Palang Merah dan Bulan Sabit Merah nasional, Organisasi supranasional (seperti European Commission), dan sumber public dan swasta.81 Sumbangan bagi ICRC dapat dilakukan dalam beberapa bentuk seperti uang, makanan, barang dan layanan. Bantuan dalam bentuk makanan dapat berupa beras, minyak, dan lain-lain. Bantuan berupa barang contohnya, kendaraan, selimut, plastic, terpal, peralatan dapur dan tenda. Sedangkan bantuan layanan dapat berupa staf ahli.82

81

ICRC, Finances, https://www.icrc.org/en/who-we-are/finances, diakses pada 28 Desember 2014.

82

ICRC, Kenali ICRC, 50.

proses dan analisis

formulasi dan rencana

implementasi dan pengawasan review,

evaluasi dan pembelajaran


(47)

34

Amerika Serikat menjadi negara pendonor terbesar bagi ICRC pendanaan ICRC. Negara pendonor terbesar kedua adalah Inggris dan kemudian Swiss. Secara keseluruhan wilayah Afrika merupakan daerah yang paling banyak memerlukan bantuan ICRC baik berupa uang, makanan dan barang. RD Kongo merupakan bagian dari peringkat sepuluh besar negara-negara yang menjadi tujuan pendanaan ICRC.83

E. Konvensi dan Protokol Internasional tentang anak

Peraturan internasional tentang anak merupakan bagian dari hukum humaniter internasional. Dimulai dari Konvensi Jenewa yang pertama yang disusun oleh Henry Dunant hinggga peraturan internasional modern yang ada saat ini. ICRC sebagai merupakan organisasi yang mengawasi berjalannya hukum humaniter internasional ini.84

ICRC juga berperan sebagai promoter dan pemelihara hukum humaniter internasional. ICRC memiliki pelayanan konsultasi hukum humaniter internasional untuk mendorong negara-negara peratifikasi agar mengadopsi hukum humaniter kedalam peraturan nasional mereka. Organisasi ini juga memberikan bantuan teknis kepada negara-negara mengenai undang-undang untuk menuntut penjahat perang dan melindungi lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.85

83

David P. Forsythe dan Barbara Ann J.Rieffer-Flanagan, The Interntional Committee of

The Red Cross: A Neutral Humanitarian Actor, (London: Routledge,2007).

84

Ambarwati dkk, Hukum Humaniter Internasional, xix.

85


(48)

35

Guna mewujudkan perlindungan bagi masyarakat dalam situasi konflik bersenjata maupun situasi kekerasan lainnya ICRC mempromosikan dan memperkuat hukum humaniter dan prinsip-prinsip kemanusiaan universal.86 Melalui hukum humaniter internasional dan prinsip kemanusian yang tertuang dalam konvensi dan protokol internasional akhirnya peraturan yang lebih baik terwujud untuk membatas perekrutan tentara anak dengan batas minimal umur 18 tahun. ICRC, Perhimpunan Nasional dan Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah juga menetapkan bahwa 18 tahun adalah batas usia minimal dari perekrutan tentara anak.

Selain mengembangkan peraturan hukum humaniter dalam Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan I dan II, ICRC juga turut serta sebagai

expert dalam pembuatan draf dari berbagai konvensi dan protokol internasional menyangkut perlindungan anak. 87 Konvensi dan protokol internasional yang pertama mengenai anak adalah Konvensi Jenewa 1-4. Pada dua konvensi awal yaitu Konvensi Jenewa I mengenai Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata yang Terluka dan Sakit di Darat dan Konvensi Jenewa II mengenai Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata yang Terluka, Sakit dan Karam di Laut belum terdapat aturan khusus mengenai tentara anak. Akan tetapi dalam Konvensi Jenewa III mengenai Perlakuan Terhadap Tawanan Perang terdapat dua

86

ICRC, The International Committee of the Red Cross‟s (ICRC‟s) confidential

approach, International Review of The Red Cross vol. 94 no. 887 September 2012, 1,

http://www.icrc.org/eng/assets/files/review/2012/irrc-887-confidentiality.pdf. Diakses pada tanggal 8 November 2013.

87

Alain Aeschlimann,The ICRC says “no” to the recruitment of child soldiers, 06-02-2007 Statement, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/statement/children-statement-060207.htm. Diakses pada 23 Oktober 2014.


(49)

36

pasal yaitu pasal 16 dan 49 yang berkaitan dengan anak pada masa perang88. Pertama adalah pasal 16 yang berisi tentang persamaan perlakuan terhadap tawanan perang, dan penahan harus memberikan perlakukan sesuai dengan usia mereka. Kedua adalah pasal 49 mengenai perekrutan buruh tahanan perang harus memperhatikan usia dan kesehatan fisik mereka. Pada Konvensi Jenewa IV mengenai Perlindungan Sipil di Masa Perang terdapat lebih banyak pasal yang berkaitan dengan anak saat perang terutama mengenai hak atas perlindungan khusus karena kerentanan anak-anak89. Perlindungan khusus ini harus tetap diberikan bahkan jika mereka berpartisipasi langsung dalam permusuhan.

Selanjutnya hukum humaniter mengenai perlindungan anak terdapat dalam

Protocol Additional To The Geneva Conventions Of 12 August 1949 (Protokol 1 dan II). Protokol I mengenai Perlindungan Korban Konflik Bersenjata Internasional dan Protokol II mengenai perlindungan Konflik Bersenjata Non-Internasional ini telah secara khusus mengatur mengenai tentara anak. Terutama dengan membuat 15 tahun menjadi batasan minimum dimana mereka dapat berpartisipasi dalam permusuhan atau direkrut menjadi tentara anak dengan larangan hukuman mati bagi anak-anak di bawah usia 18 tahun yang didakwa karena terlibat dalam kejahatan perang.

“The Parties to the conflict shall take all feasible measures in

order that children who have not attained the age of fifteen years do not take a direct part in hostilities and, in particular, they shall refrain from recruiting them into their armed

forces…” (Protokol Tambahan II Pasal 77).

88

ICRC, Summary Table of IHL Provisions Specifically Aplicable to Children, Januari 2003, 1, http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/ang03_04a_tableaudih_total_logo.pdf. Diakses pada 23 maret 2014.

89


(50)

37

(Para pihak yang berkonflik harus mengambil semua langkah yang layak agar anak-anak yang belum mencapai usia lima belas tahun tidak mengambil suatu bagian langsung dalam permusuhan, dan khususnya, mereka harus menahan diri dari merekrut anak-anak menjadi angkatan bersenjata mereka…). (terjemahan penulis)

Perlindungan anak secara hukum selanjutnya terdapat dalam Convention Of The Rights Of Child, 1989. Dalam Konvensi Hak Anak PBB terdapat satu pasal mengenai keterlibatan anak dalam konflik. Isu ini disebutkan dalam pasal 38 yang memuat berbagai kewajiban negara untuk tidak merekrut anak di bawah 15 tahun dan memberikan perlindungan bagi anak yang terkena dampak konflik bersenjata. 90

Konvensi Hak Anak 1989 selanjutnya dikembangkan dengan adanya

Optional Protocol to The Convention of The Rights of Child on The Involvement of Children in Armed Conflict, 2000.Dalam protokol opsional konvensi hak-hak anak ini terdapat perubahan besar mengenai aturan perekrutan tentara anak. Karena secara jelas mencantumkan pelarangan terhadap perekrutan tentara anak-anak di bawah usia 18 tahun dalam peperangan.91 Pelarangan ini berlaku bagi kelompok bersenjata dan tentara pemerintah suatu negara. Untuk itu dijelaskan bahwa negara harus menjamin keamanan dan memperlakukan anak-anak itu sesuai dengan usia mereka. Semua hal ini tersebutkan dalam pasal 1, pasal 2 dan pasal 4 pada paragraf pertama.

90

Konvensi Hak Anak-Anak,

http://www.unicef.org/magic/media/documents/CRC_bahasa_indonesia_version.pdf. Diakses pada 3 Desember 2013.

91

Kristin Barstad, Preventing The Recruitment Of Child Soldiers: The ICRC Approach, Refugee Survey Quarterly Vol. 27 no. 4 (2009), 147, http://rsq.oxfordjournals.org/. Diakses pada tanggal 30 Januari 2014.


(51)

38

Peraturan selanjutnya adalah Rome Statute of The International Criminal Court, 1998. Karena kontribusi besar ICRC dalam setiap konferensi internasional membawa perkembangan yang baik pada perkembangan hukum internasional yang berlaku untuk perlindungan anak dalam konflik bersenjata. Pada Statuta Mahkamah Pidana Internasional pasal 8 Undang-Undang the International Criminal Court (ICC) menyeebutkan bahwa perekrut tentara anak di bawah usia 15 ditetapkan sebagai penjahat perang92. Selanjutnya, dalam Paris Principles and Paris Commitment,2007, juga mengatur mengenai batas minimal usia tentara anak yaitu 18 tahun. Dan mengharuskan untuk selalu mengupayakan pembebasan bersyarat anak-anak dari angkatan bersenjata atau kelompok bersenjata setiap saat bahkan saat konflik93.

Sebagai pengawas berjalannya hukum humaniter internasional, ICRC berupaya agar Konvensi Jenewa dan konvensi selanjutnya dihormati serta dijalankan.94 Perekrutan tentara anak merupakan pelanggaran dari hukum humaniter internasional. ICRC berhak untuk melakukan tindakan yang diperlukan selama konflik terjadi untuk melindungi warga sipil termasuk anak-anak sesuai dengan ketentuan konvensi Jenewa.95

92

Barstad, Preventing The Recruitment Of Child Soldiers, 147.

93

The Paris Principles, February 2007, http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/paris-principles-commitments-300107.htm. Diakses pada 28 Mei 2014 dari.

94

Ambarwati dkk, xix.

95


(52)

39

F. Peran ICRC terhadap Korban Anak-Anak

ICRC menjalankan perannya di lapangan menggunakan empat pendekatan dengan strategi menyeluruh setelah menganalisis situasi yang ada. Agar secara langsung ataupun tidak langsung, dalam jangka pendek, menengah, atau panjang, dapat memastikan penghormatan terhadap kehidupan, martabat, dan kesejahteraan fisik serta mental para korban konflik bersenjata dan situasi kekerasan lain96. Empat pendekatan tersebut adalah: pendekatan perlindungan, pendekatan bantuan, pendekatan pencegahan dan pendekatan kerjasama. 97

Pendekatan perlindungan dilancarkan untuk melindungi kehidupan dan martabat para korban termasuk anak-anak dalam konflik bersenjata dan situasi kekerasan lain. program-programnya antara lain adalah membantu unacompanied children dan separated children melalui program pemulihan hubungan keluarga. ICRC bekerja dengan pemerintah atau organisasi terkait untuk membantu pencarian orang hilang bagi anak-anak yang ditinggal ayah mereka. Sebagai upaya mengatasi tahanan anak atau anak yang mendampingi orang tua mereka di tahanan (lebih banyak kaum ibu) ICRC memberikan perlindungan kepada mereka agar kebutuhan mereka terjamin. Organisasi ini juga memberikan jaminan kepada anak-anak berupa membuka saluran komunikasi dengan keluarga yang terpisah dan memberikan jaminan pendidikan kepada mereka.98

Untuk membantu korban konflik bersenjata dan korban situasi kekerasan lain digunakan pendekatan bantuan. Pendekatan bantuan ICRC menargetkan

96

ICRC, Misi dan Kegiatannya, 14.

97

ICRC, Misi dan Kegiatannya, 14-16.

98


(53)

40

bantuan terhadap populasi masyarakat, dengan cara meberikan bantuan ekonomi kepada anak-anak atau keluarga anak-anak tersebut. Bantuan itu berupa makanan, peralatan rumah tangga, lapangan pekerjaan bagi anak-anak yang harus menjadi kepala keluarga, bantuan air bersih dan fasilitas kesehatan yang memadai. Bantuan bagi anak-anak yang menjadi tahanan biasa tergantung pada kebutuhan mereka seperti pakaian, pendidikan dan rekreasi, kesehatan dan lain-lain. Pendekatan bantuan juga diberikan peda yang terluka dan sakit dengan cara memberikan perawatan kesehatan yang diprioritaskan pada anak-anak, juga rehabilitasi fisik bagi anak-anak seperti kursi roda dan tongkat.99

Sebagai upaya untuk mencegah penderitaan dengan mempromosikan, memperkuat, dan mengembangkan Hukum Humaniter Internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan universal digunakan pendekatan pencegahan. Pendekatan pencegahan menargetkan pada otoritas politik, diplomat dan militer, juga pada angkatan bersenjata, pemangku bersenjata lain dan civil society (seperti media, sekolah, universitas, dan NGO) selalu menekankan pada pentingnya sadar pada anak-anak yang membutuhkan perlindungan lebih dan mencegah dari perekrutan tentara anak atau penggunakan anak-anak 100

Untuk mengarahkan dan mengkoordinasi kegiatan bantuan kemanusiaan internasional yang dilakukan Gerakan dalam konflik bersenjata dan situasi kekerasan lain digunakan pendekatan kerja sama. Pendekatan kerjasama dilakukan dengan national societies untuk mendorong penguatan masyarakat.

99

ICRC, Annual Report 2010, 44.

100


(54)

41

ICRC juga mendorong pembangunan National Society, pertolongan pertama dan kapasitas persiapan darurat agar dapat cepat merespon kebutuhan dari anak-anak dalam konflik bersenjata atau situasi kekerasan lainnya. ICRC juga mendukung program kepemudaan agar pemuda dapat mempelajari mengenai nilai-nilai hukum humaniter dan bekerja dalam bidang kemanusiaan dalam negara mereka sendiri.101

Masing-masing pendekatan mempunyai strategi implementasinya sendiri. Strategi implementasi ini menggabungkan berbagai kegiatan dari keempat program yang diuraikan secara rinci dalam alat perencanaan tahunan yaitu program perlindungan, bantuan, pencegahan dan kerja sama. Menggabungkan kegiatan merupakan hal yang sangat penting, ICRC terikat kewajiban untuk memanfaatkan semua sarana yang ada padanya sesuai dengan situasi, prioritas serta tujuan yang telah diidentifikasi102.

ICRC mengakui bahwa anak-anak tidak hanya mewakili segmen besar dari populasi masyarakat tetapi juga lebih rentan daripada orang dewasa. Meskipun perlindungan terhadap mereka telah diberikan oleh hukum nasional dan internasional, tetapi anak-anak tetap menjadi penerima manfaat utama dari program pendekatan pencegahanan, perlindungan dan bantuan ICRC di seluruh

101

ICRC, Annual Report 2010, 47.

102


(1)

xx

Conflict Protocol I 8 June 1977

(http://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/1a13044f3bbb5b8ec12563fb 0066f226/8e174bc1926f72fac12563cd00436c73)

Protocol Additional to the Geneva Conventions of 12 August 1949, and relating to the Protection of Victims of International Armed

Conflict Protocol II 8 June 1977

(http://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/1a13044f3bbb5b8ec12563fb 0066f226/5cbb47a6753a2b77c12563cd0043a10b).

Rona, Gabor, The ICRC‟s Statues: In A Class of It‟s Own, 17 Februari 2004, Diakses pada 18 Mei 2014 dari http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/5w9fjy.htm. Sarah K. Lischer, War, Displacement, and the Recruitment of Child

Soldiers in the Democratic Republic of Congo, April 2006, h. 16.

diakses pada 23 Juni 2014 dari

http://kms1.isn.ethz.ch/serviceengine/Files/ISN/28058/ipublication

document_singledocument/45e17691-dac4-424c-ba8f-05d877e82939/en/2006_4_War_Displacement.pdf.

UN Security Council, Report of the Secretary-General on Children and Armed Conflict in the Democratic Republic of the Congo,

S/2014/453, 30 juni 2014,

http://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/N1443195.pdf . Diakses pada 30 September 2014.

PBB, General Assembly Security Council: Children And Armed Conflict, Report Of Secretary General A/66/782-S/2012/261 26 April 2012, 12, http://reliefweb.int/report/world/children-and-armed-conflict-report-secretary-general-a66782%E2%80%93s2012261, diakses pada 30 Desember 2014.

The Paris Principles, Februari 2007,

http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/paris-principles-commitments-300107.htm.

Watchlist on Children and Armed Conflict, The Impact of Armed Conflict on Children in The Democratic Republic of Congo (DRC), New

York, Juni 2003, data

http://www.watchlist.org/reports/pdf/dr_congo.report.pdf. Diakses pada tanggal 20 September 2014.

UN, MONUC Background, diakses pada 14 Maret 2014 dari www.un.org/en/peacekeeping/missions/past/monuc/background.sht ml.

UN, DRC Briefing Note to the UN Security Council Working Group on Children and Armed Conflict, 3 Februari 2011,


(2)

http://www.child-xxi

soldiers.org/user_uploads/pdf/finaldrcbriefingtoscwg4feb20111596 791.pdf. Diakses pada 30 September 2014.

Surat Kabar Online

BBC. Congo Forgotten War, 15 Januari 2001. diakses pada 22 November 2013 (http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/1102289.stm).

BBC. Mengenang „Genosida 100 hari‟di Rwanda, dimodifikasi terakhir

pada 7 April 2014,

m.bbc.co.uk/Indonesia/dunia/2014/04/140407_rwanda_genosida. diakses pada 3 Mei 2014.

BBC. PBB Minta Tambahan Pasukan, dimodifikasi terakhir pada tanggal

12 November 2008,

http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2008/11/081112_drco ngo.shtml, diakses pada 3 April 2014.

BBC, Profile: DR Congo militia leader Thomas Lubanga, dimodifikasi terakhir pada tanggal 10 Juli 2012, http://m.bbc.com/news/worl-afrika-17358799. diakses pada 21 Mei 2014.

BBC. PBB Bebaskan Anak-Anak Dari Milisi Kongo, domodifikasi terakhir

pada tanggal 17 Agustus 2013,

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/08/130817_pbb_bebas kan_tentara_anak.shtml. Diakses pada 20 November 2013.

BBC, Uganda Profile, 21 Mei 2013, http://www.bbc.com/news/world-africa-14112297, diakses pada 30 Desember 2014.

Elizabeth Flock, Washingtonpost: Child Soldiers Still Used In More Than 25 Countries Around The World, 14 Maret 2012, http://www.washingtonpost.com/blogs/worldviews/post/child-

soldiers-still-used-in-more-than-25-countries-around-the-world/2012/03/14/gIQAl2FNCS_blog.html, diakses pada 28 Desember 2014.

Imogen Foulkes, BBC: UN Warns of Refugee Camp Dangers to Children, 15 September 2010, http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-11307679. Diakses pada 7 Oktober 2014.

IRIN, DRC: Who‟s Who Among Armed Groups in The East, Humanitarian

News and Analysis, 15 Juni 2010,

http://www.irinnews.org/report/89494/drc-who-s-who-among-armed-groups-in-the-east. Diakses pada 16 Mei 2014.


(3)

xxii

Peny Dale, BBC Profile: Bosco Ntaganda The Confolese Terminator, 18 Maret 2013, http://www.bbc.com/news/world-africa-17689131. William Mcpheson, Rwanda In Congo: Sixteen Years intervention,

dimodifikasi terakhir pada 9 Juli 2012, http://africanarguments.org/2012/07/09/rwanda-in-congo-sixteen-years-of-intervention-by-william-macpherson/. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2014.

Website

Andrew McGregor, New Offensive Expected Against Mai-Mai Militias in Mineral-Rich Katanga, Jamestown Foundation, 4 April 2014, http://www.refworld.org/docid/534f99be4.html. di akses pada 17Agustus 2014.

Anup Shah, The Democratic Republic of Congo, dimodifikasi terakhir pada 21 Agustus 2010, http://www.globalissues.org/article/87/the-democratic-republic-of-congo. Diakses pada 2 Mei 2014.

CIA, The World Fact Book: Democratic Republic of the Congo, diakses

pada 4 Oktober 2014 dari

https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/cg.html

ICRC, Agreement Between ICRC and Switzerland 1993, 20 Januari 2012, https://www.icrc.org/casebook/doc/case-study/agreement-icrc-switzerland-case-study.htm. Diakses 2 Desember 2014.

ICRC, Democratic Republic of the Congo: “Healing memories” through drama, 26 juni 2014, https://www.icrc.org/en/document/dr-congo-healing-memories-through-drama#.VDc9B8J_uO8. Diakses pada 30 September 2014.

ICRC, DR Congo-Kinshasa: Former Child Soldiers Return to Their Families, Dimodifikasi terakhir pada, 24 September 2007, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2007/congo-kinshasa-feature-240907.htm. Diakses pada 23 Juli 2014.

ICRC, Democratic Republic of The Congo: Growing concern for victims of fighting in North Kivu, 1 November 2013

https://www.icrc.org/eng//resources/documents/news-release/2013/11-01-dr-congo-fighting-north-kivu.htm. Diakses pada tanggal 28 November 2014.

ICRC, Dr Congo: Humanitarian Situation Deteriorates in The Kivus, 25

Mei 2012,

http://www.icrc.org/eng/resources/documents/update/2012/dr-congo-update-2012-05-25.htm. Diakses pada 30 April 2014.

ICRC, DR Congo: Invisible Wound And Local Paths To Recovery, 10

Oktober 2012,


(4)

https://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2012/congo-xxiii

kinshasa-drc-mental-health-feature-2012-10-10.htm. Diakses pada 17 September 2014.

ICRC, DR Congo: Removing the Snake Without Breaking The Eggs, 29

Desember 2010,

http://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2010/dr-congo-feature-ihl-2010-12-29.htm. Diakses pada 1 Mei 2014. ICRC. Reuniting Families Separaties by Conflict and Disaster,

dimodikfikasi terakhir pada tanggal 29 Oktober 2010,

http://www.icrc.org/eng/what-we-do/restoring-family-links/overview-reuniting-families.htm. Diakses pada 3 April 2014. ICRC. The ICRC in DR Congo, dimodifikasi terakhir pada tanggal 17

November 2013, http://www.icrc.org/eng/where-we-work/africa/congo-kinshasa/index.jsp. Diakses pada 22 November 2013.

UN News Center, Child Recruitment Remains „Endemic‟ in DR Congo, UN Says in New Report, 24 Oktober 2013, http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=46330#.U677oZ R_upB. Diakses pada 24 juni 2014.


(5)

xxiv Lampiran 1 : Peta kantor ICRC di RD Kongo


(6)

xxv