6. Rendemen
Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal Depkes RI, 2000.
2.4.3 Metode Ekstraksi
Ada dua cara ekstraksi, yaitu : a.
Cara dingin 1
Cara maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang kamar. Remaserasi berarti
dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Keuntungan cara penyarian dengan
maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan
kerugian dari maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna.
2 Perkolasi
Perkolasi adalah ekstrak dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang.
b. Cara panas
1 Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Biasanya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5
kali sehingga terbentuk proses ekstraksi sempurna. 2
Soklet Soklet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang baru, secara
umum dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. 3
Digesti Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinyu
pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan yaitu secara umum pada temperature 40-50°C.
4 Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air mendidih 96-98°C selama waktu tertentu 15-20
menit. 5
Dekok Dekok adalah infuspada waktu yang lebih lama30°C dan
temperatur sampai titik didih air Depkes RI, 2000.
2.4.4 Parameter Ekstrak
Parameter non spesifik ekstrak terdiri dari:
a. Susut pengeringan
Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105
o
C selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen . Tujuannya untuk
memberikan batasan maksimal rentang tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Nilai untuk susut pengeringan
jika tidak dinyatakan lain adalah kurang dari 10 . b.
Kadar air Kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam
bahan. Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Nilai untuk kadar
air sesuai dengan yang tertera dalam monografi. c.
Kadar abu Untuk penentuan kadar abu, bahan dipanaskan pada temperatur
dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga hanya tersisa unsur mineral dan anorganik. Tujuannya
adalah untuk memberikan gambaran tentang kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai
terbentuknya ekstrak. Nilai untuk kadar abu sesuai dengan yang tertera dalam monografi Depkes RI,2000 .
2.5 Kanker