b. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam
rumah tangga. Dengan adanya aturan di atas mengharuskan bagi setiap perkara perceraian
baik berupa cerai talak, khulu’, maupun cerai gugat didasarkan atas salah satu dari alasan-alasan yang disebutkan di atas kepada Pengadilan Agama yang tata cara
mengajukan, memeriksa, dan menyelesaikan gugatan perceraian oleh Pengadilan, diatur lebih lanjut dalam PP Nomor 9 Tahun 1975 Pasal 20 sampai dengan 36.
D. Perbedaan Cerai Gugat dengan Cerai Talak
Dalam praktek di Pengadilan Agama dikenal dua istilah perceraian yaitu cerai talak dan cerai gugat.
Pada dasarnya proses pemeriksaan perkara cerai gugat tidak banyak berbeda dengan cerai talak. Namun, dari sudut yang lain terdapat beberapa perbedaan di
antaranya sebagai berikut: 1.
Cerai talak adalah perceraian atas kehendak suami karena menurut hukum Islam suami memiliki kekuasaan memegang tali perkawinan, oleh karena itu suami yang
berhak melepaskan tali perkawinan dengan mengucapkan ikrar talak di depan sidang Pengadilan.
50
Berbeda dengan cerai gugat dimana pengajuannya atas kehendak isteri dan isteri tidak memiliki hak untuk menceraikan suami. Oleh
50
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, h.202.
karena itu, ia harus mengajukan gugatan untuk bercerai kepada Pengadilan, dan hakim yang akan memutuskan perkawinan dengan kekuasaannya.
51
2. Cerai talak itu atas permohonan suami, meskipun berbentuk permohonan tetapi
pada hakekatnya adalah contensius, karena di dalamnya mengandung unsur sengketa antara suami sebagai pemohon melawan isteri sebagai termohon.
Putusan Pengadilan hanya bersifat deklaratoir, sehingga tidak berkekuatan eksekutorial
. Berbeda dengan cerai gugat yang berbentuk gugatan murni bersifat contensius
yaitu adanya sengketa antara isteri kedudukannya sebagai penggugat melawan suami sebagai tergugat.
52
Putusan Pengadilan bisa bersifat condemnatoir yang otomatis mempunyai kekuatan eksekutorial.
53
3. Permohonan cerai talak diajukan kepada Pengadilan Agama yang wilayah
hukumnya meliputi kediaman termohon isteri
54
, sedangkan gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya kepada Pengadilan Agama yang daerah
hukumnya meliputi kediaman penggugat isteri.
55
51
Ibid., h.203.
52
M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama Jakarta: Pustaka Kartini, 1990, h.252.
53
Ibid., h.201.
54
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, h.205.
55
Ibid., h.220.
BAB III SYIQAQ DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Pengertian dan Landasan Hukum
Syiqaq secara bahasa merupakan bentuk mashdar gerund dari kata kerja
verb ﻖﺷ yang berarti perselisihan عاﺰ ﻟا kebalikan dari kata دﺎ ﺗﻹا
1
Sedangkan secara terminologis menurut Dr. Wahbah Zuhaily
ﺔ اﺮﻜْﻟا ْﻌﻄﻟا ﺴ ﺪْﻳﺪ ﻟا عاﺰ ﻟا ﻮه قﺎﻘ ﻟا
.
2
“Syiqaq adalah perselisihan yang tajam dengan sebab mencemarkan kehormatan.” Beliau juga mengemukakan syiqaq sebagai perceraian karena dharar bahaya.
Bentuk-bentuk dharar yang dilakukan oleh suami kepada isterinya bisa berbentuk perkataan maupun perbuatan, seperti mencaci dengan kata-kata kotor, mencela
kehormatan, memukul dengan melukai, menganjurkan atas perbuatan yang diharamkan Allah Swt, suami berpaling, berpisah ranjang tanpa ada sebab yang
membolehkannya.
3
1
Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta: Krapyak, 1984, h.785.
2
Wahbah Zuhailiy, Al Fiqh al Islamiy Wa adillatuhu, Juz IX, h.7060.
3
Ibid.