Perbedaan Syiqaq dengan Nusyuz

dimasukkan dalam gugatan perceraian dibolehkan, tentunya disesuaikan dengan fakta yang mengiringinya dalam konkreto. 7 Misalnya: isteri menggugat cerai suaminya dengan mencantumkan salah satu alasan saja dalam surat gugatan yaitu: di antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.Point f Pasal 116 KHI.

B. Perbedaan Syiqaq dengan Nusyuz

Sebelum dikemukakan mengenai perbedaan antara syiqaq dengan nusyuz, ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu mengenai apa itu nusyuz, sehingga lebih mudah dipahami perbedaannya. Kata Nusyuz merupakan bentuk jamak plural dari ٌﺰْ yang secara etimologi berarti ٌعﺎ ﺗْرإ meninggi atau terangkat. 8 Nusyuz bisa terjadi pada diri isteri atau suami. Pembahasan pertama dimulai dari nusyuz yang dilakukan oleh isteri. Secara definitif nusyuz adalah kedurhakaan isteri terhadap suami dalam hal menjalankan apa-apa yang diwajibkan Allah atasnya. 9 Allah memberikan solusi dalam menghadapi persoalan nusyuz ini yang ditegaskan pada surat An- Nisa’ ayat 34 yang berbunyi: .. 7 Ibid., h. 233. 8 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab Indonesia, h.1517. 9 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h.191. Artinya: “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” An Nisa’4:34. Dari ayat di atas Ulama Fiqh memahami pesan Al Qur’an tentang langkah- langkah yang harus ditempuh secara kronologis oleh suami ketika menghadapi kemungkinan isteri yang nusyuz yaitu terlebih dahulu dengan menasehati isterinya supaya kembali menjalankan kewajibannya, apabila dia tidak memperlihatkan perbaikan sikapnya, dan memang secara nyata nusyuz terjadi, suami melakukan langkah berikutnya yaitu pisah tempat tidur, maksudnya menghentikan hubungan seksual. 10 Ada Ulama lain yang mengartikan hijrah dalam ayat 34 surat Annisa’ dengan suami tidak berkomunikasi dengan isteri yang nusyuz, akan tetapi tidak boleh melebihi tiga hari. Setelah langkah kedua tersebut tidak dapat menghentikan perbuatan nusyuz, maka digunakan langkah ketiga yaitu suami boleh memukul isterinya dengan pukulan yang tidak menyakitinya sebagai bentuk pendidikan bukan karena kebencian. 11 10 Ibid.,h.192. 11 Ibid. Penjelasan di atas merupakan nusyuz yang dilakukan oleh isteri di mana perbuatan itu lebih populer daripada nusyuz yang dilakukan oleh suami. Namun demikian tidak menutup kemungkinan terjadinya nusyuz oleh suami terhadap isterinya. Berikut ini akan dibahas mengenai nusyuz suami tersebut. Secara definisi tidak jauh berbeda dengan nusyuz isteri seperti disebutkan di atas. Nusyuz jika dilakukan oleh suami berarti penyelewengan suami kepada isterinya dengan tidak melaksanakan kewajiban sebagai suami atas isterinya baik berupa nafkah lahir maupun batin. 12 Nafkah lahir berupa memberikan makan sehari-hari, tempat tinggal, pakaian, dan kebutuhan pokok lainnya. Nafkah batin maksudnya suami tidak mau menggauli isterinya karena dia sudah tidak suka lagi dengan alasan isterinya sudah tua, atau bentuk fisiknya yang tidak menarik lagi, sehingga membuat suami tertarik kepada wanita lain. 13 Untuk mengatasi masalah tersebut Allah memberikan petunjuk sebagaimana termaktub dalam surat An-Nisa’ ayat 128: ⌧ ☺ ☺ ☯ ءﺂﺴ ﻟا 4 : 128 12 Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, Hukum Nasional, Jakarta: Kencana, 2009, h.189. 13 Mujar Ibnu Syarif, “Pemukulan Isteri terhadap Suaminya Ketika Nusyuz Menurut Perspektif Hukum Islam” , Ahkam IX, No.2 September 2007:h.116. Artinya: “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya….” An Nisa’4:128. Jadi, untuk menyelesaikan masalah nusyuz suami, maka sesuai dengan tuntunan ayat di atas solusi yang bijak adalah dengan mengadakan perdamaian antara keduanya. Di antara mereka hendaklah isteri merelakan menggugurkan sebagian hak- haknya demi menyenangkan suaminya. 14 Misalkan kesediaan isteri untuk dikurangi hak materi dalam bentuk nafkah atau kewajiban non materi dalam arti kesediaan isteri untuk memberikan giliran bermalamnya untuk digunakan suami kepada isterinya yang lain. Dengan adanya shulh tersebut perceraian antara suami isteri tersebut dapat dihindarkan. 15 Nusyuz memang tidak disebutkan secara eksplisit dalam peraturan perundang- undangan baik UU Nomor 1 Tahun 1974, PP No.9 Tahun 1975, dan KHI. Meskipun demikian, secara implisit ternyata diatur dalam Pasal 34 ayat 3 UU Nomor 1 Tahun 1974 yang berbunyi: “Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing- masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.” Menurut hemat penulis meskipun suami atau isteri dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan karena salah satu pihak melalaikan kewajibannya, alangkah baiknya diselesaikan dahulu dengan perdamaian antara suami isteri tersebut secara kekeluargaan seperti solusi sebagaimana yang telah dijelaskan di atas dalam 14 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Juz 2, h.263. 15 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h.194. mengatasi nusyuz itu sebab tidak semua persoalan harus dibawa ke meja hijau. Jika memang ternyata tak ada cara lain lagi setelah ditempuh usaha-usaha perdamaian, maka dengan terpaksa baru mengajukan gugatan kepada Pengadilan dengan alasan melalaikan kewajiban. Memang benar bahwa sikap nusyuz merupakan persoalan awal dalam rumah tangga sebelum terjadi persoalan berikutnya yang lebih parah yaitu masalah syiqaq. Namun demikian, antara keduanya terdapat perbedaan di antaranya yaitu: Pada masalah nusyuz sikap tidak mengacuhkan pasangannya baru terjadi pada salah satu pihak suami atau isteri. Sedangkan pada masalah syiqaq, masing-masing pihak sudah menunjukkan sikap antipati terhadap pasangannya. Dengan kata lain persoalan syiqaq lebih parah dibandingkan dengan persoalan nusyuz. 16 Dari sifatnya saja sudah berbeda antara nusyuz dengan syiqaq, maka hal itu berakibat pada cara penyelesaian yang berbeda. Dimana kasus syiqaq biasanya sudah tidak bisa diselesaikan oleh suami isteri, sehingga membutuhkan pihak ketiga yaitu hakam dari pihak suami dan isteri. Sedangkan persoalan nusyuz, karena sikap acuh tak acuh baru muncul dari salah satu pihak, maka permasalahannya masih dapat diatasi penyelesaiannya antara suami isteri tanpa melibatkan pihak ketiga. 17

C. Syarat dan Tugas Hakam