Pendaftaran Perkara Mediasi Proses Penyelesaian Perkara Syiqaq di Pengadilan Agama Sumber

Dari kasus perceraian di atas terdapat perkara yang dicabut, gugur, dan ditolak, sehingga total perkara perceraian sampai diputus selama tahun 2009 sebanyak 4.056 perkara. Dalam bentuk-bentuk perceraian di antara para pihak yang telah diputus tersebut yang tergolong kategori syiqaq selama tahun 2009 ini sebanyak 1.538 perkara. 2 Menurut Ahmad Sodikin sebagai Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Sumber, di antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya syiqaq, yaitu: Pertama, karena masalah ekonomi yang paling dominan sebanyak 1.253 kasus, disusul dengan kedua, karena faktor cemburu yang mencapai 175 kasus, kemudian ketiga, sebab faktor moral yang mencapai 80 kasus, dan keempat faktor melalaikan kewajiban yang mencapai 25 kasus,dan sisanya 15 kasus di luar 4 faktor yang telah disebutkan di atas contohnya sebab SMS Short Message Service . 3

B. Proses Penyelesaian Perkara Syiqaq di Pengadilan Agama Sumber

1. Pendaftaran Perkara

Setelah perkara terdaftar di Kepaniteraan, panitera melakukan penelitian terhadap kelengkapan berkas perkara. Penelitian panitera tersebut disertai dengan membuat resume tentang kelengkapan berkas 2 Ibid. 3 Ibid. perkara, lalu berkas perkara beserta resume disampaikan kepada Ketua Pengadilan dengan disertai saran tindak misalnya berbunyi : “syarat- syarat cukup dan siap untuk disidangkan.” 4 Berdasarkan resume dan saran tindak tersebut, Ketua Pengadilan Agama mengeluarkan penetapan Penunjukan Majelis Hakim selanjutnya disingkat PMH yang menunjuk hakim ketua dan anggota majelis yang akan memeriksa perkara yang dimaksudkan, mungkin sekaligus menunjuk panitera sidangnya. 5 Selanjutnya berkas perkara beserta penetapan PMH diserahkan kepada hakim ketua majelis yang ditunjuk untuk dipelajarinya. Berdasarkan PMH itu, ketua majelis mengeluarkan Penetapan Hari Sidang selanjutnya disingkat PHS yang menetapkan kapan hari tanggal jam sidang pertama akan dimulai. 6 Lalu juru sitajuru sita pengganti akan memanggil pihak-pihak ke muka sidang menurut haritanggaljam tempat yang telah ditentukan di dalam PHS. 7 4 Raihan A.Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, cet.9 Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002, h.129. 5 Ibid. 6 Ibid ., h.80. 7 Ibid ., h.81.

2. Mediasi

Pada sidang pertama penggugat dan tergugat menghadiri sidang Pengadilan Agama dengan sendirinya in person setelah menerima surat panggilan yang sah. Majelis hakim pada saat memulai sidang memberi kesempatan atau berusaha agar penggugat dan tergugat berdamai, kembali rukun sebagai suami isteri. 8 Sejak dikeluarkan Peraturan Mahkamah Agung selanjutnya disingkat Perma Nomor 1 Tahun 2008 tentang prosedur Mediasi di Pengadilan, maka para pihak tersebut wajib menempuh proses mediasi setelah diterangkan oleh Ketua Majelis, 9 di mana mereka dapat memilih salah satu mediator yang tersedia di Pengadilan Agama sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Setelah dilakukan upaya mediasi terhadap kedua belah pihak selama paling lama 40 hari ternyata hasilnya gagal karena pihak penggugat tetap pada gugatannya, maka hakim mediator selanjutnya wajib melaporkan secara tertulis bahwa mediasi dinyatakan gagal dan diserahkan kepada ketua Majelis yang memeriksa perkara ini. 10 Sebagai konsekuensi 8 Sulaikin Lubis dkk,ed., Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, cet.3 Jakarta: Kencana, 2008, h.71. 9 Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Perspektif Syariah,Hukum Adat, dan Hukum Nasional, h.313. LIhat juga Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Pasal 7. 10 Ibid., h.314. dari hasil mediasi yang dilakukan telah gagal, maka persidangan tetap dilanjutkan sebagaimana ketentuan hukum acara yang berlaku litigasi. 11 Pada hari sidang berikutnya yang ditentukan setelah para pihak hadir dengan sendirinya menghadap persidangan, maka pertama kali majelis hakim membuka sidang dan menyatakan persidangan terbuka untuk umum, lalu ketua majelis wajib menanyakan perkembangan perdamaian antara keduanya, sebab ini sudah menjadi asas dalam hukum acara Peradilan Agama sebagaimana diatur dalam Pasal 154 RBg jo Pasal 14 dan Pasal 47 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, Pasal 82 ayat 4 UU No.3 Tahun 2006 jo Pasal 31 ayat 2 PP Nomor 9 tahun 1975. 12

3. Pembacaan Gugatan