Pembuktian Kesimpulan Putusan Hakim

menambah keterangannya dengan tujuan untuk memperjelas dalil yang diajukan penggugat dalam gugatannya. 15

6. Duplik Tergugat

Duplik adalah jawaban tergugat atas replik yang diajukan penggugat. Tergugat dalam dupliknya mungkin membenarkan dalil yang diajukan penggugat dalam repliknya dan tidak pula tertutup kemungkinan tergugat mengemukakan dalil baru yang dapat meneguhkan sanggahannya atas replik yang diajukan penggugat. Tahapan replik dan duplik apabila telah dianggap cukup oleh majelis hakim dan telah nampak pokok sengketanya, maka dianggap selesai dan sidang ditunda sampai tahap pembuktian. 16

7. Pembuktian

Pada tahap Pembuktian, baik penggugat maupun tergugat diberi kesempatan yang sama untuk mengajukan bukti-bukti sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk meneguhkan dalil-dalil baik pada gugatan penggugat maupun jawaban tergugat yang telah disampaikan pada persidangan sebelumnya. 17 Di antara alat-alat bukti tersebut sesuai ketentuan Pasal 164 HIR284 RBg antara lain terdiri atas: a. Pembuktian 15 Ibid.,h.91. 16 Ibid. 17 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, h.131. dengan surat alat bukti tertulis, b. Keterangan dengan saksi, c. Persangkaan hakim, d. Pengakuan, dan e. Sumpah. 18 Khusus dalam perkara syiqaq sesuai dengan ketentuan Pasal 76 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, majelis hakim wajib memeriksa keterangan saksi-saksi yang berasal dari keluarga atau orang-orang yang dekat dengan suami isteri. Tentunya para saksi tersebut harus disumpah terlebih dahulu sebelum memberikan keterangan yang sebenar-benarnya di depan sidang. 19 Dari pemeriksaan saksi tersebut dimaksudkan supaya menjadi jelas bagi majelis hakim mengenai sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran itu, lalu dengan sebab yang ditemukan apakah benar-benar berpengaruh dan prinsipil terhadap keutuhan kehidupan suami isteri. 20

8. Kesimpulan

Setelah tahapan pembuktian selesai, maka baik penggugat maupun tergugat diberi kesempatan yang sama untuk mengajukan pendapat akhir yang merupakan kesimpulan hasil pemeriksaan selama sidang berlangsung baik secara lisan dan tulisan. 21 18 Sulaikan Lubis, dkk.Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia,h.148. 19 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, h. 266. 20 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, h.213. 21 Chatib Rasyid dan Syaifuddin, Hukum Acara Perdata,h.93.

9. Putusan Hakim

Pada tahap ini hakim merumuskan duduk perkara dan pertimbangan hukum pendapat hakim mengenai perkara tersebut disertai alasan-alasannya dan dasar-dasar hukumnya, yang diakhiri dengan putusan hakim mengenai perkara yang diperiksanya itu. 22

C. Duduk Perkara dan Pertimbangan Hukum