Ajaran-ajaran Tarekat Tijaniyah di Cempaka Putih

D. Ajaran-ajaran Tarekat Tijaniyah di Cempaka Putih

Semua tarekat mu’tabarah mempunyai sanad yang sambung sampai dengan baginda Rasulullah SAW. dan masing-masing mempunyai wirid dan keutamaan sendiri-sendiri. Jika diperhatikan, semua tarekat mempunyai kesamaan yaitu wirid yang wajib diamalkan tidak bertentangan dengan al- Qur’an dan sunnah Nabawiyah, dengan tujuan yang sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT. sampai pada Ma’rifat ilallah. Sedangkan perbedaannya adalah dari segi metode atau melakukan wirid yang diajarkan guru atau mursyid. Semua tarekat yang ada, zikir yang dibaca tidak menyimpang yaitu istighfar, shalawat, hailallah, asmaul husna dan ayat- ayat Al Qur’an. Metode melakukan wirid dan penekanan terhadap komponen juga berbeda, ada yang menekankan pada shalawat saja, atau hanya hailallah saja atau lafad Allah saja, ada juga yang kombinasi dan lain-lain. Wirid tarekat al-Tijani sendiri meliputi kesemuanya yaitu istighfar, shalawat dan hailalah. Amalan wirid dalam tarekat Tijaniyah terdapat tiga unsur pokok, yaitu istighfar, shalawat dan hailallah. Ketiga unsur pokok dalam tarekat Tijaniyah yaitu istighfar, shalawat dan hailallah adalah substansi dalam kerangka teori tasawuf yang menjadi kerangka yang saling berkesinambungan dalam proses-proses pencapaiannya. Istighfar pada intinya menjadi proses upaya menghilangkan noda-noda rohaniah dan menggantinya dengan nilai-nilai suci. Sebagai tahap pemula dan sarana untuk memudahkan sasaran pendekatan diri kepada Allah SWT. Shalawat, sebagai unsur kedua menjadi materi pengisian setelah penyucian jiwa yang mengantarkan manusia yang bermunajat mendekatkan diri kepada Allah SWT. dan menjadi media perantara antara manusia sebagai salik dengan Allah SWT. sebagai zat yang dituju. Sedangkan materi substansi yang sangat efektif untuk mengantarkan manusia menghadap dan menyatukan diri dengan Allah SWT. adalah kalimat zikir yang mempunyai makna dan fungsi tertinggi di sisi Allah SWT, yaitu Tahlil makna lain dari inti tauhid yaitu Lâilâha Illa Allah. 20 Ketiga unsur ini menunjukan struktur tahapan upaya berada di sisi Tuhan. K.H. Ikhyan Badruzzaman mengatakan bahwa tiga unsur wirid tarekat Tijaniyah yang dimaksud yakni istighfar, shalawat dan tahlil merupakan satu rangkaian tahap persiapan yang berkesinambungan. Tahap pertama: istighfar, berfungsi sebagai tahap pembersihan jiwa dari noda-noda maksiat dan perilaku yang bertentangan dengan perintah Allah SWT. Pembersihan ini, sebagai tahap persiapan menuju tahap pengisian jiwa dengan rahasia-rahasia shalawat. Tahap kedua: shalawat, berfungsi sebagai cahaya penerang hati, pembersih sisa-sisa kotoran, dan pelebur kegelapan hati. Tahap ketiga: Tauhid makna lain dari inti tahlil, sebagai tahap menuju berada disisi Tuhan sedekat mungkin. 21 Bentuk amalan wirid tarekat Tijaniyah terdiri dari dua jenis yaitu 1 wirid lazimah kewajiban, yakni wirid-wirid yang wajib diamalkan oleh setiap murid Tijaniyah dan memiliki ketentuan pengamalan dan waktu tertentu serta menjadi ukuran sah tidaknya menjadi murid Tijaniyah. 2 Wirid ikhtiariyah yakni wirid yang tidak mempunyai ketentuan kewajiban untuk diamalkan dan tidak menjadi ukuran sah atau tidaknya menjadi murid Tijaniyah. 20 Ikhyan Badruzzaman, Thariqat Tijaniyah di Indonesia Garut: Zawiyah Thariqat Tijaniyah, 2007, h. 15 21 Ikhyan Badruzzaman, Thariqat Tijaniyah di Indonesia, h. 115 Adapun 2 macam amalan dalam tarekat Tijaniyah antara lain: A. Wirid Lazimah kewajiban 22 1. Wirid Lazimah yaitu istighfar 100 kali, shalawat 100 kali, hailallah 100 kali Wirid Lazimah, harus dikerjakan 2 kali setiap hari pagi dan sore dan dilaksanakan secara munfarid perseorangan, bacaannya tidak boleh dikeraskan. Untuk waktu pagi, pelaksanaannya adalah setelah shalat subuh sampai datangnya waktu duha. Untuk waktu sore, pelaksanaannya setelah shalat asar sampai datangnya waktu shalat isa. Jika ada uzur, waktu wirid lazimah pagi bisa dimajukan sampai datangnya waktu magrib. Sedangkan, wirid lazimah sore hari bisa dimajukan sampai datangnya waktu subuh. Jika seseorang meninggalkannya, maka dia wajib mengqadha. 2. Wirid Wazifah, 23 yaitu istighfar 30 kali, shalawat fatih 50 kali 24 , hailallah 100 kali, jauharotul kamal 12 kali. 25 Wirid wazifah dilakukan cukup 1 kali dalam sehari semalam dan tidak dibatasi oleh ketentuan waktu, boleh pagi atau sore. Jika mampu istiqamah, bisa dua kali sehari semalam. Pelaksanaan wirid wazifah sebaiknya secara berjama’ah. Tetapi, boleh dilakukan sendiri-sendiri. Orang yang meninggalkan wirid wazifah tidak wajib mengqadanya. 3. Zikir Hailallah lâilâha illa allah sebanyak 1000 1200 1600 kali atau tanpa hitungan sampai menjelang adzan magrib. 22 A. Fauzan Adhiman Fathullah, Thariqah Tijaniyah: Mengemban Amanat Lil ‘Alamin Kalimantan Selatan: Yayasan al-Ansari Banjarmasin, 2007, h. 195. 23 Tentang teks wirid ini lihat lampiran. 24 Tentang teks shalawat fatih lihat lampiran. 25 Tentang teks jauharatul kamal lihat lampiran. Dikerjakan satu minggu sekali, yaitu seti ap hari Jum’at selesai salat as ar. Diutamakan zikir secara berjama’ah. Jika wirid hailallah dilakukan munfarid sendirian karena ada halangan, maka harus dilaksanakan dengan ketentuan membaca zikir sebanyak 1600 kali atau minimal 1000 kali dan tidak di haruskan sampai datangnya waktu magrib. B. Aurad Ikhtiyari Wirid ini adalah wirid tambahan, tidak wajib dilakukan, hanya saja sangat dianjurkan bagi mereka yang bisa memeliharanya dengan istiqamah, seperti istighatsah, berbagai macam shalawat, hizib-hizib seperti hizbus saifi, hizbul mughni, hizbul bahar dan lain-lain. Jika ingin mengamalkan harus ada izin dari muqaddam yang berhak memberi izin . Tradisi tarekat Tijaniyah, terdapat syarat-syarat, dan peraturan seperti syarat masuk tarekat Tijaniyah, kewajiban atas Ikhwan Tijani, larangan atas Ikhwan Tijani, peraturan dan cara melaksanakan zikir tarekat Tijaniyah. Syarat untuk masuk dan dibaiat menjadi ikhwan Tijani antara lain a. Tidak mempunyai wirid tarekat lain. Jika calon Ikhwan Tijani itu telah masuk tarekat selain tarekat Tijaniyah, maka tarekatnya itu harus dilepas, sebab tarekat Tijaniyah tidak boleh dirangkap dengan tarekat lain, b. Yang mentalqinnya telah mendapat izin yang sah untuk memberi wirid, c. Mendapatkan izin mengamalkan wirid tarekat Tijaniyah. Selain aturan-aturan di atas, bagi pengikut tarekat yang telah menjadi ikhwan tarekat Tijaniyah, maka ada beberapa kewajiban yang harus dipatuhi yaitu harus menjaga syari’at, harus menjaga salat lima waktu, harus mencintai Syekh Ahmad al-Tijani selama-lamanya, harus menghormati siapa saja yang ada hubungannya dengan Syekh Ahmad al-Tijani, harus menghormati semua wali Allah SWT. dan semua tarekat, harus mantap pada tarekat tidak ragu-ragu, selamat dari mencela tarekat Tijaniyah, harus berbuat baik dengan kedua orang tuanya, harus menjauhi orang yang mencela tarekat Tijaniyah, harus mengamalkan tarekat Tijaniyah sampai akhir hayatnya. Larangan atas ihwan tarekat Tijaniyah yaitu: a. Tidak boleh mencaci, benci, dan memusuhi Syekh Ahmad bin Muhammad a-Tijani. b. Tidak boleh ziarah kepada wali yang bukan Tijani. c. Tidak boleh memberikan wirid tarekat Tijaniyah pada orang lain tanpa izin yang sah sebelum dilantik jadi muqaddam. d. Tidak boleh meremehkan wirid tarekat Tijaniyah, seperti mengakhirkan waktunya tanpa udzur syar’i, atau mengerjakan secara asal-asalan. e Tidak boleh memutuskan hubungan dengan siapapun tanpa ada izin syar’i terutama kepada ikhwan. f Tidak boleh merasa aman dari makrillah ancaman murka Allah SWT. Peraturan melakukan zikir yaitu 1 Suara dalam keadaan normal, bacaan zikir harus terdengar oleh telinga si pembaca. 2 Harus suci dari najis, baik pakaian, tempat, dan apa saja yang dibawanya. 3 Harus suci dari hadast hadast besar maupun hadast kecil. 4 Harus menutupi aurat sebagaimana shalat bagi pria maupun perempuan. 5 Tidak boleh berbicara. 6 Harus menghadap qiblat. 7 Harus duduk. 8 Harus ijtima’ dalam melaksanakan wirid wadzifah dan hailallah setelah shalat asar pada hari Jumat apabila di daerahnya ada ikhwan. KH. Misbahul Anam telah melaksanakan syarat dan peraturan-peraturan al-Tijani di Pondok Pesantren al-Umm. Hal ini terlihat ketika K.H. Misbahul Anam dan ikhwan Tijani melaksanakan wirid bersama setiap Jumat dari setelah salat asar sampai magrib. Peraturan melakukan zikir diterapkan dengan baik. Para ikhwan Tijani melakukan amalan wirid dengan bersilah kemudian berkonsentrasi untuk melakukan tawasulan yaitu megirimkan fatihah kepada guru-guru atau mursyid dan membaca berbagai zikir. Pelaksanaan wirid wazifah atau hailallah yang dilakukan setiap Jumat secara rutin dimulai dengan duduk melingkar atau berhadap-hadapan membentuk segi empat dan tidak boleh ada yang kosong, maksudnya harus rapat antara lutut dengan lutut. Dibaca dengan sedang dengan ukuran ikhwan sebelahnya dengar, kompak dan teratur. Pembacaan wirid memang dianjurkan secara sedang karena jika membaca dengan keras dianggap tidak baik. Wirid wazifah dilakukan setelah salat asar sampai magrib yang dipimpin oleh KH. Misbahul Anam selaku muqaddam.

E. Struktur Organisasi Tarekat Tijaniyah

Dokumen yang terkait

Model dakwah jamaah Tabligh di Pondok Pesantren Sunanul Husna al-Jaiyah dalam pengembangan dakwah Islamiyah di Pondok Ranji Ciputat

2 42 85

Studi komperasi manajemen Majelis Taklim Al-Muhajirin, Baiturrahim dan Darul Arqam Di Kelurahan Cempaka Putih Ciputat

1 34 103

Perbandinagn Pembelajaran Fiqih di Pondok Pesantren Modern Dengan pndok Pesantren Salaf Dalam Persepsi Ssntri: studi kasus pondok pesantren daarul ahsan dan pondok pesantren Al-Musayyadah

1 14 91

Metode Dakwah Ustadz Ahmad Jazuli Di Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif Ciputat Tangerang Selatan

3 63 95

METODE ZIKIR TAREKAT NAQSYABANDIYAH KHALIDIYAH PONDOK PESANTREN AL-MANSHUR KLATEN Metode Zikir Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Pondok Pesantren Al-Manshur Klaten.

1 7 11

PENDAHULUAN Metode Zikir Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Pondok Pesantren Al-Manshur Klaten.

1 11 16

METODE ZIKIR TAREKAT NAQSYABANDIYAH KHALIDIYAH PONDOK PESANTREN AL-MANSHUR KLATEN Metode Zikir Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Pondok Pesantren Al-Manshur Klaten.

2 5 10

MODEL INTERNALISASI NILAI DZIKIR PADA IKHWAN THARIQAT TIJANIYAH :Studi pada Ikhwan Thariqat Tijaniyah di Pondok Pesantren Darussalam Jati Barang Brebes Jawa Tengah.

0 3 63

PERANAN PONDOK PESANTREN DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA (Studi kasus di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta).

5 22 16

MANAJEMEN ORGANISASI SANTRI PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA BANJARMASIN (STUDI MULTI KASUS DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAMIYAH, PONDOK PESANTREN AL-ISTIQAMAH,DAN PONDOK PESANTREN AL-FURQAN) Tesis

0 0 14