Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini kehidupan sufi mulai dilirik oleh para pecinta Tuhan yang menginginkan agar dirinya berada sedekat mungkin dengan Tuhan. Sehingga, banyak sekali kegiatan moral keagamaan diadakan dan dikembangkan secara besar-besaran. Seperti, majlis zikir dan pengajian-pengajian keagamaan yang dilaksanakan secara rutin, termasuk perkembangan tarekat di berbagai wilayah. 1 Hal ini menjadi daya tarik tersendiri dalam dunia sufistik. Kegiatan dan perkembangan keagamaan masa sekarang menunjukan bahwa jiwa spiritual masyarakat tidak tertelan zaman. Zaman modern ternyata tidak menyurutkan banyak orang untuk melakukan ritual keagamaan bahkan melakukan “hijrah” sepenuhnya dalam menempuh kehidupan spiritual. Hal ini menunjukan bahwa kehidupan spiritual khususnya tarekat tidak lagi dianggap tabu dan mistik. Tarekat justu dianggap sebagai salah satu solusi untuk menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat. Namun, tarekat terkadang diartikan hanya sebagai perjalanan ruhani yang identik dengan membunuh kebutuhan naluri dan mematikan kebutuhan insaniyah. Perbedaan pemahaman inilah yang menambah fariasi dalam dunia tasawuf. Walaupun demikian, tujuan tarekat itu sama yaitu usaha untuk membersihkan jiwa agar 1 Berdirinya Majlis Az-Zikra pimpinan M. Arifin Ilham, Yayasan Wakaf Paramadina arahan Nurcholis Madjid, Naqsabandiyah Haqqani dan Tazkia Sejati pimpinan Jalaludin Rahmat. menjadi lebih dekat dengan Tuhan dengan menempuh berbagai metode atau cara untuk diamalkan sehingga mencapai keridaan Allah SWT. Salah satu metode yang sering diajarkan oleh berbagai tarekat adalah zuhud. Arti kata zuhud adalah tidak ingin kepada sesuatu dengan meninggalkannya. Menurut istilah zuhud adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akhirat. Ada 3 tingkatan zuhud yaitu : 1. Tingkat Mubtadi’ tingkat pemula yaitu orang yang tidak memiliki sesuatu dan hatinya pun tidak ingin memilikinya. 2. Tingkat Mutahaqqiq yaitu orang yang bersikap tidak mau mengambil keuntungan pribadi dari harta benda duniawi karena ia tahu dunia ini tidak mendatangkan keuntungan baginya. 3. Tingkat „alim Muyaqqin yaitu orang yang tidak lagi memandang dunia ini mempunyai nilai, karena dunia hanya melalaikan orang dari mengingat Allah SWT. 2 Dalam keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa harta benda adalah sesuatu yang harus dihindari karena dianggap dapat memalingkan hati dari mengingat tujuan perjalanan sufi yaitu Allah SWT. Namun, ada yang berpendapat bahwa zuhud bukan berarti semata-mata tidak mau memiliki harta benda dan tidak suka mengenyam nikmat duniawi, tetapi sebenarnya adalah kondisi mental yang tidak mau terpengaruh oleh harta dan kesenangan duniawi dalam mengabdikan 2 Ahmad Daudy, Kuliah Ilmu Tasawuf Jakarta: Bulan Bintang, 1998, h. 51. diri kepada Allah SWT. Maksudnya, harta bukanlah penghalang untuk beribadah kepada sang khaliq. 3 Masing-masing tarekat mempunyai pandangan yang berbeda. Salah satunya adalah tarekat Tijaniyah yang berada di Cempaka Putih Ciputat. Tarekat Tijaniyah mengartikan zuhud bukan menghindar dari keduniawian. Akan tetapi, lebih kepada pemanfaatan artinya mempergunakan harta untuk urusan akhirat. 4 Hal ini dibuktikan banyaknya pengikut tarekat Tijaniyah yang bermacam-macam profesi. Seperti pedagang, pegawai sipil, pengusaha, karyawan, mahasiswa dan lain-lain. Cempaka Putih adalah salah satu desa di Kecamatan Ciputat yang dapat dikategorikan sebagai wilayah yang perkembangan perekonomiannya sangat pesat baik dari segi fisik atau non fisik. Tidak hanya itu, di Cempaka Putih terdapat tarekat Tijaniyah yang tumbuh dan berkembang yang dibuktikan dengan adanya majlis-majlis pengajian dan berdirinya pondok pesantren yang berbasis tarekat Tijaniyah yaitu Pondok Pesantren al-Umm. Di Pondok Pesantren al-Umm inilah sebagai tempat belajar mengajar baik ilmu fiqih, ilmu tauhid dan tasawuf. Para pengikut tarekat Tijaniyah melakukan kegiatan tarekatnya di Pondok Pesantren al- Umm sekaligus sebagai tempat perkembangan tarekat Tijaniyah di daerah Ciputat. Kehadiran tarekat Tijaniyah di Desa Cempaka Putih erat hubungannya dengan seorang tokoh Tijaniyah yang kharismatik, yaitu K.H. Misbahul Anam yang berasal dari Jatibarang, Brebes, Jawa Tengah. Adapun metode dakwah yang disampaikan K.H. Misbahul Anam adalah lewat belajar mengajar di Pondok 3 Ahmad Daudy, Kuliah Ilmu Tasawuf, h. 52. 4 Wawancara Pribadi dengan K.H. Misbahul Anam Selaku Pimpinan Pondok Pesantren al-Umm, Tangerang, 12 April 2011. Pesantren al-Umm, pengajian secara rutin, dan beliau dalam kesehariannya menangani para murid atau pengikut tarekat Tijaniyah di Cempaka Putih yang ingin bertanya, bermusyawarah tentang perjalanan spiritualnya maupun persoalan- persoalan hidup yang mereka hadapi. K.H. Misbahul Anam tidak hanya menangani perjalanan spiritual, tetapi juga memikirkan dan membantu masyarakat Cempaka Putih khususnya pengikut tarekat Tijaniyah untuk memperbaiki keadaan perekonomiannya. K.H. Misbahul Anam dan ikhwan Tijani mempelopori berdirinya organisasi yang dikenal dengan nama al-Tujar. Kelompok al-Tujar membuat suatu wadah ekonomi dengan nama Usaha Bersama al-Syuhada yang lebih dikenal dengan kata Ubasyada. Koperasi ini dilatarbelakangi oleh keinginan yang besar untuk berperan serta dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat strata ekonomi lemah terutama kalangan para pedagang. Alasan tersebut mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut akan sebab dan akibat yang terjadi. Berdasarkan penelusuran kepustakan yang telah penulis lakukan, ada satu judul skripsi yang pernah melakukan riset penelitian tentang tarekat Tijaniyah yaitu berjudul “Tarekat Tijaniyah di Pondok Pesantren Al-Umm dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Masyarakat di Cempaka Putih”, Karya M. Syahril Azhari. Menurut penulis, riset yang dilakukan masih bersifat umum dan hanya sekilas membahas pengaruh dalam beberapa bidang. Oleh karena itu dalam skripsi ini, penulis lebih menitikberatkan aspek perekonomian di daerah tersebut. Judul yang penulis angkat adalah “Tarekat Tijaniyah di Pondok Pesantren al-Umm dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Ekonomi di Cempaka Putih Ciputat”

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Model dakwah jamaah Tabligh di Pondok Pesantren Sunanul Husna al-Jaiyah dalam pengembangan dakwah Islamiyah di Pondok Ranji Ciputat

2 42 85

Studi komperasi manajemen Majelis Taklim Al-Muhajirin, Baiturrahim dan Darul Arqam Di Kelurahan Cempaka Putih Ciputat

1 34 103

Perbandinagn Pembelajaran Fiqih di Pondok Pesantren Modern Dengan pndok Pesantren Salaf Dalam Persepsi Ssntri: studi kasus pondok pesantren daarul ahsan dan pondok pesantren Al-Musayyadah

1 14 91

Metode Dakwah Ustadz Ahmad Jazuli Di Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif Ciputat Tangerang Selatan

3 63 95

METODE ZIKIR TAREKAT NAQSYABANDIYAH KHALIDIYAH PONDOK PESANTREN AL-MANSHUR KLATEN Metode Zikir Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Pondok Pesantren Al-Manshur Klaten.

1 7 11

PENDAHULUAN Metode Zikir Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Pondok Pesantren Al-Manshur Klaten.

1 11 16

METODE ZIKIR TAREKAT NAQSYABANDIYAH KHALIDIYAH PONDOK PESANTREN AL-MANSHUR KLATEN Metode Zikir Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Pondok Pesantren Al-Manshur Klaten.

2 5 10

MODEL INTERNALISASI NILAI DZIKIR PADA IKHWAN THARIQAT TIJANIYAH :Studi pada Ikhwan Thariqat Tijaniyah di Pondok Pesantren Darussalam Jati Barang Brebes Jawa Tengah.

0 3 63

PERANAN PONDOK PESANTREN DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA (Studi kasus di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta).

5 22 16

MANAJEMEN ORGANISASI SANTRI PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA BANJARMASIN (STUDI MULTI KASUS DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAMIYAH, PONDOK PESANTREN AL-ISTIQAMAH,DAN PONDOK PESANTREN AL-FURQAN) Tesis

0 0 14