F. Hubungan Muqaddam dengan Pengikutnya.
Tujuan tasawuf secara umum adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tetapi apabila diperhatikan, karakteristik tasawuf secara umum terlihat adanya 3
sasaran dari tasawuf. Pertama, tasawuf bertujuan untuk pembinaan aspek moral. Tasawuf ini pada umumnya bersifat praktis. Kedua, tasawuf bertujuan untuk
ma’rifatbillah melalui penyingkapan langsung atau metode al-Kasyaf al-hijab. Tasawuf jenis ini bersifat teoritis. Ketiga, tasawuf bertujuan untuk membahas
sistem pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah SWT. secara mistis yaitu hubungan antara Tuhan dengan makhluk
30
.
Tujuan tasawuf dapat dicapai jika seorang murid dibantu oleh seorang gurumursyid yang piawai dalam memahami
jiwa manusia, memahami kekurangan, aib dan penyakit seorang murid. Mursyid adalah seorang pemimpin kelompok kerohanian, pengawas
murid-murid dalam segala kehidupannya, petunjuk jalan dan sebagai perantara seorang murid dengan Tuhannya. Seorang guru harus mempunyai tingkat
kerohanian yang tinggi, sempurna ilmu syariatnya, matang ilmu hakikat dan ilmu ma’rifatnya. Dengan kata lain seorang mursyid adalah orang yang telah mencapai
rijalul kamal.
31
Definisi ini menunjukan betapa pentingnya peranan seorang mursyid dalam perjalanan spiritul seorang murid. Oleh karena itu, jabatan seorang
mursyid tidak boleh sembarangan orang. Mursyid merupakan orang pilihan yang telah berhasil mencapai ma’rifat kepada Allah SWT. dengan kemampuan ilmu
syari ’at, kebersihan jiwa dan hati.
30
Ahmad Rivay Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999, h. 57.
31
Usman Said, dkk., Pengantar ilmu Tasawuf Sumatera Utara: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Institut Agama Islam Negeri, 1982, h. 124.
Hubungan antara murid dengan mursyid seperti pasien dengan psikoanalisis.
32
Guru mengetahui berbagai kerusakan dan aib jiwa muridnya serta cara yang tepat untuk menerapi jiwa murid dengan berbagai riyadhah,
mujahadah, wirid, zikir dan perbuatan baik lainnya. Sehingga, murid dapat membersihkan dan menyucikan jiwanya dari berbagai kotoran.
Hubungan antara murid dengan mursyid adalah hubungan penyerahan diri sepenuhnya, seorang murid harus tunduk, setia dan rela dengan perlakuan apa saja
yang diterima dari mursyidnya. Penyerahan diri dengan sebulat hati dan keyakinan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi seorang murid dalam
tasawuf. Dalam bentuk apapun, murid tidak boleh membantah karena mursyidlah yang akan mengantarkan hubungan murid dengan Allah SWT.
33
Seorang guru dalam aliran ini mempunyai kedudukan yang sangat penting dan benar-benar
merupakan pimpinan yang dihormati, dipatuhi atau yang tidak boleh terbantahkan. Seseorang yang telah dibai’at menjadi murid, secara sistematis berbagai
aturan atau adab akan berlaku. Baik dalam konteks hubungan guru dengan mursyid, adab secara pribadi, keluarga dan adab sesama ikhwan serta masyarakat
luas. Ketentuan adab dan proses perjalanan spiritual, dalam praktek tidak semuanya berlaku sama bagi semua murid, tetapi tergantung pada potensi,
tahapan-tahapan, keadaan murid dan tingkatan murid. Seorang guru akan menentukan bagaimana jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT. yang akan
32
Amir an-Najar, Psikoterapi Sufistik dalam Kehidupan Modern Jakarta: Mizan, 2002, h. 94.
33
Usman Said, dkk., Pengantar Ilmu Tasawuf Sumatera Utara: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Institut Agama Islam Negeri, 1982, h. 124.
ditempuh dengan berbagai metode. Murid hendaknya mencari mursyid yang benar-benar telah memiliki pengalaman dalam menempuh jalan tersebut.
Hubungan guru dengan murid dalam tarekat Tijaniyah di Pondok Pesantren al-Umm dibangun berdasarkan tradisi turun-temurun di kalangan Islam
di Jawa. Penghormatan seorang murid terhadap guru sangat dijunjung tinggi sebagai bakti murid pada guru. Figur seorang guru yang kharismatik sekaligus
pemimpin Pondok Pesantren menjadi alasan kuat seorang murid untuk mematuhi semua aturan dan etika yang ada. Sehingga terlihat sangat absolut dalam satu
kepemimpinan. Menurut K.H. Misbahul Anam, beliau tidak pernah mengklasifikasikan muridnya dalam strata sosial. Artinya, K.H. Misbahul Anam
tidak pernah menjaga jarak dan tidak pernah menganggap derajat murid dibawah dirinya. Menurutnya, guru dan murid itu sama dalam derajat seorang manusia.
Sedangkan dalam tingkatan kerohaniyan, tidak ada yang lebih mengetahui kecuali Allah SWT. bisa jadi murid lebih tinggi derajat kerohaniannya dari pada guru.
34
Hal ini terlihat jelas dalam kegiatan-kegiatan pesantren dan kegiatan ketarekatan yaitu kerjasama antara K.H. Misbahul Anam dengan murid yang cukup bagus dan
akrab. Jadi penghormatan dan kepatuhan seorang murid terhadap gurunya bukan karena kepemimpinannya yang absolut, tetapi karena pola fakir yang bersifat
guru-sentris. Hubungan mursyid dengan murid juga terstruktur karena adanya ajaran-
ajaran Tijaniyah yang mengajarkan pola sikap seorang murid terhadap
34
Wawancara Pribadi dengan K.H. Misbahul Anam Pimpinan Pondok Pesantren al-Umm, Tangerang, 12 April 2011.
mursyidnya. Seperti yang tercantum dalam syarat dan kewajiban seseorang masuk tarekat Tijaniyah. Yaitu:
1. Harus mencintai Sayyidina Syekh Ahmad al-Tijani, khalifah, muqaddam
dan penerusnya sampai wafat. 2.
Harus menghormati siapa saja yang ada hubungan nasab dengan Sayyidina Syekh Ahmad al-Tijani.
3. Harus berbakti kepada, ibu, bapak atau suami.
4. Menjaga hubungan baik dengan sesama muslim, apalagi sesama ikhwan
Tijani. 5.
Tidak diperkenankan memaki-maki, membenci, atau melakukan permusuhan kepada guru dan murid-muridnya.
6. Menjauhkan diri dari orang-orang yang mengkritik Syekh Ahmad al-
Tijani. Ajaran-ajaran tersebut membentuk pola pikir seorang murid yang
mempunyai kewajiban untuk menghormati dan menjaga nama baik seorang guru. Kewajiban ini diberlakukan untuk semua pengikut Tijani yaitu khalifah,
muqaddam, dan ikwan Tijani sekaligus sebagai syarat masuk tarekat Tijaniyah.
46
BAB IV PERAN TAREKAT TIJANIYAH DALAM KEHIDUPAN EKONOMI DI