Anam dan ikhwan Tijani melaksanakan wirid bersama setiap Jumat dari setelah salat asar sampai magrib. Peraturan melakukan zikir diterapkan dengan baik. Para
ikhwan Tijani melakukan amalan wirid dengan bersilah kemudian berkonsentrasi untuk melakukan tawasulan yaitu megirimkan fatihah kepada guru-guru atau
mursyid dan membaca berbagai zikir. Pelaksanaan wirid wazifah atau hailallah yang dilakukan setiap Jumat
secara rutin dimulai dengan duduk melingkar atau berhadap-hadapan membentuk segi empat dan tidak boleh ada yang kosong, maksudnya harus rapat antara lutut
dengan lutut. Dibaca dengan sedang dengan ukuran ikhwan sebelahnya dengar, kompak dan teratur. Pembacaan wirid memang dianjurkan secara sedang karena
jika membaca dengan keras dianggap tidak baik. Wirid wazifah dilakukan setelah salat asar sampai magrib yang dipimpin oleh KH. Misbahul Anam selaku
muqaddam.
E. Struktur Organisasi Tarekat Tijaniyah
Semua tarekat pasti mempunyai struktur kepemimpinan secara tersusun dari Kyai atau guru yang memimpin suatu gerakan tarekat sampai kepada murid-
muridnya dan semua pengikut tarekat harus mengetahui susunan mata rantai silsilah tarekat itu. Karena, ajaran tarekat diyakini berasal dari Allah SWT,
kemudian malaikat Jibril yang bertugas menyampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. dan dari Nabi Muhammad SAW. diteruskan kepada salah seorang
sahabatnya. Dari sahabat Nabi itu, ajaran tarekat diwariskan berturut-turut sedemikian rupa sehingga membentuk mata rantai atau silsilah yang bertujuan
pada Kyai atau guru tarekat kemudian kepada para pengikutnya
26
. Pengikut atau murid yang tidak diberi ijazah tidak diperkenankan meneruskan ajaran itu kepada
orang lain. Pelanggaran ketentuan ini merupakan penghianatan. Adanya silsilah dan ijazah itu merupakan akibat dari doktrin kerahasiaan.
Doktrin itu bertitik-tolak dari ajaran bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad SAW datang ke dunia membawa dua macam ajaran, yaitu ajaran umum dan ajaran
khusus. Ajaran yang umum adalah agama Islam sebagaimana dianut oleh kaum muslim seluruhnya. Sedangkan ajaran khusus adalah ajaran tentang bagaimana
mendekatkan diri kepada Allah SWT. yang disampaikan Nabi Muhammad SAW. kepada salah seorang sahabat yang berkenan di hati beliau.
27
Ajaran yang khusus ini maksudnya adalah ajaran tarekat seperti tarekat Tijaniyah, Qadiriyah,
Sydziliyah, Naqsabandiyah,
Khalwatiyah, Syattariyah,
Qadiriyah wa
Naqsabandiyah dan tarekat-trekat lain yang telah diakui kemuktabarahannya. Tarekat Tijaniyah memiliki beberapa istilah dalam keanggotaan tarekat
yang menggambarkan perbedaan tugas, fungsi, hak dan kewajiban mereka masing-masing. Beberapa istilah tersebut adalah Syaikh, Khalifah, Muqaddam,
dan murid atau ikhwan. Syaikh dalam arti formal merupakan kedudukan bagi guru utama yang
mendirikan tarekat Tijaniyah yaitu Syaikh Ahmad al-Tijani yang disebut juga Shahib al-Thariqah. Khalifah adalah orang yang diberi wewenang dan tugas
untuk menyampaikan apa yang diajarkan oleh Syekh kepada muridnya.
26
Nurcholish Madjid, Pesantren dan Pembaharuan: Pesantren dan Tasawuf Jakarta: LP3ES, 1988, h. 108.
27
Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan Jakarta: Paramadina, 1997, h. 60.
Muqaddam adalah orang yang diberi tugas dan wewenang untuk mentalkin wiri- wirid yang harus dilakukan oleh murid Tijaniyah. Sedangkan, murid adalah orang
yang menerima talqin dan ijazah tarekat Tijaniyah dari muqaddam secara sah.
28
Mursyid dalam tarekat Tijaniyah lebih dikenal dengan muqaddam sedangkan muridnya lebih dikenal dengan istilah ikhwan Tijani. Ikhwan secara
bahasa artinya saudara. Bagi pengikut Tijaniyah yang baru dibaiat al- bay’ah
29
dinamakan ikhwan. Hal ini tidak berbeda dengan tarekat-tarekat yang lain. Sehingga kata ihkwan menjadi penghubung antara pengikut tarekat yang lama
maupun yang baru. Jika ditinjau dari segi strata sosial, kata ikhwan ini tidak menunjukan adanya perbedaan kelas.
Adanya silsilah atau mata rantai dalam tarekat bukan suatu hal yang harus ditutupi tetapi justru harus diketahui, khususnya oleh pengikut tarekat Tijaniyah.
K.H. Misbahul Anam sebagai muqaddam telah dibai’at oleh Syekh Muhammad
bin Ali Basalamah dari Jatibarang, Brebes, Jawa Tengah. Berikut ini adalah sanad dari guru ke guru yang dimiliki K.H. Misbahul Anam sebagai muqaddam tarekat
Tijaniyah. 1. Allah SWT.
2. Nabi Muhammad SAW. 3. Al-Kutbi al-Kamil Syekh Ahmad bin Muhammad al-Tijani
4. Syekh Muhammad al-Basyir bin Muhammad al-Habib 5. Syekh Muhammad al-Kabir bin Muhammad al-Basyir
28
Syamsuri, ed., Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia Jakarta: Kencana, 2005, h. 247.
29
Bay’at adalah ikrar atau pentasbihan untuk masuk dalam sebuah tarekat sufi. Sejatinya, ikrar dilakukan antara Allah dan hamba-
Nya. Tetapi secara praktik, bai’at senantiasa mengikat sang murid secara bersama-sama.
6. Syekh Muhammad al-Hafid bin Abdul Latif 7. Syekh Muhammad Hawi bin Anwar
8. Syekh Muhammad bin Ali Basalamah 9. Syekh Misbahul Anam bin Tirmizi al-
Syafi’i al-Tijani. Struktur kelembagaan menunjukan hirarki kepemimpinan. Struktur
kepemimpinan dalam tarekat Tijaniyah tidak terlembagakan secara istimewa tetapi hanya menentukan lapisan-lapisan kepemimpinan yang menunjukan
hubungan murid dengan guru atau sesama murid. Bentuk hubungan dalam hirarki kepemimpinan terdiri dari dua macam: pertama, hubungan vertikal yaitu
hubungan murid dengan guru. Hubungan murid dengan guru yang lebih tinggi yang dimaknakan muqaddam, khalifah, dan syekh. Kedua, hubungan horizontal
yaitu hubungan sesama murid yang dinamakan “ikhwan” atau “ahli”. Struktur kelembagaan tersebut berlangsung secara turun temurun, termasuk struktur
kelembagaan yang diterapkan di Pondok Pesantren al-Umm. Struktur organisasi yang diterapkan di Pondok Pesantren al-Umm tidak
terlembagakan secara sistematis. Maksudnya adalah dasar strukturnya hanya ditentukan oleh hubungan murid dengan guru atau sesama murid. Walaupun
demikian stuktur yang dilakukan secara tradisional ini ternyata dapat dilakukan dengan baik tanpa mengurangi tata karma kesopanan yang diajarkan tarekat
Tijaniyah itu sendiri. Dalam praktek, penulis menyaksikan hal itu dalam kehidupan murid tarekat Tijaniyah di Pondok Pesantren al-Umm. Misalnya
terdapat kerjasama bekerja, pemberi wewenang dan tanggungjawab dan termasuk usaha untuk mengembangkan diri dan profesi.
F. Hubungan Muqaddam dengan Pengikutnya.