Pesantren al-Umm berdiri di atas tanah seluas 600 meter persegi akan tetapi memegang pimpinan sentral tarekat ini di wilayah tersebut. Hal ini didasarkan
pada beberapa faktor, seperti model kepemimpinan K.H. Misbahul Anam yang sangat progresif, letak Pondok Pesantren al-Umm yang sangat strategis, tarekat
yang terbuka, merespon perkembangan dan tidak ekslusif.
C. Perkembangan Tarekat Tijaniyah di Cempaka Putih
Tarekat Tijaniyah yang berkembang secara cepat di masyarakat Cempaka Putih disebabkan adanya hubungan yang baik antara tarekat dengan berbagai
faktor. Seperti faktor sosial, ekonomi, politik dan keagamaan. Faktor-faktor ini sangat berpengaruh pada dinamika kultural yang menyertai kehidupan masyarakat
di daerahnya. Hubungan yang baik antara tarekat dengan berbagai faktor mewujudkan
berdirinya Pondok Pesantren al-Umm pada tanggal tanggal 17 Agustus 1997. Berdirinya Pondok Pesantren al-Umm juga memudahkan K.H. Misbahul Anam
untuk menerapkan berbagai bentuk keagamaan layaknya pondok-pondok pesantren di wilayah lain yang mengajarkan berbagai disiplin ilmu baik ilmu
keagamaan atau ilmu kebatinan. Tetapi K.H. Misbahul Anam juga mewarnai pondok pesantrennya dalam ajaran-ajaran tarekat Tijaniyah atau terselubung
dalam Tarbiyah al-Tijani. Pondok Pesantren al-Umm bersifat dwi fungsi artinya Pesanren al-Umm
sebagai lembaga pendidikan secara formal yang berfungsi mengembangkan ilmu-
ilmu syariat Islam dan pengembangan tarekat untuk membangun esoterik Islam baik kalangan muda maupun tua.
Pondok Pesantren al-Umm mengajarkan berbagai disiplin ilmu agama. Seperti
tauhid, akhlak, ulumul qur’an, ulumul hadist, tafsir, usul fiqh dan lain- lain. Ajaran tarekat Tijaniyah yang diambil dari kitab-kitab pokok Tijaniyah pun
kerap kali dibahas dalam waktu-waktu tertentu oleh K.H. Misbahul Anam dengan berbagai referensi seperti Jawah
irul Ma’ani wa Bulugh al-Amâny fi Faidli Sayyidi Abil Abbas al-Tijani, Bughiyatul Mustafidz, Al-Faidh Al-Rabbani, Al-Ahzab wa
Aurad dan lain-lain. Kitab-kitab ini juga dijadikan rujukan oleh para muqaddam dan pengikut tarekat Tijaniyah di pesantren-pesantren yang lain. Sehingga Pondok
Pesantren al-Umm boleh dikatakan bercorat tasawuf tarekat. Bimbingan tarekat atau yang lebih
dikenal dengan sebutan “Tarbiyyah al- Tijani
”
18
dilakukan secara rutin setiap hari Jumat untuk melakukan amalan-amalan tarekat yaitu zikir bersama dan diselingi tausiyah oleh K.H. Misbahul Anam
sebagai pimpinan pondok pesantren sekaligus muqaddam Tijaniyah di Cempaka Putih. “Tarbiyyah al-Tijani” dikuti oleh para santri Pondok Pesantren al-Umm
dan dibuka untuk umum, baik pengikut tarekat Tijaniyah maupun yang bukan pengikut tarekat Tijaniyah.
Saat ini dipesantren tersebut bermukim 100 orang santri sekaligus ikhwan Tijani. Sedangkan jumlah keanggotaan pengikut tarekat Tijaniyah di luar
pesantren yaitu Desa Cempaka Putih sendiri tidak dapat diketahui dengan pasti karena penerimaan anggota baru dilaksanakan secara alamiah, tidak melalui
18
Tarbiyah al-Tijani adalah sebuah istilah yang dipakai oleh kalangan tarekat Tijaniyah untuk memberik
an pendidikan pada jam’ahnya. Muqaddam akan memberikan pendidikan secara bertahap dan terus menerus sampai pada tingkat ma’rifat.
proses administrasi yang bersifat birokratis. Sebab, seseorang yang akan memasuki tarekat ini tidak diwajibkan memenuhi syarat-syarat administrasi.
Seperti, mengisi formulir pendaftaran, mengumpulkan foto, fotokopi KTP, dan lain-lain.
Pengikut tarekat Tijaniyah di Cempaka Putih mempunyai latar belakang yang beragam, mulai dari pengusaha, pedagang, pegawai negeri, sopir dan lain-
lain. Mereka memang membutuhkan ketenangan, kedamaian, penyelesaian dari persoalan baik lahiriyah maupun batiniyah, terutama ingin lebih dekat dengan
Allah SWT. Akan tetapi ada juga yang masuk tarekat Tijaniyah yang tidak didasari oleh persoalan yang terjadi pada dirinya. Mereka sadar dan ingin
memperdalam tarekat Tijaniyah yang sudah dikenal bahkan dicintainya. Seperti dari santri Pondok Pensantren al-Umm itu sendiri yang mayoritas dari kalangan
pelajar, baik pelajar SMU atau mahasiswa yaitu perguruan tinggi agama seperti UIN Jakarta, IIQ, PTIQ atau Universitas Muhamadiyah Jakarta.
Seorang murid telah dianggap resmi menjadi pengikut atau ikhwan Tijani dengan
adanya ritual bai’at dari muqaddam dan untuk menjadi pengikut tarekat Tijaniyah tidak dibatasi usia, intelegensi dan syarat-syarat umum lainnya. Akan
tetapi, K.H. Misbahul Anam biasanya akan mempertanyakan apakah seseorang itu sudah melaksanakan salat lima waktu dengan baik atau belum, sejauh mana
seseorang telah menjalankan syariat agama Islam dan berhubungan dengan keinginan sesorang untuk masuk tarekat Tijaniyah. Muqaddam akan mentalqinnya
jika seseorang telah memenuhi syarat pertama dan utama untuk bisa masuk tarekat Tijaniyah yaitu menjalankan salat lima waktu.
Pada awalnya, ritual pembaiatan dilakukan oleh Syekh Sholeh Basalamah sebagai muqaddam sekaligus guru dari K.H. Misbahul Anam atau muqaddam
yang lain. Akan tetapi, sekarang ritual pembaiatan dilakukan oleh K.H. Misbahul Anam sendiri sejak mendapatkan amanat dan restu guru untuk mentalqin.
K.H. Misbahul Anam mempunyai banyak alasan kenapa mendirikan Pondok Pesantren al-Umm sekaligus menerapkan pengajaran dalam corak tarekat
Tijaniyah. Ia mengatakan Pondok Pesantren al-Umm berdiri untuk kemaslahatan umat, menyebarkan nilai-nilai Islam kedalam kehidupan aktual masyarakat dan
visi misinya adalah membentuk ulama plus dengan maksud mencetak ulama yang berintelektual sunni dan berintelektual yang salafi.
19
Adanya generasi muda yang berintelektual tinggi, diharapkan dapat memperbaiki masa depan jangka panjang
yaitu akhirat tanpa mengesampingkan tanggungjawabnya sebagai generasi Islam yang ikut berpartisipasi aktif dalam berbagai peran kemasyarakan. Keterlibatan
pesantren sekaligus tarekat Tijaniyah dalam tranformasi sosial sebenarnya muncul karena kebutuhan masyarakat sehingga pesantren tidak akan terlepas dari berbagai
kepentingan masyarakat. Tarekat Tijaniyah dalam nuansa pesantren selalu berhubungan erat dengan
masyarakat. Hal ini mematahkan argumen yang mengatakan bahwa tarekat bersifat mistik dan tertutup, ternyata tarekat Tijaniyah sangatlah terbuka. Oleh
karena itu, kehadiran Pondok Pesantren al-Umm sekaligus tarekat Tijaniyah mudah diterima dan berkembang di masyarakat Cempaka Putih. Baik kalangan
pemuda, pelajar sampai orang tua.
19
Wawancara Pribadi dengan K.H. Misbahul Anam Sebagai Pimpinan Pondok Pesantren al-Umm, Tangerang, 12 April 2011.
D. Ajaran-ajaran Tarekat Tijaniyah di Cempaka Putih