pengecer. Tingkat pengecer pada kayu Borneo Kalimantan merupakan tingkat pemasaran yang efisien secara ekonomi, sedangkan kayu Keruing pada tingkat
distributor adalah jenis kayu yang efisien secara operasional
2.3 Kerangka Pemikiran
Hutan sebagai salah satu sumber daya alam memiliki manfaat bagi kehidupan makhluk di dunia, manfaat tersebut sesuai dengan fungsi hutan yang
dapat diukur dengan nilai ekonomi fungsi tangiable dan tidak dapat diukur dengan nilai ekonomis fungsi intangiable. Dengan fungsi ekonomisnya, hutan
telah memberikan mafaat berupa hasil hutan dan non kayu. Hasil hutan berupa kayu bulat gelondongan atau log dan berbagai hasil hutan lainnya. Hasil hutan
kayu tersebut digunakan sebagai bahan baku terhadap indutri kayu gergajian, yang kemudian dimanfaatkan untuk bahan baku kayu pertukangan dan juga kayu
energy. Kayu pertukangan umumnya digunakan untuk pembuatan tiang, papan, palang, bahan baku mebel serta berbagai macam jenis kebutuhan kayu lainnya.
Kebutuhan dan permintaan bahan baku kayu gergajian sangat bergantung terhadap kualitas, kuantitas dan harga kayu. Berdasarkan kualitas, bahan baku kayu harus
sesuai dengan bentuk fisik yang diinginkan. Berdasarkan kuantitas, bahan baku kayu tersbut harus tersedia dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat mendadak. Sedangkan berdasarkan harga, bahan baku kayu tersebut harus memiliki harga yang terjangkau oleh konsumen. Salah satu
bahan kayu yang digunakan untuk indutri kayu gergajian di wilayah kecamatan Leuwisadeng, kabupaten Bogor yaitu jenis kayu sengon Paraserianthes
falcataria atau dikenal dengan naman kayu Albisia atau Jeungjen. Banyaknya kayu sengon yang tumbuh alami di wilayah kecamatan Leuwisadeng menjadikan
kayu sengon sebagai pilihan utama untuk industri gergajian. Hal ini yang menjadikan kebutuhan kayu di wilayah tersebut semakin meningkat dari hari ke
hari. Akan tetapi disisi lain peningkatan kebutuhan kayu tersebut tidak dapat diimbangi oleh pasokan bahan baku yang tersedia di alam yang semakin dari
jumlahnya semakin menurun. Berdasarkan pengamatan awal di wilayah penelitian masih sedikit
diperbaiki jumlah petani sebagai produsen kayu yang mengelola kebun
sengonnya dengan baik. Sebagian petani beranggapan bahwa hasil penjualan kayu sengon hanya merupakan pendapatan sampingan sehingga mereka enggan untuk
mengeluarkan biaya tambahan untuk pemeliharaan kebun. Kurangnya motivasi petani untuk membudidayakan tanaman sengon secara terpadu di wilayah
Kecamatan Leuwisadeng dan adanya penurunan jumlah permintaan bahan baku kayu sengon dari awal menjadi hal yang menarik untuk melakukan kajian lebih
jauh mengenai prospek pengembangan kayu sengon di kebun-kebun milik masyarakat. Selain itu juga untuk mengetahui kondisi sistem pemasaran kayu
sengon di wilayah penelitian, perlu juga dikasi lebih jauh mengenai bagaimana tingkat efisiensi sistem pemasaran kayu sengon yang sedang terjadi saat ini.
Pengukuran tingkat efisiensi pemasaran tersebut dilakukan dengan pendekatan marjin pemasaran dan sistem pemasaran yang ada, yaitu dengan
mengidentifikasi lembaga pemasaran dan jalur pemasaran kayu sengon serta kondisi harga yang berlaku ditingkat produsen dan konsumen di wilayah
penelitian. kajian mengenai efisiensi sistem pemasaran dan prospek pengembangan kayu sengon tersebut dirasakan penting sebagai salah satu cara
meningkatkan produktivitas hasil panen kayu petani sehingga dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Dengan
diketahuinya tingkat efisiensi sistem pemasaran kayu yang terjadi, maka selanjutnya diharapkan dapat dirumuskan beberapa alternatif pengembangan
pertanian sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraaan masyarakat setempat. Untuk lebih jelas mengenai kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat
pada Gambar 4
Gambar 4 Kerangka Pemikiran Penelitian
SUMBER DAYA HUTAN
Fungsi tangiable
dapat diukur dengan nilai ekonomi
Fungsi i ntangiable
sulit diukur dengan nilai ekonomi
Hasil Hutan Non Kayu
Rekreasi,getah,air,rotan, buah,dll
Hasil Hutan kayu
Sengon
Pemasaran
Petani sebagai price-taker
Industri kayu gergajian
Suplai kayu pertukangan dan energi
Efisiensi pemasaran 1.
Analisis Saluran dan lembaga pemasaran
2. Analisis Fungsi Pemasaran
3. Analisis Struktur Pasar
4. Analisis Marjin Pemasaran
5. Analisis Farmer’s Share
Hasil
Perumusan Saluran Distribusi yang tepat
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2011 di Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini
dipilih dengan pertimbangan kedekatannya terhadap bahan baku kayu, dan banyaknya industri gergajian yang tersebar di sekitar wilayah penelitian
3.2. Jenis dan Pengumpulan Data
Data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung di lapangan. Wawancara
dilakukan berdasarkan kuesioner yang meliputi pertanyaan mengenai karakteristik petani, jenis kayu, harga beli, harga jual, jumlah kebutuhan kayu, jumlah
produksi, sumber pembelian, arah penjualan, tujuan pembelian, dan teknik pengangkutan. Kuesioner tersebut diberikan kepada individu atau kelompok yang
terlibat dalam saluran pemasaran kayu Sengon di wilayah Kecamatan Leuwisadeng, yaitu meliputi petani sebagai produsen kayu, pengusaha seperti
pemilik material ataupun pemilik industri gergajian kayu, lembaga Pemerintah yang terlibat seperti Perum Perhutani ataupun Penyuluh Kehutanan dan
masyarakat sekitar sebagai konsumen. Sedangkan data sekunder meliputi informasi mengenai keadaan umum, letak geografis dan informasi lain yang
berkaitan dengan objek penelitian yang diperoleh dari Badan Statistik Kabupaten