Pengertian anak jalanan Masalah Anak Jalanan

Sedangkan tujuan pemberdyaan masyarakat adalah mendirikan masyarakat atau membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah yang lebih baik secara berkesinambungan. Oleh karenanya pemberdyaan masyarakat adalah upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat. Berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat atau memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. 43

C. Masalah Anak Jalanan

1. Pengertian anak jalanan

Anak-anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan pada setiap manusia yang senantiasa harus kita pelihara dengan baik, karena dalam dirinya terdapat harkat, martabat, serta kedudukan sebagai hak untuk hidup layak seperti anak-anak lainnya. 44 Anak adalah manusia biasa yang berbentuk kecil, tetapi anak adalah makhluk yang masih lemah dalam seluruh jiwa dan jasmaninya maupun kehidupan fisik dan psikis anak berbeda dengan orang dewasa karena ia sedang masa pertumbuhan dan perkembangan yang mengikuti hukum genesa secara individual berbeda dengan yang lain. 45 Seperti dalam bukunya Hasan Langgulung, menurut pandangannya Al Ghozali mengatakan bahwa anak merupakan amanat dan tanggung jawab di tangan orang tua. Jiwanya yanh suci dan murni merupakan permata mahal yang 43 Agus Ahmad Syafe’I, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam, Bandung, Gerbang Masyarakat Baru, 2001 h.29. 44 Jurnal Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial Jakarta : Pusat Pelatihan Permasalahan Kesejahteraan Sosial Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia 2005 Volume 10, h. 42. 45 Agus Sujanto, Psikologis Perkembangan Jakarta : A lisara Baru, 1996 Cet-ke 7.h.35. bersehaja yang bebas dari ukiran dan gambaran dan ia bisa menerima setiap ukiran dan gambaran kepada siapa saja yang ia cenderungkan kepadanya. 46 Menurut Ferry Johannes, Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya di jalanan, baik untuk bekerja maupun tidak yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarga. Dan anak yang hidup mandiri sejak masa kecil karena kehilangan orang tua atau keluarga. 47 Menurut Rooestin Ilyas anak jalanan adalah anak-anak yang mereka bukan bermain di jalanan tetapi mereka hidup dari situ. 48 Adapun UNICEF mendefinisikan anak jalanan sebagai berikut: 1. Anak jalanan adalah mereka yang masih dibawah umur minors yang menghabiskan sebagian besar waktu terjaganya untuk bekerja atau menggelandang di jalan-jalanan kota. 2. Anak jalanan adalah mereka yang menjadikan jalanan dalam arti luas, termasuk bangunan yang tidak berpenghuni sebagi rumah mereka lebih dari pada rumah keluarga mereka, sehingga merupakan situasi dimana mereka tak memiliki perlindungan, pengawasan atau pengarahan dari orang-orang dewasa yang bertanggungjawab. Menurut pengertian itu, UNICEF melihat bahwa anak jalanan merupakan sosok penyandang masalah yang sangat kompleks, dimana di dalamnya melekat berbagai kerawanan sosial seperti kondisi mental-spiritual, kesehatan, tindak kekerasan atau seks, ekonomi dan masih banyak lainnya. Atas dasar itu, program penanganannya perlu segera diupayakan untuk menyelamatkan masa depannya. 46 Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, Jakarta : Pustaka Al –Husna, 1985, Cet –ke.3.h.19. 47 Ferry Johannes, “Melonjak Jumlah Anak Jalanan”,Pikiran Rakyat Bandung, 10 Januari 1999, h.6. 48 Roostien Ilyas “Anak-anakku di jalanan”, Jakarta, Pensil – 324,2004. Dalam pandangan yang tidak jauh berbeda. 49 Sedangkan Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan sebagi berikut: ”Anak yang menggunakan sebagian waktunya di jalanan baik untuk bekerja maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang masih mempunyai hubungan dengan keluarga atau putus hubungan keluarga dan anak-anak yang hidup mandiri sejak masa kecil karena kehilangan orang tua keluarga.” 50 Berikut ini definisi anak jalanan yang dikemukakan oleh Lusk 1989 yang dikutip oleh Abu, bahwa yang dimaksud dengan anak jalanan adalah: Setiap anak perempuan atau laki-laki...yang memanfaatkan jalanan dalam pandangan yang luas ditulis, meliputi tidak punya tempat tinggal, tinggal di tanah kosong dan sebagainya menjadi tempat tinggal sementara dan sumber kehidupan, dan tidak dilindungi, disupervisi ataupun diatur oleh orang dewasa yang bertanggung jawab. Dari sudut pandang dan parameter yang agak berlainan dengan pengertian di atas, A. Soedijar Z.A. dalam Sunusi 1997 mengemukakan definisi anak jalanan sebagai berikut: ”Anak jalanan adalah anak yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun yang bekerja di jalan raya dan tempat umum lainnya yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan orang lain serta membahayakan keselamatan dirinya.” Dari berbagai pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa anak jalanan adalah anak yang berusia di bawah 18 Tahun, baik laki-laki maupun perempuan, masih berhubungan atau telah putus hubungan dengan orang tuakeluarganya, dan sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari nafkah di jalanan atau tempat- 49 Abu Tandeng K., Maryam.” Pelaksanaan Program Peningkatan Kesejahteraan Anak Jalanan Universitas Indonesia Program Studi Sosiologi,2002.h. 22. 50 Departemen Sosial RI. Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, Tunjuk Pelaksanaan Pembinaan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan, Jakarta :2001. tempat umum yang dapat mengancam keselamatan dirinya sendiri maupun orang lain. 51 Anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas mereka berada di jalanan, memang tidak dapat disamakan, dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak jalanan berada di jalan karena tekanan ekonomi, boleh jadi karena pergaulan, pelarian, tekanan orang tua atau atas dasar pilihannya sendiri. Persoalan yang kemudian muncul adalah anak-anak jalanan pada umumnya berada pada usia produktif, mereka mempunyai kesempatan yang sama seperti anak-anak lain. Mereka adalah warga negara yang berhak mendapatkan pelayanan, dan pendidikan tetapi di sisi lain mereka tidak bisa meninggalkan kebiasaan mencari penghidupan di jalanan.

2. Kategori Anak Jalanan