Hak dan Kewajiban Isteri Terhadap Suami

2 Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk isteri selama dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat. 3 Tempat kediaman disediakan untuk melindungi isteri dan anak- anaknya dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tenteram. Tempat kediaman juga berfungsi sebagai tempat menyimpan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga. 4 Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya. Pasal 82: 1 Suami yang mempunyai isteri lebih dari seorang berkewajiban memberi tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing isteri secara berimbang menurut besar kecilnya keluarga yang ditanggung masing-masing isteri kecuali jika ada perjanjian perkawinan. 2 Dalam hal para isteri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan isterinya dalam satu tempat kediaman.

B. Hak dan Kewajiban Isteri Terhadap Suami

1 Hak dan Kewajiban Isteri Terhadap Suami Kewajiban isteri kepada suami mempunyai ikatan yang tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban suami terhadap isteri. Adapun kewajiban isteri terhadap suami tidak ada yang berupa materi, di antaranya yaitu: a. Taat kepada Allah dan suami Kewajiban seorang isteri untuk taat kepada Allah dan taat kepada suami, antara lain tertuang dalam firman Allah SWT: ... h i h : ZG j k4 lU ... 7 8 4 : 34 “...karena itu wanita yang sholehah adalah yang taat kepada allah, lagi memelihara dirinyadisaat suaminya tidak ada, karena allah telah memelihara mereka...” Q.S. An-Nisa: 34 Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa kewajiban isteri yang baik yaitu mentaati allah dan suami secara utuh, baik disaat suaminya dirumah atau pada saat suaminya bepergian. Pengertian taat kepada Allah adalah menerapkan segala ketentuan-ketentuan Islam, dan menjauhkan segala nilai dan ajaran yang tidak Islami, demikian juga taat kepada suami adalah menerapkan ajaran Islam dan menjauhkan segala larangannya dalam kehidupan rumah tangga sehingga rumah tangga itu benar-benar berada dijalan Allah. Hal ini dipertegas lagi dalam sebuah hadits yang berbunyi: _ = m A = iﻡ I L 23 “tidak boleh taat mendurhakai allah” HR. Ahmad 23 Al-Imam Ahmad Ibn Hambal, Al-Musnad Lil Imam Ahmad Ibn Hambal, Beirut: Daar el- Fikr, 19111411, cet. Ke I, juz I, h. 202 Maksudnya adalah ketaatan pada suami hanya bisa dilaksanakan apabila perintah dan suruhannya tidak bertentangan dengan ketentuan- ketentuan Allah. Isteri hanya wajib kepada perintah dan suruhan suami, apabila perintah itu tidak menyalahi syari’at Islam 24 . b. Menjaga kehormatan diri Seorang isteri selain diperintahkan untuk taat kepada Allah dan suaminya, isteri juga harus menjaga kehormatan dirinya, baik disaat suaminya berada dirumah ataupun tidak. Seperti yang terdapat dalam hadits Rasulullah SAW: A ی C : 0 : Cﺱ 34 ,4E 34 3 4 4ﺱ WM 7 98 5 C : A IW ﺕ eF G 3 nﺕ eF ﻡ 3U \ﺕ A U ﻡ I ی I Aﺉ 8 25 “Dari Abu Hurairah ra Rasulullah SAW bersabda: “sebaik-baik perempuan itu ialah yang menggembirakanmu bila engkau memandangnya, dan taat kepadamu apabila engkau memerintahkannya dan memelihara kehormatan dirinya dan hartamu pada saat engkau tidak ada dirumah”. HR. An-Nasai c. Kewajiban mengurus rumah tangga Perbedaan fisiologi dan fungsi antara suami dan isteri, menyebabkan perbedaan kewajiban dan tanggung jawab. Apabila suami bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarga secara keseluruhan baik keluar maupun kedalam, maka isteri bertanggung jawab terhadap kehidupan rumah tangga secara intern, seperti yang terdapat dalam hadits Rasulullah SAW yang berbunyi: 24 Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, h. 143-145 25 Sunan an-Nasai, Bab Nikah, Beirut: Daar el-Fikr, 19951415, juz 6jilid 3, Cet ke. I, h. 68 ... = ,4 Z ﺝ ; IL W4 SX W4+ C ﻡ 3 … I \ M 26 “Tiap-tiap wanita isteri adalah pengurus bagi rumah tangga suaminya, dan akan ditanyakan diminta pertanggung jawabannya tentang kepemimpinannya itu”. HR. Bukhari d. Isteri harus memenuhi hasrat seksual suaminya Isteri harus memenuhi hasrat seksual suaminya kecuali bila sedang haid dan nifas. Ini diterangkan oleh hadits Rasulullah SAW dibawah ini: A ی AB 38 8 A E 4 , 4 3 ﺱ 4 : C : eF P 0ﺝ ﻡ 3ﺕ , F 3 Z Y 7A1ﺕ h Ro 8 = ﺉb , p iﺕ qU ﻡ 3 4 27 “Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW beliau bersabda: “apabila suami membawa isterinya ketempat tidur bersetubuh lalu isteri tadi tidak mau datang, lantas si suami marah, maka malaikat mengutuk isteri itu sampai waktu subuh”, Muttafaqun ‘Alaih Begitulah Rasul sangat menekankan agar isteri mengabulkan permintaan suaminya, bahkan malaikat ikut serta melaknat seorang isteri yang tidak mau diajak suaminya untuk bersetubuh 28 Dalam riwayat Muslim dikatakan bahwa: ... + [N , 7 .r5 ﺱ 4 , ,B ی 8 I 4 ﻡ 29 “... maka yang ada dilangit marah kepadanya sehingga dia suami mau merelakannya” HR. Muslim 26 Bukhari, Kitab Al-Hajj Bab: al-Mar’atu, h. 5200 27 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih Bukhari Bab Jum’ah, Beirut, al- Maktabah al-Ashriyah, 19971417, juz I, Cet ke I, h. 267 28 Firdaweri, “Hukum Islam Tentang Fasakh, h. 38 29 Shahih Muslim, bab Munakahat, Beirut-Lubnan: Daar al-Kitab Ilmiah, t.th, juz 2, h. 858 Hadits ini memberitahukan bahwa seorang isteri wajib mengabulkan ajakan suaminya, jika suami mengajaknya bersenggama. Karena kata-kata “mengajak ketempat tidur” adalah ungkapan kiasan yang berarti “bersetubuh”. Alasan lain yang menunjukkan wajibnya ialah adanya “malaikat melaknatnya”, karena para malaikat tidak akan melaknat kalau bukan karena meninggalkan perintah Allah, dan juga sebagai hukuman. Sedangkan tidak akan ada hukuman kecuali karena meninggalkan kewajiban 30 . e. Isteri mesti jujur memelihara amanah suami Seorang isteri harus memelihara kamarnya, jangan membiarkan seseorang masuk kedalamnya sebelum mendapat izin suaminya, jika suaminya tidak berada dirumah. Karena hak suami harus dipelihara oleh isteri pada tiap-tiap waktu sekalipun suaminya pergi. Mengenai izin suami, isteri dapat mengetahui asal diketahui redhonya 31 . Dalam hukum positif kewajiban seorang isteri diatur juga dalam KUHPer yaitu pasal 106: “Setiap isteri harus tunduk patuh kepada suami”. Kata patuh disini termasuk mengenai patuh pada suami dalam hal penentuan tempat tinggal. Apabila tempat tersebut baik untuk 30 M. Bukhari, Hubungan Seks Menurut Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, cet I, h. 73-74 31 Firdaweri, “Hukum Islam Tentang Fasakh, h. 38 kehidupan keluarganya dan disertai dengan alasan yang masuk akal, maka isteripun harus ikut tinggal denga suaminya 32 . Di dalam KHI, kewajiban isteri terhadap suami dijelaskan sebagai berikut: Pasal 83: 1. Kewajiban utama bagi seorang isteri adalah berbakti lahir batin kepada suami di dalam batas-batas yang dibenarkan oleh Islam. 2. Isteri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dan sebaik-baiknya.

C. Hak dan kewajiban bersama suami isteri