Tindakan Hukum Isteri Ketika Taklik Talak dilanggar Posisi Isteri Dalam Perceraian Karena Pelanggaran Taklik Talak

akhirnya menjadi pihak yang teraniaya. Hak-hak isteri yang semestinya diperoleh dari suami tidak didapatkan, bagaimana sikap isteri ketika taklik talak dilanggar? Untuk menjelaskan masalah ini penulis akan menguraikannya sebagai berikut:

1. Tindakan Hukum Isteri Ketika Taklik Talak dilanggar

Pada bagia akhir shigat taklik talak disebutkan bahwa, apabila siteri tidak ridho dan mengadukan halnya kepada pengadilan agama atau petugas yang diberi hak mengurus pengaduan itu, dan pengaduannya dibenarkan serta diterima oleh pengadilan agama atau petugas tersebut, dan isteri membayar uang sebesar Rp 1000.- seribu rupiah sebagai ‘iwadh pengganti kepada suaminya, maka jatuhlah talak satu kepadanya, kepada pengadilan atau petugas tersebut tadi, suami mengkuasakan untuk menerima uang ‘iwadh pengganti itu kemudian memberikan untuk BKM dan keperluan ibada sosial. Dari rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa ketika ketentuan taklik talak dilanggar oleh suami dan isteri tidak ridho, maka isteri dibenarkan untuk melakukan suatu tindakan hukum. Adapun tindakan hukum yang dapat dilakukan isteri sesuai dengan rumusan di atas adala cukup dengan mengadukannya kepada hakim di Pengadilan Agama, kemudian hakim membenarkan pengaduannya itu dan isteri menyerahkan uang ‘iwad pengganti, maka jatuhlah talak satu kepadanya.

2. Posisi Isteri Dalam Perceraian Karena Pelanggaran Taklik Talak

Dari berbagai kasus perceraian yang ada, sangat jarang ataupun tidak ada ditemukan data atau berkas berkenaan dengan pengaduan isteri yang sesuai dengan rumusan pada shigat taklik talak. Isteri yang memulai proses perceraian, baik karena pelanggaran taklik talak atau sebab yang lai harus mengajukan gugatan seperti gugatan perdata biasa dengan segala formalitasnya, dengan hak banding, kasasi dan lain-lain bagi suami. Proses yang dilakukan isteri akan semakin lama dan berbelit-belit. Dengan demikian maka pihak isteri akan selalu dalam keadaan yang serba sulit. Karena posisinya sebagai penggugat maka isteri pula yang harus membuktikan apa yang menjadi tuntutannya. Dengan posisi yang seperti ini maka, isteri menjadi pihak yang sangat dirugikan. Dalam satu sisi, hak yang semestinya ia terima tidak ia dapatkan, yang disebabkan karena suami melanggar ketentuan taklik talak, sedangkan di sisi lain ia harus berjuang di pengadilan untuk membuktikan tentang perbuatan yang sama sekali tidak dilakukannya. Lebih parah lagi, perbuatan tersebut adalah perbuatan suami yang telah merampas dengan semena-mena tentang hak yang harusnya ia terima. Dalam hal ini isteri tidak mendapatkan perlakuan serta kedudukan yang sejajar baik di dalam keluarga maupun di depan hukum.

C. Hasil Penelitian