Hak dan Kewajiban Suami Terhadap Isteri

BAB II HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI

A. Hak dan Kewajiban Suami Terhadap Isteri

Apabila akad nikah telah berlangsung dan telah memenuhi syarat dan rukunnya, maka akan menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian, akan menimbulkan juga hak dan kewajiban selaku suami isteri secara bersama. Dalam mengatur dan melaksanakan kehidupan suami isteri untuk mencapai perkawinan, agama mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban mereka sebagai suami isteri. Hak ialah sesuatu yang harus diterima, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan dengan baik 8 . Apa yang menjadi kewajiban suami terhadap isterinya merupakan hak bagi isteri, dan begitu juga sebaliknya apa yang menjadi kewajiban isteri terhadap suami merupakan hak bagi suami 9 . Hak dan kewajiban itu meliputi; hak dan kewajiban suami isteri, kewajiban suami atas isteri, serta hak dan kewajiban isteri atas suami. Jika suami dan isteri bersama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-masing, maka akan terwujudlah ketenteraman dan ketenangan hati sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup rumah tangga. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tuntunan agama yaitu keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. 8 Sidi Nazar Bakry, “Kunci Keutuhan Rumah Tangga”, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993. Cet ke. I, h. 37 9 Firdaweri, “ Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan Karena Ketidakmampuan Suami Menunaikan Kewajibannya”, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1989, Cet ke. I, h. 12 Seorang suami harus menjalankan hak dan kewajibannya, dan wajib mempergunakan haknya secara benar dan dilarang menyalahgunakan haknya, di samping itu ia wajib menunaikan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Apabila suami telah melaksanakan hak dan kewajibannya sebagaimana yang telah dianjurkan oleh agama dan begitu pula isteri, maka akan tercipta rumah tangga yang bahagia, dapat memperoleh keturunan yang sholeh dan sholehah dan menjalani kehidupan yang harmonis, penuh dengan kasih sayang, cinta-mencintai dan tolong- menolong antara keluarga yang satu dengan yang lainnya. Adapun kewajiban suami terhadap isterinya ada dua macam, yang pertama kewajiban berupa materiil yaitu mahar dan nafkah sehari- hari. Kemudian yang bersifat non materi yaitu mempergauli isterinya dengan sebaik-baiknya dan melaksanakan keadilan antara isteri-isteri apabila mempunyai isteri lebih dari satu. Suami juga wajib menjaga kehormatan isteri, dan mengatur hubungan seksual antara suami isteri. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1. Mahar Dalam perkawinan jika telah terlaksana akad perkawinan, maka suami diwajibkan untuk memberikan sesuatu kepada isteri da inilah yang dinamakan dengan mahar atau mas kawin, kewajiban ini hanya diwajibkan satu kali saja. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah dalam surat An-Nisa 4 ayat 4 yang berbunyi: … ﺕ 7 98 :; =4 ... 7 8 4 : 4 artinya:“Berikanlah maskawin mahar kepada wanita yang kami nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan...” Dalam hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda: =?ﺉ AB 8 Cﺱ ,4E 3 4 4ﺱ C : : F G H 98 =+ I ی = Jﻡ I L 10 Artinya:“Dari Aisyah r.a Bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda, nikah yang paling besar berkahnya yaitu yang paling ringan maharnya” H.R. Ahmad Sedangkan menurut Firdaweri, maskawin bukanlah untuk menghargai atau menilai wanita, melainkan sebagai bukti bahwa calon suaminya sebenarnya cinta kepada isterinya, sehingga dengan suka rela ia mengorbankan hartanya untuk diserahkan kepada isterinya, sebagai tanda suci dan sebagai pendahuluan bahwa si suami akan terus menerus memberi nafkah kepada isterinya 11 . Mahar ini merupakan hak isteri yang menjadi milik isteri sendiri, dan tidak ada seorang pun yang boleh menghalang-halangi isteri untuk mempergunakan mahar tersebut. Mahar itu dapat berupa apa saja, asalkan mempunyai nilai dan halal lagi bermanfaat. 2. Nafkah mencukupi keperluan ekonomi Seorang suami berkewajiban memberikan nafkah kepada isterinya, karena kewajiban seorang memberikan nafkah disebabkan 10 Al-Shan’ani, Nailul Authar; Kitab Ash-Shadaaq, Bab Jawaazu At-Tazwij ‘Ala Qalil Wal Kasir Waas Tijbaabual-Qashdu Fiihi, juz 6, h. 189 11 Firdaweri, “Hukum Islam Tentang Fasakh, h. 14 oleh tiga hal: hubungan perkawinan, hubungan keluarga dan hubungan memiliki. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Hubungan perkawinan Suami wajib memberikan nafkah kepada isterinya yang taat, baik makanan, pakaian, maupun tempat tinggal, perkakas rumah tangga, dan sebagainya sesuai dengan kemampuannya. Banyaknya sesuai dengan kebutuhan dan adat kebiasaan yang berlaku ditempat masing-masing, dengan mengingat tingkatan dan keadaan suami. Sebagaimana firman Allah SWT: … 06ﻡ MN 4 … O 228 : artinya:“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang, dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf” Q.S Al- Baqarah 2: 228 b. Hubungan keluarga Seorang ayah wajib memberikan nafkah kepada anak- anaknya, atau ibu apabila ayah telah tiada. Begitu juga wajib kepada cucu apabila ia tidak mempunyai ayah. Wajibnya memberi nafkah bagi ayah dan ibu kepada anak dengan syarat apabila anaknya masih kecil dan miskin, atau sudah besar tetapi tidak kuat berusaha dan miskin. Demikian juga sebaliknya, anak wajib memberi nafkah kepada kedua orang tua, apabila keduanya tidak mampu dan tidak memiliki harta. c. Hubungan memiliki Binatang yang dimiliki seseorang misalnya, maka mendapatkan makanan dan wajib menjaga agar tidak diberi beban yang berlebihan melebihi kemampuannya. Akan tetapi di dalam skripsi ini penulis hanya menerangkan karena sebab hubungan perkawinan dan diklasifikasikan kepada makanan, pakaian dan tempat tinggal. Kewajiban seorang suami untuk memenuhi keperluan ekonomi istri secara syar’i telah diatur dalam firman Allah SWT: … 4 P :; ﺕ : 4 … 233 : 2 Artinya: “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada ibu dengan cara yang ma’ruf” Q.S. Al-Baqarah 2 : 233 Maksud dari ayat tersebut yaitu bahwa suami mempunyai kewajiban memenuhi nafkah dan pakaian kepada isterinya sesuai dengan kemampuan dan kondisi. Menurut Ibnu Kasir, tidak boleh boros dan tidak boleh kikir tetapi harus bersikap bijaksana di antara dua kutub yaitu boros dan kikir 12 . Ayat ini diperjelas dengan hadits Nabi SAW: 12 Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995, cet. Ke.I, h. 113- 115 ﺝ L C : : C : Cﺱ ,4E 3 4 4ﺱ 4 :; ﺕ + I 4 ﻡ 13 Artinya: “Dari Ibnu Jabir bin Abdullah berkata: Rasulullah SAW telah bersabda, “...kamu wajib memberi nafkah kepada mereka dan memberi pakaian kepada isteri dengan baik”. Riwayat Muslim Itulah seruan Nabi kepada para suami untuk memberi nafkah kepada isteri berupa makan dan pakaian. Hadits di atas menunjukkan kepada kita bahwa betapa pentingnya kewajiban nafkah bagi nafkah yang harus diberikannya kepada isteri dan keluarganya. Karena itu merupakan kewajiban bagi suami walaupun isterinya berkecukupan 14 . Adapun kewajiban suami berupa non materi seperti 1. Memimpin, memelihara, dan bertanggung jawab Secara qur’ani mengenai kewajiban memimpin, memelihara dan bertanggung jawab seorang suami terhadap isterinya, tertuang antara lain dalam firman Allah SWT: … C ﺝ ﻡ : ,4 7 98 0R R ,4 ST U ﻡ ﻡ ... 7 8 34:4 13 Shahih Muslim, Kitab Al-Hajj, Bab: Hijatin Nabiyyi SAW, Beirut: Daar Al-Kitab Ilmiah, t.th, juz 4, h. 512 14 Al-Afifi, et.al, Hak Suami Atas Isteri Dan Hak Isteri Atas Suami, Beirut: Daar El-Fikr, cet. Ke I, h. 8 artinya:“Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena itu Allah telah melebihkan sebagian mereka laki-laki atas sebagian yang lain wanita, dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian harta mereka...” Q.S. An-Nisa 4 : 34 Pada ayat lain Allah SWT menegaskan dalam surat Al- Baqarah 2 : 228 ... 9 4 C ﺝ 4 =ﺝP .. 228:2 Artinya: “... akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari pada isterinya...”Q.S. Al-Baqarah:228 Menurut Abdul Qadir Djaelani, kelebihan derajat ini bukan pada derajat kekuasaan dan pemaksaan, tetapi kelebihan ini terletak pada derajat kepemimpinan rumah tangga yang timbul akibat adanya akad nikah dan kepentingan hidup bersama sebagai suami isteri. Ia adalah derajat kepemimpinan yang dibebankan kepada laki-laki sebagai derajat yang melebihkan tanggung jawab laki-laki atas wanita. Segala persoalan isteri, anak, dan rumah tangga, semua diserahkan dan dikembalikan kepada suaminya. Isteri akan meminta pada suaminya kebutuhan belanja rumah tangga dan segala sesuatu yang berada di luar kesanggupan dan upaya isteri 15 Dan dalam hadits juga dikatakan: SV AB 34 8 9A 8 ,4E 34 3 4 4ﺱ C : W4+ SX W4+ C ﻡ 3 15 Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, h. 104-106 ﻡY SX 0ﺝ SX ,4 3 = ,4 Z ﺝ ; IL W4 SX W4+ C ﻡ 3 I [ \ 16 Artinya: “Dari Nafi’ dari Ibnu Umar ra. Dari Rasulullah SAW berkata: “setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya kepemimpinannya itu, seorang laki-laki adalah pemimpin dalam urusan pada anggota keluarganya, dan seorang isteri pemimpin atas diri dan anak-anaknya, kepadanya diminta pertanggungjawaban atas pimpinannya itu” HR. Bukhari 2. Memenuhi keutuhan biologis Suami berkewajiban memenuhi kebutuhan biologis terhadap isterinya dengan cara melakukan hubungan seks. Hal ini telah diatur oleh Allah sebagaimana dalam firman-Nya: … +7 ] ﺕY ﺙ , ﻡ9L: U Y … 223 : 2 Artinya: “Isteri-isterimu adalah seperti tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki”. Q.S. Al-Baqarah 2 : 223 Penjelasan dari ayat ini yaitu mengandung perintah dan perintah itu ditujukan kepada suami, maka suami wajib menggauli isterinya. Isteri diibaratkan sebagai tanah tempat kamu bercocok tanam. Jadi suami disuruh memelihara tanahnya itu dengan cara yang baik. Maksudnya adalah dalam melakukan hubungan suami 16 Shahih Bukhari, Kitab Al-Hajj Bab: Al-Maratu Raa’iyatun Fi Baiti Zaujiha, Beirut- Lubnan: Daar El-Fiqr, t.th, juz 5, h. 5200 isteri supaya dapat melakukannya dengan cara yang baik, tidak boleh egois tanpa memelihara diri seorang isteri. Dan hendaklah suami memikirkan supaya jangan sampai terjadi kegelisahan-kegelisahan yang mengakibatkan pertengkaran yang akhirnya sampai pada perceraian 17 . Karena itu hubungan seks antara suami isteri harus dilakukan dengan cara yang sopan dan berseni, tidak bagaikan hewan layaknya 18 . Dalam hadits juga dijelaskan bahwa: _ ی +L ,4 3ﺕ ﻡ + V ﺕ = 8 Cﺱ 0 : : ﻡ Cﺱ ی Cﺱ ` C : : =4 ab I یL A 4 8ﻡ 19 Artinya: “Janganlah diantara kamu yang mencampuri coitus isterinya seperti kelakuan binatang, melainkan adakanlah diantaranya salah satu tanda. Bertanya salah seorang sahabat: “apa tanda itu ya Rasulullah?” jawab Rasulullah, “cium dan berkata yang manis-manis”. H.R Ad-Dailami hadits munkar 3. Suami wajib menjaga dan memelihara isterinya Maksudnya ialah menjaga kehormatan isteri, tidak menyia- nyiakannya dan menjaganya agar selalu melaksanakan semua perintah Allah dan menghentikan segala yang dilarang-Nya, Allah SWT telah berfirman surat At-Tahriim ayat 6 yaitu: Wی ی یN 8ﻡ : U 4 . … ی c cc 17 Firdaweri, “Hukum Islam Tentang Fasakh, h. 28 18 Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, h. 127-128 19 Abu Bakar Jabir Al-Jazair, Minhajul Muslim, Madinah: Daar Al-Bayaan al-Arabi, 1384, h. 415 Artinya: “hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...Q.S. At-Tahrim 66 : 6 4. Suami berkewajiban memberikan nafkah sesuai dengan kemampuan dan penghasilannya berupa: nafkah hidup, kiswah pakaian, dan tempat tinggal, serta biaya pendidikan bagi anak 20 . 5. Kewajiban berlaku adil di antara beberapa orang isteri Kalau suami mempunyai isteri lebih dari seorang, maka hendaklah ia berlaku adil terhadap isteri-isterinya itu 21 . Hal ini dijelaskan dalam firman Allah: ... U5 _ ﺕ L L ﻡ Z 4ﻡ ی d e , P _ ﺕ … 7 8 f g Aryinya: “jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka kawinilah perempuan seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki, yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”. Q.S. An-Nisa 4 : 3 Selain itu kewajiban suami yang lainnya ialah memberi perhatian penuh kepada isteri, setia dengan menjaga kesucian nikah dimanapun berada, membimbing isteri sebaik-baiknya, selalu bersikap jujur kepada isteri, memahami kekurangan isteri, dan memberikan kemerdekaan kepada isteri untuk bergaul di tengah-tengah masyarakat dan lain-lain 22 . Adapun menurut KHI kewajiban suami terhadap isteri dijelaskan secara rinci dalam pasal 80, 81 dan 82, yang berbunyi sebagai berikut: 20 Slamet Abidin et.al, Fiqh Munakahat I, h. 162 21 Firdaweri, “Hukum Islam Tentang Fasakh, h. 31 22 Slamet Abidin et.al, Fiqh Munakahat I, h. 171 Pasal 80: 1 Suami adalah pembimbing terhadap isteri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami isteri bersama. 2 Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya. 3 Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada isterinya dan memberikan kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama dan bangsa. 4 Sesuai dengan penghasilannya, suami menanggung: a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi isteri dan anak c. Biaya pendidikan anak 5 Kewajiban suami terhadap isterinya seperti tersebut pada ayat 4 huruf a dan b diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari isterinya. 2 Isteri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana tersebut pada ayat 4 huruf a dan b. 3 Kewajiban suami sebagaimana dimaksud pada ayat 2 gugur apabila isterinya nusyuz. Pasal 81: 1 Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi isteri dan anak- anaknya, atau bekas isterinya yang masih dalam iddah. 2 Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk isteri selama dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat. 3 Tempat kediaman disediakan untuk melindungi isteri dan anak- anaknya dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tenteram. Tempat kediaman juga berfungsi sebagai tempat menyimpan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga. 4 Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya. Pasal 82: 1 Suami yang mempunyai isteri lebih dari seorang berkewajiban memberi tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing isteri secara berimbang menurut besar kecilnya keluarga yang ditanggung masing-masing isteri kecuali jika ada perjanjian perkawinan. 2 Dalam hal para isteri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan isterinya dalam satu tempat kediaman.

B. Hak dan Kewajiban Isteri Terhadap Suami