6.6 Gambaran faktor eksternal mengenai pemberian makanan pendamping ASI dini
Praktek pemberian makanan pendamping ASI dini yang dilakukan oleh informan utama diperkuat dengan apa yang disampaikan oleh informan
pendukung, hampir seluruh informan pendukung dalam penelitian ini menganjurkan pemberian makanan pendamping ASI dini serta mengambil
alih dalam persoalan pemberian makanan. Dukungan keluarga sebagian besar bersifat negatif sehingga terjadi kegagalan pemberian ASI eksklusif.
Menurut Gultom 2010, ibu yang menyusui membutuhkan rangsangan-rangsangan dari keluarganya, yaitu dalam bentuk dukungan,
baik dukungan fisik, psikologi dan ekonomi. Dukungan ini diberikan untuk memperkuat perilaku ibu agar memberikan ASI kepada bayinya. Kemudian
ibu memberi respon atas dukungan yang diberikan keluarga tersebut dalam bentuk perilaku untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Proses
stimulasi ini juga terjadi dalam pemberian MP-ASI, dimana jika keluarga memberikan dukungan untuk memperkuat perilaku ibu agar memberikan
MP-ASI dini. Kemudian ibu akan merespon atas dukungan tersebut sehingga membentuk perilaku pemberian MP-ASI dini
Pada penelitian Nuraeni 2002 dalam Rohmiana 2007, orang tua atau mertua 33,6 merupakan keluarga yang menganjurkan memberikan
makanan atau minuman selain ASI pada bayi baru lahir. Selain itu dari hasil penelitiannya, bayi yang mendapatkan ASI saja sejak lahir sampai umur 4-6
bulan hanya 19,82. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak pemahaman-pemahaman praktek pemberian makanan pendamping ASI
yang salah sehingga berdampak kepada pemberian makanan pendamping ASI secara dini kemudian adanya kebiasaan-kebiasaan terdahulu yang
sudah tidak cocok pada masa sekarang ini dan masih sering diterapkan oleh orang tua terutama ibu kandung ataupun mertua yang merupakan salah satu
pengaruh dalam pengampilan keputusan ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI dini.
Sejalan dengan penelitian Afifah 2007 di Kecamatan Tembalang Semarang, yang menyatakan sebagian subjek telah mulai memberikan
makanan pendamping ASI sejak bayi berusia kurang dari satu bulan, bahkan ada satu subjek yang memberikan makanan berupa nasi dan pisang „ulek’
pada saat bayi berusia 11 hari. Pemberian makanan pendamping yang terlalu dini biasanya karena anjuran orang tua terutama nenek ibu subjek. Alasan
umumnya karena bayi menangis terus meskipun telah disusui dan diberi susu formula.
Hasil penelitian Saleh 2011, pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini biasanya karena anjuran orang tua terutama nenek ibu
subjek. Penelitian yang dilakukan Clin Ped 1994 seperti yang dikutip Roesli dalam Saleh 2011, yang menyatakan bahwa keberhasilan menyusui
pada 115 ibu yang tahu ASI hanya 26,9 pada kelompok ayah yang tidak mengerti ASI dan keberhasilan menyusui 98,1 pada kelompok ayah yang
tahu ASI. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa suami sangat berperan dalam menentukan keberhasilan menyusui secara eksklusif. Subjek
mengetahui bahwa ASI sangat baik untuk bayi namun tidak mendapat motivasi yang kuat baik dukungan suami, keluarga serta lingkungan.
Peranan keluarga terdekat terhadap berhasil tidaknya informan memberikan ASI eksklusif sangat besar, pemilihan informan pendukung
dalam penelitian ini adalah keluarga terdekat yang menyebabkan informan memutuskan untuk memberikan makanan pendamping ASI dini, dan dalam
penelitian ini menunjukkan pola pengasuhan biasanya dilakukan oleh nenek. Disini tampak bahwa ibu kandungmertua berperan dalam pengasuhan anak,
terutama dalam pemberian makananminuman kepada bayi. Selain dukungan keluarga, dukungan sosial yaitu dukungan teman
atau tetangga
juga memberikan
dorongan untuk
pemberian makananminuman kepada bayi, menurut Cobb dan Jones 1984 yang
dikutip oleh Niven 2000 dukungan sosial juga dukungan yang berasal dari teman ataupun interaksi dengan tetangga lainnya. Lingkungan tetangga juga
mempunyai pengaruh terhadap pola kehidupan keluarga. Dalam penelitian ini juga ada informan yang mengungkapkan bahwa anak pertamanya
mengalami masalah ketika menyusui yaitu puting lecet dan sampai berdarah, seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami
masalah ketika menyusui yang sebetulnya hanya karena tidak tahu cara-cara yang sebenarnya dan apabila ibu mendengar ada pengalaman menyusui
yang kurang baik yang dialami orang lain hal ini memungkinkan ibu ragu untuk memberikan ASI kepada bayinya Perinasia, 2004 hal ini sejalan
dengan hasil penelitian bahwa informan merasakan sakit ketika menyusui dan mendengar dari pengalaman dari orang lain kalau menyusui anak laki-
laki itu akan merasakan sakit, dan akhirnya informan memberikan makanan pendamping ASI lebih awal.
Selain mendapat dukungan pemberian makanan pendamping ASI dini yang kuat dari keluarga terdekat, sebenarnya informan juga mendapat
dukungan serta anjuran positif untuk memberikan ASI secara eksklusif dan memperkenalkan makanan pendamping ASI setelah bayi berumur 6 bulan.
Tetapi pada pelaksanaannya informan memberikan makanan pendamping ASI dini meskipun pemberian ASI masih diberikan. Dukungan yang kuat
dari bidan Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan untuk memberikan ASI secara eksklusif dikalahkan dengan kurangnya dukungan keluarga informan
mengenai pemberian ASI eksklusif sehingga pemberian makanan pendamping ASI dini mudah diberikan. Dukungananjuran yang diberikan
tenaga kesehatan khususnya bidan puskesmas, tidak hanya diberikan begitu saja tetapi melalui pemeriksaan kehamilan dan pascapersalinan berdasarkan
pengakuan bidan ketika wawancara, bidan selalu mengingatkan dan menganjurkan ibu harus memberikan ASI secara eksklusif dengan tidak
memberikan makananminuman sebelum bayi berumur 6 bulan. Dukungan petugas kesehatan sendiri, baik itu dokter, bidan, perawat
maupun kader kesehatan, sebenarnya memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian
dari Josefa 2011 bahwa dukungan petugas kesehatan pada masa sebelum dan sesudah persalinan, seperti edukasi dan penyuluhan, belum seperti
diharapkan, tidak ada tenaga kesehatan yang mendukung dan menjelaskan bagaimana jalan keluar yang tepat. Beberapa bidan memang mengajari cara
menyusui, merawat puting dan memijat payudara. Tetapi, ibu-ibu tidak diyakinkan bawah ASI cukup dan tetap menyusui bayinya. Edukasi yang
diberikan hanya berupa larangan meminum jamu dan memakan makanan tertentu yang bisa melancarkan ASI, sedangkan dokter hanya memberikan
resep. Dan penelitian Josefa 2011 tidak sejalan dengan hasil penelitian ini,
dukungan yang diberikan bidan Puskesmas Kecamatan sangat baik. Namun, praktek pemberian makanan pendamping ASI dini masih gencar diberikan
informan, penyuluhan yang diberikan ketika pelayanan pemeriksaan informan biasanya mendapatkan edukasi mengenai keluhan-keluhan
informan selama kehamilan, kemudian diruang bersalin informan juga biasanya mendapatkan informasi mengenai pasca persalinan meliputi
pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan pernyataan informan mengenai pengetahuan pemberian makanan pendamping ASI yang seharusnya,
informan mengetahui dengan baik kapan waktu yang tepat diberikan makanan pendamping ASI, hal ini dapat menunjukkan bahwa dukungan
yang diberikan bidan puskesmas kecamatan baik. Faktor eksternal seperti dukungan dari orang tua, mertua, tetangga dan
tenaga kesehatan baik sebagai penolong persalinan maupun tidak merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam pemberian
makanan pendamping ASI dini Simandjuntak, 2001. Untuk itu peneliti berasumsi bahwa perlu adanya penyuluhan kepada keluarga agar dapat
memberikan dukungan dalam pemberian ASI eksklusif dan bukan malah mendukung pemberian makanan pendamping ASI dini. Keberhasilan
pemberian ASI eksklusif tidak hanya datang dari dukungan tenaga kesehatan tetapi juga dukungan dari keluarga terdekat.
151
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN