6 Pemasaran formula pengganti ASI. Hal ini telah menimbulkan
anggapan bahwa formula PASI pengganti air susu ibu lebih unggul daripada ASI sehingga ibu akan lebih tertarik dengan iklan
PASI dan memberikan MP-ASI secara dini.
2.2.6 Implikasi pemberian MP-ASI dini terhadap growth faltering
Pemberian MP-ASI dini terbukti berpengaruh pada gangguan pertambahan berat badan bayi walaupun setelah dikontrol oleh faktor
lainnya. Gangguan pertambahan bayi akibat pengaruh pemberian MP-ASI dini terjadi sejak bayi berumur dua bulan dan berlanjut pada
interval umur berikutnya WHO, 2003. Beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi
pada bayi dan anak disebabkan karena pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya dengan
penyediaan pangan, tetapi dengan pendekatan yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat. Selain
itu, umur pertama kali pemberian ASI sangat penting dalam menentukan status gizi bayi. Makanan prelakteal maupun MP-ASI
dini mengakibatkan kesehatan bayi menjadi rapuh. Secara nyata, hal ini terbukti dengan terjadinya gagal tumbuh growth faltering yang
terus kontinu terjadi sejak umur 3 bulan sampai anak mencapai umur 18 bulan Ansori, 2002.
Makanan pendamping ASI MP-ASI dini dan makanan prelakteal akan berisiko diare dan infeksi ISPA pada bayi. Dengan
terjadinya infeksi, tubuh akan mengalami demam sehingga kebutuhan
zat gizi dan energi semakin meningkat sedangkan asupan makanan akan menurun yang berdampak pada penurunan daya tahan tubuh.
Dengan pemberian MP-ASI dini maka konsumsi energi dan zat gizi dari ASI akan menurun yang berdampak pada kegagalan pertumbuhan
bayi dan anak Pudjiadi, 2000.
2.2.7 Masalah-masalah dalam pemberian MP-ASI
Masalah dalam pemberian MP-ASI pada bayianak umur 0-24 bulan menurut Depkes 2000 adalah sebagai berikut :
a. Pemberian makanan prelakteal makanan sebelum ASI keluar
Makanan prelakteal adalah jenis makanan seperti air kelapa, air tajin, air teh, madu, pisang, susu formula yang diberikan pada bayi
yang baru lahir sebelum ASI keluar. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan bayi, dan mengganggu keberhasilan menyusui.
b. Kolostrum dibuang
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-kuningan. Masih banyak ibu-ibu yang tidak
memberikan kolostrum kepada bayinya. Kolostrum mengandung zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan
mengandung zat gizi tinggi. Oleh karena itu kolostrum jangan dibuang.
c. Pemberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat
Pemberian MP-ASI yang terlalu dini sebelum bayi berumur 6 bulan menurunkan konsumsi ASI dan meningkatkan terjadinya
gangguan percernaandiare. Kalau pemberian MP-ASI terlambat,
bayi sudah lewat usia 6 bulan, dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan anak.
d. MP-ASI yang diberikan tidak cukup
Pemberian MP-ASI pada periode umur 6-24 bulan sering tidak tepat dan tidak cukup baik kualitasnya maupun kuantitasnya.
Adanya kepercayaan bahwa anak tidak boleh makan ikan dan kebiasaan tidak menggunakan santan atau minyak pada makanan
anak, dapat menyebabkan anak menderita kurang gizi terutama energi dan protein serta beberapa vitamin penting yang larut dalam
lemak. e.
Pemberian MP-ASI sebelum ASI Pada usia 6 bulan, pemberian ASI yang dilakukan sesudah MP-ASI
dapat menyebabkan ASI kurang dikonsumsi. Pada periode ini zat-zat yang diperlukan bayi terutama diperoleh dari ASI. Dengan
memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk mengkonsumsi ASI berkurang, yang berakibat menurunnya
produksi ASI. Hal ini dapat berakibat anak menderita kurang gizi. seharusnya ASI diberikan dahulu baru MP-ASI.
f. Frekuensi Pemberian MP-ASI kurang
Frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari kurang akan berakibat kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi.
g. Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja
Di daerah kota dan semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan terlalu dini pada ibu-ibu
yang bekerja karena kurangnya pemahaman tentang manajemen laktasi pada ibu bekerja. Hal ini menyebabkan konsumsi zat gizi
rendah apalagi pemberian MP-ASI pada anak kurang diperhatikan. h.
Kebersihan kurang Pada umumnya ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada saat
menyediakan dan memberikan makanan pada anak. Masih banyak ibu yang menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan
matang tanpa tutup makanantudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan dari pengasuh anaknya. Hal ini memungkinkan
timbulnya penyakit infeksi seperti diare mencret dan lain-lain. i.
Prioritas gizi yang salah pada keluarga Banyak keluarga yang memprioritaskan makanan untuk anggota
keluarga yang lebih besar, seperti ayah atau kakak tertua dibandingkan untuk anak baduta dan bila makan bersama-sama
anak baduta selalu kalah.
2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif 2.3.1 Menurut masalah dalam menyusui
a. Kurang informasi Karena kurang informasi, banyak ibu menganggap susu
formula sama baiknya, bahkan lebih baik dari ASI. Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika
merasa ASI-nya kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak pula petugas kesehatan tidak memberikan informasi pada
ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin Priyono, 2010.
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif, ibu dan keluarganya perlu mengetahui informasi tentang keuntungan
pemberian ASI, kerugian pemberian susu formula, pentingnya rawat gabung, cara menyusui yang baik dan benar, dan siapa harus
dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar menyusui Priyono, 2010.
b. Puting susu yang pendekterbenam Bentuk puting susu ada yang panjang, pendek, dan datar atau
terbenam. Dengan kehamilan, biasanya puting menjadi lentur. Namun, memang kerap terjadi sampai sesudah bersalin, puting
belum juga menonjol keluar. Banyak ibu langsung menganggap hilang peluangnya untuk menyusui. Padahal puting hanya
kumpulan muara saluran ASI dan tidak mengandung ASI. Priyono, 2010.
ASI disimpan di sinus laktiferus yang terletak di daerah aerola mamae. Jadi, untuk mendapatkan ASI, aerola mamae yang
perlu dimasukkan ke dalam mulut bayi agar isapan dan gerakan lidah dapat memerah ASI ke luar. Untuk menarik puting keluar
atau menonjol, gunakan nipple puller atau breast-shield. Namun, jika cara ini kurang menolong, ibu harus dibantu agar dapat
memasukkan areolanya sebanyak mungkin ke dalam mulut bayi sehingga bayi memperoleh ASI Priyono, 2010.
c. Payudara bengkak
Tiga hari pasca-persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri. Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan
pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Jika karena sakit ibu malah berhenti menyusui, kondisi
ini akan semakin parah, ditandai dengan mengilatnya payudara dan ibu mengalami demam Priyono, 2010.
Untuk menghindari dan mengatasi payudara bengkak, berilah ASI pada bayi segera setelah lahir dan posisi yang benar dan tanpa
jadwal. Jika produksi ASI melebihi kebutuhan bayi, keluarkan ASI dengan jalan diperah. Jangan berikan minuman lain pada bayi dan
lakukan perawatan payudara pasca persalinan seperti pemijatan. Untuk mengurangi rasa sakit yang tidak tertahankan dan demam
akibat pembengkakkan, kompres payudara dengan kompres dingin serta makanlah obat penurun demam Priyono, 2010.
d. Puting susu nyerilecet
Masalah ini paling banyak dialami. Puting nyeri atau lecet terjadi akibat beberapa faktor. Yang dominan adalah kesalahan
posisi menyusui saat bayi hanya mengisap pada puting. Padahal, seharusnya sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi.
Puting lecet juga dapat terjadi jika pada akhir menyusui, bayi tidak benar melepaskan isapan atau jika ibu sering membersihkan puting
dengan alkohol atau sabun. Jika ibu melewati waktu menyusui untuk menghindari rasa sakit, dapat menyebabkan tidak terjadinya
pengosongan payudara, akibatnya produksi ASI berkurang Priyono, 2010.
Untuk mengatasi puting lecet dan nyeri, perbaikin posisi menyusui. Mulailah menyusui dari payudara yang tidak sakit
karena isapan pertama bayi yang lapar biasanya lebih keras. Tetaplah mengeluarkan ASI dari payudara yang putingnya lecet.
Untuk mengobati lecet, gunakan cara alami, yaitu dengan mengoleskan sedikit ASI pada puting tersebut dan biarkan kering.
Jika rasa sakit tidak tertahankan ibu dapat meminum obat pengurang sakit Priyono, 2010.
e. Saluran ASI tersumbat
Kelenjar air susu manusia memiliki 15-20 saluran ASI. Satu atau lebih saluran ini bisa tersumbat karena tekanan jari saat ibu
menyusui, posisi bayi, atau BH yang terlalu ketat, sehingga sebagian saluran ASI tidak mengalirkan ASI. Sumbatan juga dapat
terjadi karena ASI dalam saluran tersebut tidak segera dikeluarkan karena ada pembengkakkan. Untuk mengatasinya, menyusuilah
dengan posisi benar, ubah-ubah posisi menyusui agar semua saluran ASI dikosongkan, dan gunakan BH yang menunjang, tetapi
tidak terlalu ketat. Selain itu, sebaiknya ibu lebih sering menyusui dari payudara yang tersumbat, dan pijatlah daerah yang tersumbat
ke arah puting agar ASI bisa keluar Priyono, 2010.
f. Radang payudara
Jika puting lecet, saluran payudara tersumbat, atau pembengkakkan payudara tidak ditangani dengan baik, bisa
berlanjut menjadi radang payudara. Payudara akan terasa bengkak, sangat sakit, kulitnya berwarna merah dan disertai demam.
Lakukan perawatan disertai istirahat yang cukup. Segeralah berobat ke dokter untuk meminta antibiotik yang sesuai, juga obat pereda
sakit Priyono, 2010. g.
Abses payudara Jika sampai terjadi abses, perawatan yang bisa dilakukan
sama dengan jika terjadi radang payudara. Namun, nanah yang terjadi harus dikeluarkan dengan insisi. Selama luka bekas insisi
belum sembuh maka bayi hanya dapat menyusui dari payudara sehat Priyono, 2010.
h. ASI kurang
Sebagian ibu merasa ASI-nya kurang, mungkin karena setelah beberapa hari payudaranya tidak terasa tegang lagi,
sementara bayi sering minta disusukan. Kondisi ini sebenarnya wajar. Payudara memang tidak terasa tegang lagi walaupun
produksi ASI tetap banyak Priyono, 2010. Tentang bayi, mereka sering minta disusukan karena ASI
cepat dicerna sehingga perut cepat kosong. Kecukupan ASI dapat dinilai dengan menimbang kenaikan berat badan bayi secara
teratur. Jika kenaikan sesuai dengan pertumbuhan normal, berarti
bayi cukup ASI. Cukup-tidaknya ASI dapat diperkirakan dari beberapa kali bayi buang air kecil. Bagi bayi yang mendapatkan
ASI eksklusif, enam kali buang air kecil dalam sehari adalah pertanda ia cukup ASI Priyono, 2010.
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi menyusu dini, menjadwal pemberian ASI,
memberikan minuman prelakteal bayi diberi minum sebelum ASI keluar, apalagi memberikannya dengan botoldot, kesalahan pada
posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusu, tidak mengosongkan salah satu payudara saat menyusui Priyono, 2010.
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi on demand
termasuk pada malam hari, minimal 8 kali per hari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusu. Makin jarang
bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang bila bayi menyusu terlalu sebentar. Pada
minggu pertama kelahiran seringkali bayi mudah tertidur saat menyusu. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusu
dengan cara menyentuh telingatelapak kaki bayi agar bayi tetap mengisap Priyono, 2010.
Penggunaan kempeng akan membuat perlekatan mulut bayi pada payudara ibu tidak tepat dan sering menimbulkan masalah
“bingung puting”. Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum waktunya juga sering berakibat berkurangnya produksi
ASI. Bayi menjadi cepat kenyang dan lebih jarang menyusu. Posisi dan perlekatan mulut bayi saat menyusu juga mempengaruhi
pengeluaran ASI Priyono, 2010. i.
Menyusui setelah bedah caesar Jika ibu dan bayi dalam keadaan baik, sebenarnya ibu dapat
segera menyusui bayi di ruang pemulihan setelah pembedahan selesai. Namun, jika ibu merasa bingung akibat pengaruh
pembiusan atau bayi harus masuk kamar perawatan mungkin harus menunggu dulu. Jika setelah 12 jam belum juga bisa menyusui,
mungkin perlu menanyakan penggunaan pompa untuk memerah ASI
dan menyimpannya
untuk diberikan
kepada bayi
menggunakan sendok. Banyak ibu yang menjalani bedah caesar merasa sulit menyusui Priyono, 2010.
Hal ini wajar tetapi jangan menyerah. Mungkin akan lebih mudah jika menyusui dengan menghindari tekanan pada bekas
sayatan. Caranya, meletakkan bantal di pangkuan ibu sebagai alas bayi menyusui dan menyusui sambil berbaring miring, atau
menggunakan bahan pendukung perut lain seperti yang digunakan untuk berolahraga ditambah bantal selama menyusui Priyono,
2010. j.
Ibu dengan penyakit Alasan ibu sakit, penyusuan dihentikan. Padahal, dalam
banyak hal ini tidak perlu, karena lebih berbahaya bagi bayi jika mulai diberi susu formula daripada terus menyusui Priyono, 2010.
k. Ibu hamil
Ketika masih menyusui, kadang ibu sudah hamil kembali. Jika ada masalah dengan kandungannya. Ibu masih dapat
menyusui. Namun, ia harus makan lebih banyak lagi. Selain itu, mungkin ibu akan mengalami puting lecet, keletihan, ASI
berkurang, rasa ASI berubah, dan kontraksi rahim Priyono, 2010.
2.3.2 Karakteristik Ibu