Pengertian Perjanjian Pemborongan Tinjauan Yuridis Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara Dinas Pekerjaan Umum KIMPRASWIL Kabupaten Toba Samosir Dengan CV. Bagas Belantara (Studi Kasus Pada CV. Bagas Belantara)

A. Pengertian Perjanjian Pemborongan

Perjanjian pemborongan pekerjaan merupakan suatu bentuk perjanjian yang diatur secara khusus dalam KUHPerdata, yang ketentuannya terdapat dalam Bab VIIA yang secara keseluruhan mengatur tentang perjanjian-perjanjian untuk melakukan pekerjaan. Perjanjian pemborongan pekerjaan diatur dalam Pasal 1601b, 1604 sampai dengan 1616 KUHPerdata. Menurut Pasal 1601b KUHPerdata, “pemborongan pekerjaaan adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan”. Defenisi perjanjian pemborongan disini kurang tepat, menganggap perjanjian pemborongan adalah perjanjian sepihak sebab si pemborong hanya mempunyai kewajiban saja sedangkan yang memborongkan hak saja. Sebenarnya perjanjian pemborongan adalah perjanjian timbal balik yang memiliki hak dan kewajiban. Berikut defenisi perjanjian yang benar sebagai berikut pemborongan pekerjaan adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan, sedangkan pihak yang lain, yang memborong, mengikatkan diri untuk membayar suatu harga yang ditentukan. 45 45 Djumialdji, Hukum Bangunan Dasar-Dasar Hukum dan Proyek dan Sumber Daya Manusia, PT. Rineka Cipta, Yogyakarta, 1996, hal. 4. Berdasarkan defenisi tersebut di atas dapat dikatakan: Universitas Sumatera Utara 1. Bahwa yang mebuat perjanjian pemborongan atau dengan kata lain yang terkait dalam perjanjian pemborongan adalah 2 dua pihak saja, yaitu pihak kesatu disebut yang memborongkan, dan pihak kedua disebut pemborong. 2. Bahwa objek dari perjanjian pemborongan adalah pembuatan suatu karya. KUHPerdata Bab VIIA mengatur tentang perjanjian melakukan pekerjaan, yang membagi perjanjian melakukan pekerjaan kedalam 3 tiga kategori, yaitu: a. Perjanjian kerja atau perburuhan b. Perjanjian melakukan jasa-jasa tertentu c. Perjanjian pemborongan pekerjaan. Ketiga perjanjian tersebut mempunyai persamaan yaitu bahwa pihak yang satu melakukan pekerjaan bagi pihak yang lain dengan menerima upah. Perjanjian kerja atau perburuhan adalah perjanjian antara seseorang buruh dengan seorang majikan yang ditandai dengan ciri-ciri yaitu adanya suatu upah atau gaji tertentu, adanya hubungan di bawah perintah, dan adanya suatu jangka waktu tertentu. Jadi dalam hal ini buruh dalam melakukan pekerjaannya harus tunduk pada perintah-perintah majikan dan majikan berhak untuk memberikan perintah ataupun petunjuk-petunjuk kepada buruhnya. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu adalah suatu perjanjian dimana suatu pihak menghendaki pihak lainnya melakukan suatu pekerjaan untuksuatu tujuan tertentu dimana ia bersedia untuk membayar upah, sedangkan apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan itu sama sekali terserah kepada pihak lawan itu, yang biasanya telah memasang tarif tertentu untuk jasa-jasa itu. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa ini diatur oleh ketentuan-ketentuan khusus Universitas Sumatera Utara yang berhubungan dengan bidang masing-masing. Biasanya pihak pemborong ini adalah orang yang ahli dalam melakukan pekerjaan tersebut dan biasanya ia telah memasang tarif tertentu untuk jasa itu, yang biasa disebut honorarium. Selain yang disebutkan dalam KUHPerdata Pasal 1601b, R.Soebekti juga mengatakan perjanjian pemborogan adalah suatu perjanjian antara seorang pihak yang memborongkan pekerjaan, dengan seorang lain pihak yang menerima borongan pekerjaan dimana pihak pertama menghendaki suatu hasil pekerjaan yang disanggupi pihak lawan atas pembayaran suatu jumlah uang sebagai harga pemborongan. 46 1 Perbedaan antara perjanjian pemborongan dengan perjanjian perburuhan adalah terletak pada interrelasi antara para pihak yang terkait dengan perjanjian. Pada perjanjian perburuhan terdapat hubungan vertikal antara buruh dengan majikan yang berupa hubungan atasan-bawahan. Sebaliknya dalam perjanjian pemborongan pekerjaan terdapat hubungan horizontal antara pihak pemborong dengan pihak yang memborongkan pekerjaan, dimana keduanya sama tinggi dan tidak terdapat hubungan atasan bawahan. Di samping persamaan di atas, ketiga kategori perjanjian ini memiliki perbedaan, yaitu: 2 Perbedaan perjanjian melakukan jasa-jasa tertentu dengan perjanjian pemborongan terletak pada 2 dua hal, yaitu: a Prestasi Dalam kontrak untuk melaksanakan suatu jasa-jasa tertentu, prestasi dari penyelenggaraan jasa adalah memberikan jasa tertentu tetapi dengan tidak membangun atau melakukan sesuatu secara fisik, sedangkan dalam 46 R. Soebekti, Op.cit, hal. 58. Universitas Sumatera Utara perjanjian pemborongan mengharuskan adanya suatu barang baru yang dihasilkan oleh pihak pemborong. b Fee yang dibayar oleh pemberi pekerjaan Di dalam suatu kontrak untuk melaksanakan suatu jasa tertentu, maka fee yang diberikan kepada penyelenggara jasa tersebut terdapat dalam suatu tarif tertentu, sedangkan dalam suatu perjanjian pemborongan, fee yang dibayarkan kepada pemborong tidak dengan tarif tertentu, melainkan sejumlah uang atau sejumlah hasil tertentu yang sifatnya negosiatif atau bedasarkan tender pekerjaan. 47 1. Pihak yang satu setuju untuk melaksanakan pekerjaan bagi pihak lain Dalam hal ini pemborongan pekerjaan menghendaki adanya suatu barang yang baru sebagai prestasi dan pihak yang memberikan pekerjaan wajib membayar suatu harga tertentu yang telah disepakati dalam perjanjian kerja dan atau berdasarkan penawaran yang kemudian dituangkan dalam perjanjian. Berdasarkan defenisi perjanjian pemborongan terdapat unsur-unsur penting, yaitu: 2. Dengan pembayaran atau menerima upah. Mengenai upah dalam perjanjian pemborongan pekerjaan tidak hanya dimaksudkan upah yang telah ditentukan terlebih dahulu tetapi bisa diartikan lebih luas yaitu upah yang dapat ditentukan dikemudian. Sedangkan bagaimana 47 Munir Fuady, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hal. 13-14. Universitas Sumatera Utara pemborong mengerjakan pekerjaan itu untuk pihak yang memborongkan merupakan hal yang tidak begitu dipentingkan karena yang dikehendaki adalah hasil akhir yang akan diserahkan kepada pihak yang memborongkan dalam suatu jangka waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian pemborongan pekerjaan dan hasil tersebut dalam keadaan baik. Jadi pada perjanjian ini tidak ada hubungan di bawah perintah antara pemborong dengan pihak yang memborongkan. Pada umumnya pemborong melaksanakan pekerjaan yang diborongkan ini dengan kebijaksanaan sendiri. Hal inilah yang membedakan perjanjian pemborongan dengan perjanjian perburuhan, dimana dalam perjanjian perburuhan terdapat hubungan subordinasi antara buruh dengan majikan yaitu hubungan di bawah perintah. 48 48 Soed Dirdjosaputro, Petunjuk Untuk Pemborong, Bhatara, Jakarta, 1972, hal 11-12. Perjanjian pemborongan pekerjaan dapat dibedakan di dalam Bab VIIA KUHPerdata dalam Pasal 1601b, Pasal 1604 sampai dengan Pasal 1616 KUHPerdata dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 UUK. Dalam UUK, terdapat 2 dua lembaga hukum dalam hubungan kerja, yaitu: perjanjian pemborongan kerja outsourching dan penyedia jasa pekerja buruh. Dalam Pasal 64 dan Pasal 65 dalam UU tersebut tidak ada pengertian perjanjian pemborongan pekerjaan. Namun secara umum dapat diartikan bahwa perjanjian pemborongan pekerjaan adalah perjanjian antara pihak pemborongan dengan pihak yang memborongkan pekerjaan yang memuat hak dan kewajiban para pihak. Universitas Sumatera Utara Dalam Pasal 65 mengatur ”penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis”. Perusahaan dalam hal ini dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaannya melalui: a. Pemborongan pekerjaan b. Penyediaan jasa pekerja. Dalam Pasal 64 mengatur mengenai pengertian outsourching adalah “suatu perjanjian kerja yang dibuat antara pengusaha dengan, tenaga, dimana perusahaan tersebut dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan yang dibuat secara tertulis”. 49 1 Perjanjian pemborongan pekerjaan adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu, pemborong mengikatkan diri untuk membuat suatu karya tertentu bagi pihak yang lain yang memborongkan dengan membayar bayaran tertentu dan dimana pihak yang lain yang memborongkan mengikatkan diri untuk memborongkan pekerjaan kepada pihak pemborong dengan bayaran tertentu. Pemborong dengan yang memborongkan tunduk pada KUHPerdata Pasal 1338 jo Pasal 1320 yaitu semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku bagi undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Ketentuan lain mengenai outsourching yang diatur dalam KUHPerdata buku III Bab 7A Bagian Keenam tentang perjanjian pemborongan pekerjaan yaitu: 49 Sehat damanik, Outsourching dan perjanjian Kerja Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Penerbit DSS Publising, Jakarta, 2006, hal. 3. Universitas Sumatera Utara 2 Dalam perjanjian pekerjaan tidak ada hubungan kerja antara perusahaan pemborong dengan perusahaan yang memborongkan sebab dalam perjanjian tersebut tidak ada unsur upah sebagai salah satu syarat adanya hubungan kerja. Jadi yang ada hanyalah harga borongan. Perjanjian pemborongan yang dibuat oleh para pihak lazim dibuat dalam bentuk standar yang telah diatur oleh pemerintah. Peraturan standar ini menyangkut persyaratan teknis, juga dalam hal administratifnya. Perjanjian standar ini mulanya hanya berlaku bagi proyek pemerintah, akan tetapi kemudian dinyatakan berlaku juga bagi pemborongan bangunan yang dilaksanakan oleh pihak swasta. Berdasarkan Pasal 1601 KUHPerdata, sebagaimana telah disebutkan diatas dapat kita lihat bahwa pesetujuan dilakukan oleh 2 dua pihak yaitu pemberi borongan dengan pihak lainnya yaitu pemborong. Persetujuan ini mengatur tentang kesanggupan pihak pemborong untuk menyelengarakan suatu pekerjaan tertentu yang telah disepakati oleh kedua pihak yang dituangkan dalam perjanjian kerja. Persetujuan perjanjian kerja ini berlaku sampai pekerjaan yang diperjanjikan selesai dikerjakan kecuali dalam hal tertentu persetujuan tersebut dihentikan secara sepihak oleh pemborong dan atau pihak yang memberikan pekerjaan. Berdasarkan sudut lain perlu diketahui perjanjian pemborongan pekerjaan ini mempunyai perbedaan dengan perjanjian jual beli, karena kedua perjanjian ini hampir tidak jelas batasnya. Perbedaannya adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Pada perjanjian jual beli disyaratkan adanya saat tertentu yang mana barang objek perjanjian akan pindah menjadi milik pembeli, sedangkan dalam perjanjian pemborongan perjanjian tidak mensyaratkan demikian, melainkan memerlukan jangka waktu yang didalamnya terjadi kegiatan-kegiatan fisik. Misalnya pemasangan mesin-mesin yang belum ada sebelumnya. 2. Dalam perjanjian pemborongan dimungkinkannya ada pihak ketiga yang tidak merupakan pihak dalam perjanjian, namun mempunyai peranan penting dalam pelaksanan perjanjian. Misalnya konsultan. 3. Pada perjanjian pemborongan bangunan memungkinkan adanya seorang atau sejumlah sub kontraktor sedangkan perjanjian yang mengatur mengenai hak- hak dan kewajiban sub kontraktor, ini hanya merupakan hubungan intern antarasub kontraktor dengan kontraktor utama. Pemberi pekerjaan tidak mempunyai hubungan perjanjian dengan kontraktor. 50

B. Pengaturan Hukum Mengenai Perjanjian Pemborongan Pekerjaan

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan/Konstruksi Antara Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air Dengan Perusahaan Rekanan ( Studi Di Balai Sumber Daya Air Sumatera II Propinsi Sumatera Utara)

1 67 98

Tinjauan Yuridis Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Pembangunan Saluran Drainase Antara Dinas Bina Marga Kota Medan Dengan Cv.Teratai 26

8 122 120

Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemborongan Kerja Milik Pemerintah Antara CV. Dina Utama Dengan Dinas Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

2 55 134

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

4 40 96

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor (Studi Pada CV. Bersama Kontraktor)

4 25 108

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor (Studi Pada CV. Bersama Kontraktor)

0 0 9

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor (Studi Pada CV. Bersama Kontraktor)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor (Studi Pada CV. Bersama Kontraktor)

0 0 17

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor (Studi Pada CV. Bersama Kontraktor)

0 0 30

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor (Studi Pada CV. Bersama Kontraktor)

0 0 3