2. Tidak dapat dibatalkan secara sepihak
Sesuai dengan asas konsensualitas, bahwa perjanjian itu dibuat atas persetujuan kedua belah pihak lainnya. Namun demikian perjanjian dapat
dibatalkan oleh salah satu pihak apabila ada alasan-alasan yang dibenarkan undang-undang. Tentang alasan-alasan ini, dalam Pasal 1814 KUHPerdata:
”si pemberi kuasa dapat menarik kembali kuasanya manakala itu dikehendakinya, dan jika ada alasan untuk itu, memaksa si kuasa untuk
mengembalikan kuasa yang dipegangnya”. 3.
Pelaksanaan dengan itikad baik Pelaksanaan dengan itikad baik artinya kejujuran dari orang yang
mengadakan perjanjian. Istilah itikad baik ada 2 dua macam, yaitu sebagai unsur subjektif dan sebagai unsur objektif untuk memulai pelaksanaan.
30
Perjanjian timbul disebabkan oleh adanya hubungan hukum kekayaan antara 2 dua orang atau lebih. Pendukung hukum perjanjian sekurang-kurangnya
harus ada 2 dua orang tertentu, misalnya orang itu menduduki tempat yang Yang dimaksud dengan itikad baik dalam Pasal 1338 KUHPerdata bukanlah
dalam arti subjektif, melainkan pelaksanaan perjanjian itu harus mengindahkan norma-norma kepatutan dan norma kesusilaan, jadi yang
dimaksud dengan itikad baik disini adalah ukuran objektif, perjanjian itu harus berjalan diatas jalur yang benar.
C. Subjek Hukum Dalam Perjanjian
30
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990, hal. 29.
Universitas Sumatera Utara
berbeda, satu orang menjadi pihak kreditur, dan yang seorang lagi sebagai pihak debitur. Kreditur dan debitur itulah yang menjadi subjek perjanjian. Kreditur
mempunyai hak atas prestasi dan debitur wajib memenuhi pelaksanaan prestasi.
31
1. pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri
Subjek hukum dalam perjanjian adalah pihak-pihak yang telah terikat dengan diadakannya perjanjian. KUHPerdata membedakan 3 tiga golongan yang
termasuk dalam perjanjian, yaitu:
2. para ahli waris mereka dan mereka yang mendapat hak daripadanya
3. pihak ketiga.
32
Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat membawa rugi kepada pihak-pihak ketiga. Selain itu, tidak dapat pula pihak-pihak ketiga mendapat manfaat
karenanya, selain dalam hal yang diatur dalam Pasal 1317 KUHPerdata. Pasal 1317 KUHPerdata: lagipun diperbolehkan juga untuk meminta
ditetapkannya suatu janji guna untuk kepentingan pihak ketiga, apabila suatu penetapan janji, yang dibuat oleh seorang untuk dirinya sendiri, atau suatu
pemberian yang dilakukannya untuk orang lain, memuat suatu janji yang seperti itu. Siapa yang telah memperjanjikan sesuatu seperti itu tidak boleh menariknya
kembali, apabila pihak ketiga tersebut telah menyatakan hendak mempergunakannya”.
Subjek hukum dalam perjanjian dibagi atas manusia dan badan hukum, yang kedua-duanya merupakan penunjang hak dan kewajiban. Namun memiliki
perbedaan yaitu manusia menjadi subjek hukum sejak dia dilahirkan, sedangkan
31
M. Yahya Harahap, Op. cit, hal. 15.
32
Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit, hal. 70.
Universitas Sumatera Utara
badan hukum menjadi subjek hukum pada saat benda itu telah didaftarkan dan benda tersebut tidak bernyawa seperti manusia.
D. Jenis-Jenis Perjanjian
Sebelum berbicara mengenai jenis-jenis perjanjian, akan diuraikan terlebih dahulu mengenai bentuk perjanjian, dalam perjanjian terdapat berbagai bentuk
yang dipandang dari berbagai sudut. Dalam KUHPerdata perjanjian itu tidak tercakup dalam satu pasal saja, akan tetapi terdapat dalam banyak pasal.
Perjanjian itu dapat dibuat secara tertulis dan secara lisan dan andaikata dibuat secara tertulis maka ini bersifat sebagai alat bukti apabila terjadi perselisihan. Hal
ini dibuat berdasarkan atas kesepakatan para pihak yang saling mengikatkan diri. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata, perjanjian menurut sifatnya dapat
dibagi atas: a.
perjanjian untuk memberikan sesuatu b.
perjanjian untuk berbuat sesuatu c.
perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu. Perjanjian dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu
33
1. Perjanjian Timbal Balik atau Perjanjian Sepihak
:
Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban dan hak bagi kedua belah pihak. Misalnya perjanjian jual beli dan perjanjian
pemborongan. Menurut Pasal 1457 KUHPerdata, jual beli adalah suatu
33
Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit, hal. 66-69.
Universitas Sumatera Utara
perjanjian timbal balik dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang
telah dijanjikan. Perjanjian jual beli memperlihatkan bahwa pihak yang satu disebut penjual dan pihak yang lain dinamakan pembeli. Dengan demikian
mencakup 2 dua perbuatan timbal balik sesuai dengan namanya jual beli. Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang salah satu pihak saja yang
mempunyai hak, sedangkan pihak yang lain hanya mempunyai kewajiban. Misalnya hibah. Menurut Pasal 1666 KUHPerdata, hibah adalah suatu
perjanjian dengan mana seorang penghibah menyerahkan suatu barang dengan cuma-cuma tanpa dapat menariknya kembali, untuk kepentingan seorang yang
menerima penyerahan barang itu. Dari rumusan pasal tersebut jelaslah bahwa si pemberi hibah itu melakukan hibah tanpa mengharapkan adanya balasan
prestasi. 2.
Perjanjian Cuma-Cuma dan Perjanjian Atas Beban Pasal 1314 KUHPerdata:
Suatu persetujuan dibuat dengan cuma-cuma atau atas beban, suatu persetujuan cuma-cuma adalah suatu persetujuan dengan mana pihak
yang satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak lain, tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri.
Suatu persetujuan atas beban adalah suatu persetujuan yang mewajibkan masing-masing pihak memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak
berbuat sesuatu. Perbuatan cuma-cuma terjadi menunjukkan adanya sutu prestasi tanpa
dibarengi kontra prestasi. Pihak yang memberikan prestasi tidak mengharapkan prestasi imbalan dari pihak lainnya. Misalnya hibah.
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian atas beban adalah perjanjian terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi
itu ada hubungannya menurut hukum. Misalnya A berjanji akan menyanggupi memberikan sejumlah barang kepada si B dengan syarat si B bersedia
memindahkan satu barang dari satu tempat ke tempat yang lain. 3.
Perjanjian Bernama benoemd overeenkomst Perjanjian khusus adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri.
Maksudnya ialah bahwa perjanjian-perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang, berdasaran tipe yang paling banyak terjadi
sehari-hari. Perjanjian khusus terdapat dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII KUHPerdata.
4. Perjanjian Tidak Bernama onbenoemde overeenkomst
Di luar perjanjian bernama, tumbuh pula perjanjian tidak bernama, yaitu perjanjian yang tidak diatur di dalam KUHPerdata, tetapi terdapat di dalam
masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas dengan nama yang disesuaikan dengan kebutuhan pihak-pihak yang mengadakannya, seperti
perjanjian kerja sama, perjanjian pemasaran, dan perjanjian pengelolaan. Lahirnya perjanjian ini didalam prakteknya adalah berdasarkan asas
kebebasan berkontrak, mengadakan perjanjian atau partij otonomi. Tentang perjanjian tidak bernama diatur dalam Pasal 1319 KUHPerdata,
yaitu yang berbunyi: ”semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan
umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lain”.
Universitas Sumatera Utara
5. Perjanjian Kebendaan dan Perjanjian Obligatoir
Perjanjian kebendaan yaitu perjanjian dengan mana seorang menyerahkan haknya atas sesuatu benda kepada pihak lain, yang membebankan kewajiban
pihak itu untuk meyerahkan benda tersebut kepada pihak lain. Misalnya jual beli untuk beralihnya hak milik atas benda yang diperjualbelikan masih
diperlukan adanya penyerahan. Perjanjian obligatoir adalah perjanjian antara pihak-pihak yang sepakat,
mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain. Dalam contoh diatas perjanjian jual beli itu dinamakan perjanjian obligatoir
karena membebankan para pihak untuk melakukan penyerahan, sedangkan penyerahan itu adalah merupakan perjanjian kebendaan.
6. Perjanjian Konsensuil dan Perjanjian Riil
Perjanjian konsensuil adalah perjanjian diantara kedua belah pihak telah tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan. Sebagai contoh,
dalam jual beli, jual beli telah dianggap sejak adanya persesuaian harga Pasal 1458 KUHPerdata.
Perjanjian riil adalah perjanjian yang dianggap mulai semenjak adanya perbuatan hukum dari apa yang diperjanjikan. Misalnya dalam perjanjian
penitipan barang, perjanjian mulai mengikat semenjak mengikat seseorang menerima barang sebagai titipan dari orang lain Pasal 1694 KUHPerdata.
7. Perjanjian yang Istimewa Sifatnya
Perjanjian yang istimewa sifatnya ada 4 empat macam, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Perjanjian liberatoir, yaitu perjanjian yang mana para pihak membebaskan
diri dari kewajiban yang ada, misalnya pembebasan utang Pasal 1438 KUHPerdata
b. Perjanjian pembuktian, yaitu para pihak yang menentukan pembuktian
apakah yang berlaku diantara pihak-pihak tersebut. c.
Perjanjian untung-untungan, yaitu suatu perbuatan yang hasilnya mengenai untung ruginya bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak
tergantung pada suatu kejadian yang belum tentu atau objeknya ditentukan kemudian Pasal 1774 KUHPerdata.
d. Perjanjian publik, yaitu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai
oleh hukum publik, karena salah satu pihak yang bertindak adalah pemerintah, dan pihak lainnya adalah swasta. misalnya perjanjian ikatan
dinas.
E. Berakhirnya Perjanjian