dipenuhi oleh CV. Bagas selaku pihak pemborong yang dituangkan dalam sebuah kontrak.
B. Perumusan Masalah
Dalam setiap penulisan skripsi tentulah ditemukan yang menjadi permasalahan yang merupakan titik tolak bagi pembahasan nantinya.
Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah proses pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan
Peningkatan Saluran Irigasi Bondar Sitoman Sosor Pandan Sepanjang 75m telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku?
2. Bagaimanakah tanggung jawab para pihak dalam melaksanakan perjanjian
pemborongan pekerjaan? 3.
Bagaimanakah penyelesaian Perselisihan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pemborongan peningkatan
saluran irigasi yang dimulai dari proses pembuatan kontrak , pelaksanaan kontrak sampai pada kontrak atau pemborongan itu selesai
pasca kontrak dengan memperhatikan ketentuan hukum yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk mengetahui tanggung jawab bagi para pihak yang terikat dalam
perjanjian pemborongan pekerjaan sampai pekerjaan selesai, dan risiko yang dihadapi para pihak dalam pekerjaan peningkatan saluran irigasi.
c. Untuk mengetahui cara para pihak untuk menyelesaikan masalah-
masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan.
2. Manfaat Penulisan
Selain dari tujuan penulisan, adapun yang menjadi Manfaat Penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah:
a. Secara Teoretis
1 Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
perkembangan ilmu hukum pada umumnya. 2
Untuk mengetahui secara konkrit sejauhmana perkembangan mengenai perjanjian pemborongan pekerjaan.
b. Secara Praktis
1 Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca, khususnya
mengenai perjanjian pemborongan pekerjaan dan agar masyarakat mengetahui proses perjanjian pemborongan pekerjaan yang terjadi
antara DPU KIMPRASWIL dengan CV. Bagas. 2
Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang cara membuat perjanjian pemborongan
pekerjaan yang baik dan dapat mengetahui mengenai klausula pokok
Universitas Sumatera Utara
dalam perjanjian pemborongan yang dilakukan oleh DPU KIMPRASWIL dengan CV. Bagas, dan proses pelaksanaan
perjanjian pemborongan harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, tanggung jawab para pihak terhadap perjanjian
pemborongan, serta mengetahui cara penyelesaian sengketa yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan.
Semoga kiranya tulisan ini dapat dijadikan suatu bahan acuan, inventaris dan kepustakaan bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengadakan
penulisan lebih lanjut yang lebih mendalam yang berkaitan dengan pemborongan pekerjaan.
D. Keaslian Penulisan
“ TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PEKERJAAN UMUM KIMPRASWIL KABUPATEN TOBA
SAMOSIR DENGAN CV. BAGAS BELANTARA STUDI KASUS PADA CV. BAGAS BELANTARA “.
Yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menyusun melalui referensi buku- buku, media elektronik internet sebagai sarana penunjang informasi jaringan
perpustakaan terluas, dan studi kasus pada data sekunder yaitu menelaah pada dokemen surat Perjanjian DPU KIMPRASWIL dengan CV. Bagas, dan bahkan
dari berbagai pihak. Kalaupun ada judul yang serupa namun materi pembahasan yang dilakukan berbeda dan permasalahan yang diangkat juga berbeda.
Universitas Sumatera Utara
E. Tinjauan Kepustakaan
Dari judul di atas dapat diambil pengertian secara etimologis. Wiryono Prodjodikoro mengemukakan:
Suatu perjanjian diartikan sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara 2 dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji
atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan
janji itu.
6
Perjanjian, maksudnya adalah “hubungan hukum yang menyangkut hukum kekayaan antara 2 dua orang atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan
kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi”.
7
Dinas Pekerjaan Umum KIMPRASWIL Kabupaten Toba Samosir, maksudnya adalah pihak yang mewakili pemerintah dibidang Permukiman dan
Perjanjian pemborongan pekerjaan menurut KUHPerdata Buku III Bab 7A bagian Keenam tentang perjanjian pemborongan pekerjaan adalah suatu perjanjian
dimana pihak kesatu pemborong mengikatkan diri untuk membuat suatu karya tertentu bagi pihak lain yang memborongkan dengan menerima bayaran tertentu
dan dimana pihak yang lain yang memborongkan mengikatkan diri untuk memborongkan pekerjaan kepada pihak pemborong dengan bayaran tertentu.
Dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa khusus
mengenai perjanjian pemborongan pekerjaan hanya diatur dalam 2 dua Pasal yaitu Pasal 64 dan Pasal 65 yang menyebutkan perjanjian pemborongan pekerjaan
adalah perjanjian antara pemborong dengan pihak yang memborongkan pekerjaan yang memuat hak dan kewajiban para pihak. Dalam perjanjian pemborongan
pekerjaan ini ada 3 subjek yaitu pemborong, yang memborongkan dan pekerja buruh yang melaksanakan pekerjaan.
6
Wiryono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Penerbit Sumur, Bandung, 1981, hal. 11.
7
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum perjanjian, Alumni, Bandung, 1986. hal. 6.
Universitas Sumatera Utara
Prasarana Wilayah Kabupaten Toba Samosir untuk kegiatan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi bidang yang bertindak sebagai pemberi pekerjaan.
CV. Bagas Belantara merupakan sebuah perseroan komanditer yang tidak berbentuk badan hukum yang bertindak sebagai pemborong.
CV atau yang disebut juga persekutuan komanditer menurut Pasal 19 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD adalah suatu bentuk perjanjian
kerja sama untuk berusaha bersama antara orang-orang yang bersedia memimpin, mengatur perusahaan serta bertanggung jawab penuh dengan kekayaan
pribadinya, dengan orang-orang yang memberikan pinjaman dan tidak bersedia memimpin perusahaan serta bertanggung jawab terbatas pada kekayaan yang
diikutsertakan dalam perusahaan itu.
Persekutuan komanditer adalah “bentuk persekutuan yang didirikan oleh seseorang atau lebih sekutu yang merupakan pemberi modal dan bertanggung
jawab sebesar modal penyertaannya”.
8
Tanggung jawab diartikan sebagai keharusan untuk menanggung dan menjawab atau suatu keharusan untuk menanggung akibat yang ditimbulkan oleh
perilaku seseorang dalam rangka menjawab suatu persoalan.
9
Risiko adalah “suatu ajaran tentang siapakah yang harus menanggung ganti rugi apabila debitur tidak memenuhi prestasi dalam keadaan force majeur”.
Akibat dari suatu hal yang terjadi itu menimbulkan risiko bagi para pihak.
10
8
http: pengertiancv. Blogspot. com 200904 pengertian. CV. Html. Jumat, 05 Maret 2010, Jam. 14.20.
9
http: pepak. Sabda. Org pustaka 040420, diakses tanggal 05 Maret 2010
10
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal.78.
Universitas Sumatera Utara
Sri Redjeki Hartono mengemukakan bahwa: “Risiko adalah suatu ketidakpastian di masa yang akan datang yang wajib
untuk dipikul yang disebabkan suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang dimaksudkandalam perjanjian”.
11
“Risiko adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak”.
Selain itu beliau juga mengemukakan:
12
Force majeur atau sering diterjemahkan sebagai keadaan memaksa merupakan keadaan dimana seseorang debitur terhalang untuk melaksanakan
prestasinya karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak. Keadaan atau peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan
kepada debitur, sementara si debitur tersebut tidak dalam keadaan beritikad buruk lihat Pasal 1244 KUHPerdata.
Risiko itu ada yang timbul karena ada suatu keadaan yang memaksa atau disebut Force majeur yang terjadi di luar kehendak para pihak seperti ada bencana
alam, banjir, kebakaran, atau bahkan terjadi peperangan yang dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan.
13
“Force majeur mengandung risiko yang tak terduga-duga akan terjadi”. Subanar mengemukakan bahwa
14
Setiap risiko yang terjadi harus di tanggung oleh pihak yang bersangkutan. Namun dalam pelaksanaan tanggung jawab atas risiko tersebut sering
menimbulkan permasalahan karena ada pihak tertentu merasa bahwa terdapat
11
Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 1995, hal. 62
12
R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Bandung, 1982, hal. 59.
13
http: www. Damandiri or. Id file arirahmathakimundip bab 2. Pdf, diakses tanggal 05 Maret 2010.
14
Harimurti Subanar, Manajemen Usaha Kecil BPFE, Yogyakarta, hal. 84.
Universitas Sumatera Utara
ketidakseimbangan atas pertanggungjawaban tersebut. Sehingga permasalahan tersebut mengakibatkan proses pelaksanaan pekerjaan terganggu. Dan setiap
permasalahan perselisihan yang terjadi dituntut penyelesaiannya. Salim HS mengemukakan :
Penyelesaian perselisihan dapat ditempuh melalui 2 dua cara yaitu melalui litigasi dan non litigasi. Litigasi diartikan sebagai proses
administrasi dan peradilan yang memerlukan jangka waktu yang panjang. Sedangkan non litigasi adalah penyelesaian sengketa di luar pengadilan
dengan cara musyawarah, mediasi, konsiliasi dan arbitrase.
15
F. Metode Penelitian