Pembahasan PARTISIPAN I 1. Identitas

“...walaupun kita sendiri dibatasi kalo mau apa, kalo mau ngaji, mau sholat. Cuma sampek sekarang masih lah. Kayak anak saya sekarang, gak pernah mereka bergaul yang nggak-nggak. Gak pernah keluar malam. Merokok pun nggak. Udah lajang semua, gak ada. Saya ngajarin anak itu yang positif-positif. Kalo soal cari uang juga yang halal lah saya arahkan. Banyak itu, yang curi sana, curi sini, begitu lah...” P1W3b.880-891111009

5. Pembahasan

A. Attachment Masa Anak-anak 1. Proses Attachment Menurut Bowlby dalam Pervin, dkk, 2005, berdasarkan kualitas hubungan anak dengan pengasuh, maka anak akan mengembangkan konstruksi mental atau internal working model mengenai diri self dan orang lain others yang akan menjadi prototip dalam suatu hubungan. Mc Cartney Dearing 2002 menyatakan bahwa pengalaman awal akan menggiring dan menentukan perilaku dan perasaan melalui internal working model. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa hubungan Langit dan orang tuanya tidak terjalin dengan baik. Ayah tiri Langit yang mengganti figur ayah kandung merupakan pelaku child abuse terhadap dirinya. Langit menggambarkan sosok ayah sebagai figur yang keras dan tidak menyenangkan. Ibu Langit yang sehari-hari mencari nafkah juga tidak pernah mengurusi dan memberikan perhatian cukup padanya. Langit yang selalu berada dalam kondisi terancam, mendapat kekerasan, dan tidak mendapat respon kasih sayang dari orang tuanya menilai dirinya tidak berharga. Layaknya seorang gelandangan dan tidak memiliki seorang yang dapat melindunginya, Langit merasa ia tidak memiliki kebebasan untuk melakukan aktivitas seperti anak lainnya. Langit merasa tidak ada yang menyayangi dirinya. Universitas Sumatera Utara Mc Cartney dan Dearing 2002 menjelaskan bahwa model hubungan antara orang tua dan anak akan digeneralisasikan anak pada orang lain. Anak yang memiliki orang tua yang mencintai dan dapat memenuhi kebutuhannya akan mengembangkan model hubungan yang positif yang didasarkan pada rasa percaya trust. Anak dengan orang tua yang mencintai akan memandang dirinya “berharga”. Sebaliknya, anak yang memiliki pengasuh tidak menyenangkan akan mengembangkan kecurigaan mistrust dan tumbuh sebagai anak yang pencemas dan kurang mampu menjalin hubungan sosial. Peristiwa child abuse yang dialami Langit membuatnya tidak pernah merasa mendapatkan perlindungan dan rasa aman. Ancaman dan pukulan dari ayah selalu menimbulkan rasa gelisah yang mendalam setiap kali ia bertemu dengan ayah. Langit menyadari tidak ada seorang pun yang dapat membantunya. Child abuse yang dialami Langit menciptakan hubungan yang negatif antara dirinya dan orang tuanya. Hubungan ini selanjutnya membuat representasi kognitif dalam internal working model yang negatif terhadap orang tua dan diri sendiri. Peristiwa child abuse yang berulang dan terus-menerus dialami Langit sewaktu kecil menjadi mengeras dan menetap dalam internal working model dan kemudian mengarahkannya berperilaku di dalam hubungan tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Bowlby, internal working model akan meningkat stabil jika hubungan tersebut familiar dan dyadic pattern. Familiar dimaksudkan bahwa pola interaksi berulang sehingga cenderung akan menjadi kebiasaan yang terjadi secara otomatis. Langit mendapat kekerasan dari ayah sepanjang hari dalam hidupnya semasa kecil. Segala perlakuan kasar ayah secara fisik dan emosional terus Universitas Sumatera Utara terngiang dalam pikirannya hingga ia dewasa. Dyadic pattern merupakan pola hubungan timbal balik dan cenderung mengubah pola individual karena harapan yang timbal balik memerintahkan masing-masing individu mengartikan perilaku pihak lainnya. Langit banyak menghabiskan waktu bersama ayah dibandingkan dengan ibu. Segala perlakuan ayah terhadap dirinya menciptakan pola respon sesuai dengan apa yang dikehendaki ayah. Jika perilakunya tidak sesuai dengan perintah ayah, maka Langit akan menerima pukulan atau tendangan. Pengalaman interaksi terus-menerus dengan ayah menjadi pelajaran baginya dalam menentukan perilaku yang diharapkan. Attachment pada anak juga bergantung dengan availability, responsiveness, dan supportiveness dari figur lekat pada waktu yang dibutuhkan. Interaksi dengan figur lekat yang available dan responsiveness dapat memudahkan sistem attachment berfungsi optimal dan mengembangkan sense of attachment security. Sebaliknya, jika figur lekat tidak dipercaya available dan suportif, rasa aman menjadi tidak diperoleh. Individu mengalami keraguan dengan self efficacy dan tujuan orang lain. Langit menilai ayah hanya membutuhkan tenaganya untuk mencari uang. Ibu juga tidak mengasuhnya seperti anak lain yang mendapat cinta dan kasih sayang cukup. Saat ayah menyiksanya, ia merasa tidak ada tempat untuk mendapat perlindungan. Langit pun menerima siksaan demi siksaan ayah dengan diam, tidak ada perlawanan sama sekali. Langit merasa tidak ada gunanya untuk mengadu cerita dengan ibu. Ibunya tidak dapat berbuat apapun, malahan ikut mendapat siksaan dari ayah. Langit memiliki self efficacy yang rendah. Seringkali Langit berpikir bahwa ia tidak mampu melakukan Universitas Sumatera Utara perintah ayah karena pekerjaan tersebut terlalu sulit baginya. Langit juga merasa rendah diri dalam bergaul dengan anak-anak seusianya. Langit merasa dirinya adalah orang yang paling menderita dan berbeda dari mereka. 2. Aspek Attachment a. Attachment Behavior Menurut Bowlby, attachment behavior adalah tindakan untuk meningkatkan kedekatan pada figur lekat. Anak akan membuat kontak mata, menangis, atau membuat gesture sikap tubuh sebagai cara untuk mendekati orang tua mereka. Dalam hal ini, Langit tidak menunjukkan sikap atau usaha untuk mendekat dengan ayah dan ibunya. Langit merasa cemas setiap kali akan bertemu dengan ayah. Ia juga tidak terlalu dekat dengan ibu. Ibu hanya ada di rumah menjelang malam hari. Esok hari di pagi buta, ibu kembali meninggalkannya untuk berjualan di pasar. Langit tidak pernah bermanja dan bercengkerama dengan ibu seperti yang diharapkannya. b. Attachment Bond Attachment bond merupakan suatu ikatan afeksi; ikatan ini bukan diantara dua orang, namun suatu ikatan yang dimiliki seorang individu terhadap individu lainnya yang dirasa lebih kuat dan bijaksana. Individu dapat melekat pada seseorang yang tidak terikat dengannya. Ikatan ini secara relatif kekal dimana pasangan merupakan seseorang yang unik dan tidak dapat tergantikan oleh orang lain. Hubungan ini ditandai dengan adanya kebutuhan untuk mempertahankan kedekatan, distress yang tidak dapat dipahami saat perpisahan, senang atau Universitas Sumatera Utara gembira saat bertemu, dan sedih saat kehilangan. Langit tidak memiliki seseorang yang dapat membantunya menghilangkan kesedihan yang dialami. Meski nenek sering peduli padanya, namun ia merasa nenek tidak dapat membantunya keluar dari siksaan ayah. Nenek juga masih sibuk mengurusi anak-anaknya yang masih kecil. Di sekolah Langit pun tidak memiliki teman dekat. Ia tidak memiliki kesempatan untuk menjalin pertemanan dengan anak seusianya karena diharuskan ayah untuk bekerja. c. Attachment Behavioral System Attachment behavioral system merupakan suatu rangkaian perilaku khusus yang digunakan individu. Tujuan attachment behavioral system adalah untuk mencapai kedekatan antara orang tua dan anak, meningkatkan perlindungan, dan kelangsungan hidupnya. Langit berusaha mendekat pada ayahnya bukan untuk mendapatkan perlindungan dan rasa aman melainkan untuk menerima berbagai suruhan dan perintah ayah yang ditimpakan padanya. Langit tidak pernah melakukan perlawanan. Sikap tersebut malah akan menambah siksaan yang akan diterimanya. Langit sudah pasrah terhadap apapun yang akan ia terima dari ayah. 3. Attachment Style pada Anak Menurut Main dan Solomon, rasa dilema atau kebingungan yang dihadapi anak untuk mengetahui bagaimana seharusnya berkelakuan pada pengasuh yang memenuhi kebutuhan attachment-nya dengan memberi siksaan abusing akan membentuk pola disorganized attachment. Anak dengan pola attachment seperti ini jika sedang bersama pengasuh akan membeku dengan ekspresi kosong, Universitas Sumatera Utara bangkit saat pengasuh datang, jatuh ke lantai, dan teringat pada pengasuh saat berjauhan. Pola ini tampak pada Langit saat ia merasa bingung harus mengambil tindakan apa yang akan sesuai dengan kehendak ayah. Langit juga terus merasa cemas dan gelisah saat akan berhadapan dengan ayah meski ia tidak melakukan kesalahan. Langit sebisa mungkin membuat ayah tidak marah agar dirinya bebas dari pukulan, cambukan, atau tendangan. Meski ia tidak melakukan sesuatu yang membuat ayah marah, Langit seringkali tetap menjadi sasaran kekerasan ayah. Langit akhirnya tidak tahu harus berperilaku seperti apa untuk memberhentikan siksaan dari ayah. B. Attachment Masa Dewasa 1. Dimensi Attachment a. Internal Working Model of Self Bagian positif diri menjelaskan perasaan bahwa diri bernilai dan berharap orang lain merespon individu secara positif, begitu juga sebaliknya Bortholomew dan Horowitz dalam Pervin, dkk, 2005. Pengalaman tidak menyenangkan yang dialami Langit saat ia masih kecil membuat Langit menilai dirinya tidak berharga. Masa kecilnya hanya dihabiskan untuk mematuhi semua perintah ayah meskipun berat untuk dilakukannya. Penghargaan yang rendah pada diri Langit juga berlanjut saat ia telah bebas dari siksaan ayah. Langit merasa dirinya sebatang kara saat ia harus mengais rezeki di terminal. Demi mengisi perut, Langit dengan giat bekerja membersihkan angkutan-angkutan yang keluar masuk terminal setiap harinya. Langit merasa tidak ada seorang pun yang dapat membantunya. Banyak Universitas Sumatera Utara orang yang sekedar memberi simpati padanya, ia merasa hal tersebut mereka lakukan karena menganggap dirinya bagian dari gelandangan yang tidak memiliki sanak saudara. Internal working model of self yang negatif terinternalisasi dalam diri Langit. Penilaian diri Langit kemudian mengalami perubahan saat ia beranjak dewasa. Seorang supir yang membantu Langit keluar dari kehidupan terminal membawanya pada keluarga harmonis yang menganggapnya seperti anak mereka sendiri. Langit yang mendapat rasa sayang dan perhatian lebih dari keluarga Amri menganggap dirinya lebih berharga. Langit merasa dirinya sebagai seorang yang jujur dan giat bekerja sehingga keluarga Amri senang dan berbuat baik padanya. Saat Langit berpisah dari keluarga Amri dan tinggal bersama keluarga Misran, ia juga merasa dirinya seorang yang dermawan dan prososial. Langit tidak segan membantu keluarga ini saat mereka sedang kesusahan. Langit mengingat bahwa dirinya bisa sampai seperti saat itu juga berkat orang lain yang membantunya. Langit pun merasa banyak orang lain yang senang bergaul dengannya. Sikapnya yang jujur tetap dipertahankannya dimana pun ia berada. Ketika menjalin hubungan percintaan dengan Nisa, Langit menyadari adanya perbedaan yang kontras di antara mereka berdua. Berkat dukungan dan penerimaan positif dari Nisa terhadap latar belakang keluarga dan kondisi keuangannya, ia pun mantap meneruskan hubungan dan memutuskan untuk meminang Nisa menjadi teman seumur hidupnya. Nisa pun tidak ingin menikah dengan laki-laki lain selain dirinya. Langit merasa bernilai dan berharga di mata Universitas Sumatera Utara Nisa. Maka Langit pun memiliki kekuatan besar untuk menentang keputusan ayah Nisa yang tidak memberi restu pada hubungan mereka. b. Internal Working Model of Others Bagian positif orang lain menjelaskan harapan bahwa orang lain akan ada dan mendukung, serta menjalin kedekatan dengan diri mereka Bortholomew dan Horowitz dalam Pervin, dkk, 2005. Setelah diterima di keluarga Amri dan diperlakukan layaknya anak kandung mereka sendiri, Langit merasa memiliki keluarga seutuhnya. Ia menganggap bapak dan ibu Amri seperti orang tuanya sendiri. Kasih sayang dan perhatian yang mereka berikan tidak pernah ia terima sebelumnya. Keluarga Amri menyenangi Langit karena memiliki perangai baik. Langit juga kembali disekolahkan dengan paket khusus. Bapak Amri juga memberikan kepercayaan penuh pada Langit untuk mengelola usaha tokonya. Maka Langit merasa keluarga Amri selalu memberikan dukungan, perlindungan, dan kedekatan yang sangat berarti padanya. Keluarga Amri juga melarangnya tinggal bersama orang lain dan menetap disana. Bahkan saat keluarga ini pindah ke Pulau Jawa, Langit pun diajak turut serta. Perpisahan Langit dengan keluarga Amri tidak mengisahkan rasa kehilangan yang mendalam karena ia mendapat tawaran tempat tinggal dari keluarga Misran. Langit merasa bantuan dari keluarga Misran tidak membuatnya merasa sebatang kara. Ada orang lain yang peduli padanya. Misran dan istrinya juga menganggap Langit sebagai bagian dari keluarga mereka. Kepedulian orang lain terhadap dirinya membuat pergeseran internal working of others yang dulunya negatif menjadi positif di masa dewasa. Universitas Sumatera Utara Hal ini juga ia rasakan ketika menjalin hubungan dengan Nisa. Nisa begitu perhatian dan memberikan kasih sayang yang begitu berarti bagi dirinya hingga saat ini. Nisa dengan latar belakang ekonomi berada dengan ikhlas menerima Langit dengan segala kondisinya. Langit pun bertekad untuk melakukan apapun untuk membahagiakan Nisa. Penilaian Langit terhadap orang lain kembali menjadi negatif saat ia berhadapan dengan ayah Nisa yang tidak merestuinya menjadi suami putrinya tersebut. Ayah Nisa yang tidak yakin Langit dapat membahagiakan putrinya sempat mengguncangnya. Ia pun kembali dipenuhi pikiran-pikiran yang menganggap dirinya hanya seorang gelandangan, miskin, dan tidak pantas menjadi suami Nisa. Nisa lah yang kemudian kembali menguatkan Langit untuk berani menikahinya. Menurut Bartholomew Horowitz, dimensi internal working diri dan orang lain yang berujung positif atau negatif membentuk suatu pola attachment. Langit memiliki internal working model of self dan internal working model of others yang positif saat ia menerima dukungan dan perhatian dari keluarga yang membantunya. Hal ini juga ia rasakan saat bertemu dengan Nisa. Langit merasa nyaman dengan kedekatan yang mereka bina dan merasa lebih mandiri. Menurut Bortholomew dan Horowitz, pola seperti ini disebut secure. Internal working model of others kembali mengarah negatif saat ia berhadapan dengan ayah Nisa. Namun Langit tetap memiliki internal working of self yang positif karena ia yakin dapat membahagiakan Nisa. Saat itu, pola attachment yang terjalin dalam hubungan Langit dan ayah Nisa termasuk dalam Universitas Sumatera Utara pola dismissing. Bortholomew dan Horowitz menjelaskan dalam pola ini terdapat adanya penolakan kedekatang dari orang lain dan ketergantungan yang bertentangan counter dependent. B. Pola Adult Attachment Close Relationship Pada masa dewasa, individu akan membentuk suatu pola yang sistematis dari harapan, emosi, dan perilaku hubungan dengan pasangan kekasih yang dihasilkan dari pengalaman attachment sebelumnya Frales, Saver, Mikulincer, dalam Shaver Mikulincer, 2004. Hubungan Langit dan Nisa berjalan baik hingga mereka menikah dan memiliki lima orang anak. Sepanjang perjalanannya, Nisa selalu mendukung Langit untuk terus mengembangkan usahanya untuk menghidupi keluarga. Berbagai usaha dan pekerjaan dijalani Langit dan tidak jarang mengalami pasang surut. Bersama istrinya, Langit tidak menyerah melakukan pekerjaan apapun sehingga dapat menafkahi keluarganya. Saat ini usahanya sudah tampak membuahkan hasil, usaha toko ponsel dan air minum isi ulangnya memiliki banyak pelanggan. Langit dan Nisa saling mempercayai. Langit merasa dirinya adalah seorang yang memiliki komitmen tinggi dan setia pada keluarganya. Tidak ada terbersit dalam pikirannya untuk mencari pengganti atau berpisah dengan Nisa. Bagi Langit, sangat besar arti istrinya dalam menghidupi keluarga. Segala kesusahan hingga kesenangan pernah mereka kecap bersama. Langit juga tidak pernah berpikir buruk tentang Nisa. Meski di awal pernikahan ia belum dapat membahagiakan istrinya seperti yang dilakukan orang Universitas Sumatera Utara tua Nisa, ia yakin istrinya akan terus bersamanya. Demi menjalankan usaha mereka, seringkali pasangan suami istri ini harus bepergian ke tempat yang berbeda untuk melakukan demo promosi produk air minum mereka. Langit dan Nisa pun merasa tidak merasa khawatir atau cemas dengan kondisi seperti itu. Kepercayaan yang tinggi telah mereka bangun dari awal pernikahan. Menurut Bortholomew Horowitz dalam Shaver dan Mikulincer, 2004, keadaan seperti ini menggambarkan bahwa individu merasa aman atau memiliki rasa aman yang kuat dan dikelompokkan dalam secure attachment style. B. Child Abuse 1. Bentuk Child Abuse a. Physical Abuse Tower 2003 mengemukakan bahwa kekerasan yang menyebabkan luka- luka di seluruh tubuh melalui pukulan, gigitan, tendangan, dan pembakaran termasuk bentuk kekerasan fisik atau physical abuse. Langit mengalami physical abuse semasa kecilnya dalam bentuk tendangan, pukulan, cambukan ekor ikan pari, bahkan direndam di dalam sumur yang penuh pestisida. Sekujur tubuh Langit mengalami luka berdarah dan memar. Langit sering mendapat tendangan di bagian dada dan jatuh tersungkur. b. Emotional Abuse Garbarino, dan kolega dalam Tower, 2003 memisahkan emotional abuse dalam dua bagian, yaitu emotionalpsychological abuse meliputi serangan verbal atau emosional, ancaman membahayakan, atau kurungan tertutup dan Universitas Sumatera Utara emotionalpsycological neglect meliputi pengasuhan yang tidak cukup, kurang kasih-sayang, menolak memberikan perawatan yang cukup, atau dengan sengaja membiarkan perilaku maladaptif seperti kejahatan atau penggunaan obat-obatan. Dalam hal ini Langit selalu mendapat bentakan, perintah kasar, dan makian dari ayah terhadap dirinya. Ayah juga sering membuat ancaman-ancaman seperti tidak membolehkan pulang ke rumah atau harus mencapai target harga jual yang ditetapkannya. Amarah ayah tidak henti-hentinya melanda Langit. Bentuk lain dari emotional maltreatment yang dialami Langit menurut Garbarino dan kolega dalam Tower, 2003 antara lain: 1. Tidak mendapat pengakuan dari ayah dan ibunya sebagai seseorang yang berharga bagi mereka dan memenuhi kebutuhannya sebagai seorang anak seperti pangan, sandang, dan tempat berlindung yang aman baginya. Orang tua Langit dalam hal ini melakukan rejecting. 2. Langit juga tidak dibolehkan bersekolah dan pergi mengaji. Bahkan Langit tidak memiliki kesempatan menjalin pertemanan dengan teman sebayanya. Ia selalu merasa sendirian dan tidak dapat melakukan kontak dengan orang lain. Perilaku orang dewasa yang memisahkan anak dari pengalaman sosial normal, mencegah anak membentuk persahabatan, dan membuat anak yakin bahwa ia sendirian di dunia ini termasuk dalam bentuk isolating. 3. Langit sering merasa takut dengan ancaman-ancaman yang dilontarkan ayah padanya. Perintah ayah untuk berjualan di pasar tengah malam membuatnya terbangun dari tidur dan langsung bergegas pergi menembus Universitas Sumatera Utara malam. Ayah juga sering mengeluarkan kata-kata makian kasar yang menyebut Langit sebagai anak setan dan tidak tahu diri. Abuse seperti ini dikategorikan menjadi bentuk terrorizing yang merupakan salah satu serangan secara verbal pada anak, menciptakan suasana takut, mendesak dan menakuti anak, dan meyakini anak bahwa dunia berubah-ubah dan bermusuhan. c. Neglect Depanfilis dan koleganya dalam Tower, 2003 menyebutkan bahwa neglect sebagai tindakan kelalaian yang dibagi menjadi tiga kategori, yakni physical neglect, educational neglect, dan emotional neglect. Sedangkan Zuravia dan Taylor membagi neglect menjadi delapan bentuk kelalaian orang tua dalam hal: a. physical health care, merupakan kegagalan memberi atau menolak menyediakan kebutuhan fisik. Ayah dan ibu Langit terlalu peduli dengan ketersediaan makanan yang cukup baginya. Ibu hanya menyediakan makanan sebelum ia berangkat ke pasar untuk seluruh anggota keluarga dan tidak pernah menanyakan apakah Langit sudah makan atau belum. Ayah bahkan pernah melarangnya untuk makan sebelum menyelesaikan pekerjaan yang diperintahkannya. Langit memiliki pakaian lusuh dan seadanya. Ayah tidak pernah membelikan pakaian untuknya. Sekali waktu nenek membelikannya baju dari penjual pakaian bekas. b. mental health care, gagal atau menolak untuk memenuhi kebutuhan psikis. Abuse yang selalu diterima Langit dari ayah tirinya membuat hubungan Universitas Sumatera Utara keduanya tidak menyenangkan. Langit tidak pernah merasakan sosok ayah yang mendukung dan memberi kasih sayang pada anaknya. Begitu pula halnya dengan ibu yang sepanjang hari berada di luar rumah dan tidak begitu perhatian pada keadaan Langit. Langit dan ibu jarang menghabiskan waktu bersama. Malam hari saat ibu sudah berada di rumah adalah waktu saat istirahat baginya. c. supervision, pengawasan yang tidak cukup di dalam dan luar rumah. Kedua orang tua Langit tidak pernah peduli dengan apa yang Langit lakukan. Saat Langit harus berjalan sendiri dalam gelap dan dinginnya malam sambil memikul tebu dan sayuran untuk tiba di pasar, pergi ke hutan sendirian mencari kayu bakar, atau ketika menggunakan parang untuk membersihkan rumput di ladang, tidak pernah ada orangtuanya merasa khawatir untuk memantau Langit. d. personal hygiene, tidak menjaga pribadi anak dan kebersihan pakaian, serta bebas dari kotoran. Langit selalu mengurusi sendiri kebutuhan pribadinya. Langit sering tampak lusuh dan kotor dibandingkan dengan anak-anak lain. Universitas Sumatera Utara

B. PARTISIPAN II 1. Identitas