Hasil Observasi PARTISIPAN II 1. Identitas

3. Hasil Observasi

Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti dan Tegar beberapa kali mengadakan pertemuan untuk membina rapport dan mengatur jadwal wawancara. Pertemuan berlangsung di rumah orang tua Tegar. Ibu Tegar mempersilahkan peneliti untuk duduk di ruang tamu mereka yang kira-kira berukuran 2 x 3 meter. Di ruang tamu terdapat dua buah kursi bambu panjang dan sebuah meja tempat biasa peneliti dan Tegar duduk dan berbicara. Di salah satu sudut ruang tamu terdapat sebuah mesin jahit dan mesin bordir. Alat ini biasa digunakan ibu untuk menjahit pesanan pakaian dari para pelanggannya. Di sekeliling mesin jahit tampak tumpukan kain yang sudah dipotong dan sisa-sisa jahitan. Benang, gunting, dan peralatan jahit lainnya mengisi setengah ruang tamu tersebut. Dari ruang tamu, peneliti dapat melihat ruang keluarga kecil yang terletak agak menjorok ke bagian belakang rumah. Tegar merupakan sosok pemuda dengan tinggi badan berkisar 165 cm dan bobot 65 kilogram. Ia berkulit putih, bermata sipit, dan memiliki rambut ikal. Seringkali dalam tiap pertemuan Tegar menggunakan baju kaos lengan pendek dan celana di bawah lutut. Di tengah perbincangan, ia meminta izin pada peneliti untuk menjawab pertanyaan sambil merokok. Tegar cukup kooperatif dengan peneliti. Tegar orang yang tepat waktu. Ia selalu menunggu peneliti di tempat yang sudah dijanjikan. Peneliti selalu menanyakan pada Tegar dimana tempat yang membuatnya nyaman bercerita dan Tegar selalu menyerahkan semuanya pada peneliti. Universitas Sumatera Utara Wawancara pertama berlangsung di rumah orang tua Tegar. Ibu Tegar terlihat antusias saat melihat kedatangan peneliti. Ia membuatkan minuman untuk peneliti dan Tegar serta ikut bergabung dalam pembicaraan. Tidak jarang, ibu Tegar ikut menimpali jawaban Tegar yang berhubungan dengan perilaku suaminya ayah Tegar. Ibu juga sempat mencurahkan perasaannya atas sikap suaminya selama membina rumah tangga. Ia merasa apa yang telah dilakukannya selama ini bernilai salah di mata suaminya. Sesekali ibu menitikkan air mata ketika bercerita. Ia juga sempat mengungkapkan penyesalan telah menikah dengan pria seperti suaminya. Menurutnya, pernikahannya adalah hasil perjodohan orang tuanya yang tidak didasarkan rasa cinta. Tegar hanya diam sambil menghabiskan rokoknya ketika mendengarkan cerita ibu. Ia tidak ikut menambahi ataupun menjelaskan kembali apa yang diceritakan oleh ibu. Tegar hanya menunduk ke lantai ataupun melihat asbak rokok di depannya. Jika peneliti mulai bertanya lagi, barulah Tegar kembali berbicara. Peneliti memutuskan untuk melakukan wawancara di luar rumah agar data-data yang dikumpulkan lebih komprehensif dan jauh dari pengaruh orang lain. Sikap antusias ibu Tegar untuk ikut dalam perbincangan peneliti dan Tegar dapat mempengaruhi jalannya wawancara. Maka peneliti memutuskan untuk menjumpai Tegar di warung makan atas persetujuan dirinya terlebih dahulu. Seringkali pertemuan dilakukan pada sore dan malam hari. Kesibukan Tegar bekerja sampai jam lima sore membuat peneliti hanya dapat menemuinya setelah jam tersebut. Tegar seringkali berkata bahwa ia jarang dapat bercerita Universitas Sumatera Utara tentang keadaannya seperti yang dilakukannya pada peneliti. Berulang kali Tegar mengatakan bahwa ia selalu meminta pendapat dan berbagi cerita dengan orang yang lebih tua darinya. Intonasi suara Tegar cukup jelas. Saat menceritakan tindakan kekerasan yang dilakukan ayah pada dirinya dan saudara-saudaranya, suaranya meninggi dan menunjuk bagian-bagian tubuhnya yang terkena pukulan ayah. Tegar sering tersenyum dan tertawa kecil saat menceritakan hubungannya dengan para mantan kekasihnya. Tegar sering menggunakan kata ’dia’ untuk menyebutkan ayahnya dan ’orang tua’ untuk menyebut ibu. Tegar juga sering menyebutkan kata-kata ’ibaratnya’, ’sementara’, ’akhirnya’, dan ’kan gitu’.

4. Hasil Analisa Wawancara