2. Attachment pada Masa Anak-anak A. Proses Attachment
Interaksi yang intens antara ibu dan anak biasanya dimulai saat proses pemberian ASI air susu ibu. Melalui proses pemberian ASI diharapkan akan
berkembang attachment dan attachment behavior karena dalam proses ini terjadi kontak fisik yang disertai upaya untuk membangun hubungan psikologis antara
ibu dan anak. Berkaitan dengan attachment behavior, Ainsworth dalam Papalia dan Old, 1986 menyebutkan ada mekanisme yang disebut dengan “working
model” atau istilah Bowlby disebut dengan “internal working model”. Menurut Bowlby dalam Shaver Mikulincer, 2004, manusia dilahirkan
dengan suatu innate psychobiological system the attachment behavioral system yang mendorong mereka untuk mendekat dengan sifnificant others figur lekat
pada waktu dibutuhkan. Tujuan sistem ini adalah pencapaian seutuhnya atau mendapat perlindungan dan rasa aman. Sistem ini akan diaktivasi saat ancaman
secara nyata atau berpotensi pada rasa aman individu. Individu secara otomatis cenderung mencari perlindungan dan kenyamanan pada figur lekat nyata atau
menginternalisasikan representasi mereka, dan mempertahankan attachment baik secara nyata atau simbolik dengan figur tersebut hingga tahap perlindungan dan
keamanan dicapai. Berdasarkan kualitas hubungan anak dengan pengasuh, maka anak akan
mengembangkan konstruksi mental atau internal working model mengenai diri self dan orang lain others yang akan menjadi prototip dalam hubungan sosial
Universitas Sumatera Utara
Bowlby dalam Pervin et al., 2005. Bolwby dalam Shaver Mikulincer, 2004 menyatakan bahwa tidak ada orang di usia berapapun secara sempurna bebas dari
ketergantungan dengan orang lain secara nyata dan bahwa sistem attachment akan tetap aktif dalam seluruh rentang kehidupan.
Mc Cartney Dearing 2002 menyatakan bahwa pengalaman awal akan menggiring dan menentukan perilaku dan perasaan melalui internal working
model. Adapun penjelasan mengenai konsep ini adalah, “Internal” : karena disimpan dalam pikiran; “working” : karena membimbing persepsi dan perilaku
dan “model” : karena mencerminkan representasi kognitif dari pengalaman dalam membina hubungan. Anak akan menyimpan pengetahuannya mengenai suatu
hubungan, khususnya pengetahuan mengenai keamanan dan bahaya. Model ini selanjutnya akan menggiring mereka dalam interaksi di masa yang akan datang.
Interaksi interpersonal dihasilkan dan diinterpretasikan berdasarkan gambaran mental yang dimiliki seorang anak.
Konsep working model selanjutnya dikembangkan oleh Collins dan Read dalam Ervika, 2005 yang terdiri dari empat komponen yang saling berhubungan,
yaitu; a Memori tentang kelekatan yang dihubungkan dengan pengalaman
b Kepercayaan, sikap, dan harapan mengenai diri dan orang lain yang dihubungkan dengan attachment
c Attachment dihubungkan dengan tujuan dan kebutuhan goal and needs d Strategi dan rencana yang diasosiasikan dengan pencapaian tujuan
attachment
Universitas Sumatera Utara
Model ini diasumsikan bekerja di luar pengalaman sadar Mc Cartney Dearing, 2002. Pengetahuan anak didapatkannya dari interaksi dengan pengasuh,
khususnya ibu. Anak yang memiliki orang tua yang mencintai dan dapat memenuhi kebutuhannya akan mengembangkan model hubungan yang positif
yang didasarkan pada rasa percaya trust. Selanjutnya secara simultan anak akan mengembangkan model yang paralel dalam dirinya. Anak dengan orang tua yang
mencintai akan memandang dirinya “berharga”. Model ini selanjutnya akan digeneralisasikan anak dari orang tua pada orang lain. Sebaliknya anak yang
memiliki pengasuh yang tidak menyenangkan akan mengembangkan kecurigaan mistrust dan tumbuh sebagai anak yang pencemas dan kurang mampu menjalin
hubungan sosial. Menurut Bowlby dalam Shaver Mikulincer, 2004 internal working
model dan figur lekat saling melengkapi serta saling menggambarkan dua sisi hubungan tersebut. Anak yang diasuh dengan kehangatan, sensitifitas, dan
responsifitas akan mengembangkan internal working model yang positif pada orang tua dan diri sendiri. Internal working model merupakan hasil interpretasi
pengalaman secara terus-menerus dan interaksinya dengan figur lekat. Ada dua faktor yang dapat meningkatkan kestabilan internal working
model, yaitu : 1 Familiar, yaitu pola interaksi yang berulang, cenderung akan menjadi
kebiasaan yang terjadi secara otomatis 2 Dyadic Pattern, merupakan pola yang timbal balik dan cenderung akan
mengubah pola individual karena harapan yang timbal balik
Universitas Sumatera Utara
memerintahkan masing-masing pasangan untuk mengartikan perilaku pihak
lainnya. Bowlby juga menjelaskan pentingnya perbedaan individu dalam
keberfungsian sistem attachment bergantung pada availability, responsiveness, dan supportiveness dari figur lekat pada waktu yang dibutuhkan. Interaksi dengan
figur lekat yang available dan responsiveness dapat memudahkan sistem attachment berfungsi optimal dan mengembangkan sense of attachment security –
perasaan bahwa dunia pada dasarnya merupakan tempat yang aman, figur lekat pada umumnya membantu dan berguna saat dibutuhkan, dan memungkinkan
menjelajahi lingkungan dan menjalin hubungan dengan orang lain. Sebaliknya, jika figur lekat tidak dipercaya available dan suportif, rasa aman menjadi tidak
diperoleh. Individu mengalami keraguan dengan self efficacy dan tujuan orang lain.
Working model diri dan orang lain dilihat oleh Bowlby sebagai faktor penyebab utama kelancaran antara pengalaman attachment awal dengan kognitif,
perasaan, dan perilaku dalam hubungan selanjutnya. Memberi sebuah pola yang hampir konsisten dari interaksi dengan figur attachment selama masa kanak-
kanak dan remaja, sebagian besar representatif atau bentuk dasar working models dari interaksi ini mengeras dan menjadi bagian pengetahuan individu yang harus
diikuti kemudian. Seperti skema mental lainnya, sebagian besar working model yang diperoleh secara kronis menjadi inti dari karakteristik kepribadian,
cenderung diaplikasikan dalam situasi dan hubungan baru, dan mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
fungsi sistem attachment pada umumnya dan rangkaian interaksi sosial serta close relationship berikutnya.
B. Aspek Attachment Menurut Cassidy dalam Wilson dan Daveport, 2003, Bowlby
membedakan tiga aspek attachment menjadi: a. Attachment Behavior
Attachment behavior atau perilaku attachment adalah tindakan untuk meningkatkan kedekatan pada figur lekat. Anak akan membuat kontak mata,
menangis, atau membuat gesture sikap tubuh sebagai cara untuk mendekati orang tua mereka.
b. Attachment Bond Attachment bond merupakan suatu ikatan afeksi; ikatan ini bukan diantara
dua orang, namun suatu ikatan yang dimiliki seorang individu terhadap individu lainnya yang dirasa lebih kuat dan bijaksana. Individu dapat melekat pada
seseorang yang tidak terikat dengannya. Affectional bonds yaitu ikatan yang secara relative kekal dimana pasangan merupakan seseorang yang unik dan tidak
dapat tergantikan oleh orang lain. Hubungan ini ditandai dengan adanya kebutuhan untuk mempertahankan kedekatan, distress yang tidak dapat dipahami
saat perpisahan, senang atau gembira saat bertemu, dan sedih saat kehilangan. Ikatan ibu-anak, ayah-anak, pasangan seksual, dan hubungan saudara kandung
serta teman dekat adalah contoh affectional bonds. Hubungan ini digerakkan oleh
Universitas Sumatera Utara
sistem perilaku tambahan, seperti reproduktif, pengasuhan, dan sociable system Ainsworth, Greenberg, Marvin dalam Lemme, 1995.
c. Attachment Behavioral System Attachment behavioral system merupakan suatu rangkaian perilaku khusus
yang digunakan individu. Bowlby melihat bahwa attachment berakar dalam sebuah sistem yang disebut dengan attachment behavioral system yang ia yakini
berkembang secara universal di semua spesies. Tujuan attachment system adalah untuk mencapai kedekatan antara orang tua dan anak, meningkatkan perlindungan
dan kelangsungan hidupnya. Bowlby berpendapat bahwa attachment behavioral system memberikan sebuah fungsi evolusioner karena dapat menyarankan
perlindungan anak yang bergantung pada orang dewasa demi keselamatan. Bowlby juga menyatakan bahwa terdapat dua behavioral system lainnya
yang berinteraksi dengan attachment behavioral system. Pertama adalah exploratory behavioral system yang meningkatkan kelangsungan hidup karena
rasa ingin tahu membantu anak untuk belajar dan beradaptasi pada lingkungan mereka. Sistem ini mengurangi perilaku attachment. Kedua, fear behavioral
system menunjukkan keamanan dan sebagai hasilnya, membentuk sistem attachment.
Cassidy menjelaskan beberapa hal mengenai teori attachment yaitu: 1.
Affectional bond hanya mengutamakan hubungan orang tua dan anak 2.
Anak akan mendemonstrasikan perilaku attachment dengan seorang yang tidak berada dalam attachment bond.
Universitas Sumatera Utara
3. Anak mengalami multiple attachment tapi kualitas affectional bond
berbeda di masing-masing hubungan. Kualitas ikatan bond dipengaruhi oleh jumlah interaksi, kualitas pemberian kasih sayang, dan emosional
yang ditanamkan oleh pengasuh.
C. Pola Attachment pada Anak Pola attachment dikelompokkan berdasarkan hasil penelitian Mary
Ainsworth dengan menggunakan Strange Situation SS. Ainsworth membagi dalam tiga pola menjadi secure, avoidant, dan resistant atau ambivalent
attachment. Kemudian Main dan Solomon menambahkan kategori keeempat yaitu disorganizeddisoriented attachment.
a. Pola Secure Attachment Anak dengan pola secure attachment menunjukkan distress pada saat
ditinggalkan pengasuh dan ketika bertemu kembali, pengasuh dan anak terlihat senang melihat satu dan lainnya serta langsung memulai berinteraksi.
Karakteristik interaksi orang tua dan anak dalam pola ini antara lain: 1.
Komunikasi pengasuh dan anak terlihat hangat dan sensitif. Anak tidak kelihatan takut untuk menunjukkan rasa marah.
2. Pengasuh membolehkan autonomi sesuai dengan usia dan kesempatan
untuk bereksplorasi. Terdapat fleksibilitas dalam kedekatan: anak dan pengasuh beraktifitas secara independen dan saling bersentuhan satu dan
lainnya dari waktu ke waktu.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengasuh terlihat memiliki pandangan yang logis mengenai attachment
dan mengetahui pentingnya hal tersebut bagi anak. 4.
Pengasuh dan anak terlihat senang dalam berinteraksi. b. Pola Avoidant Attachment
Anak dengan pola avoidant terus-menerus menunjukkan tanda-tanda psikologis adanya kecemasan. Anak sering menghindar dari pengasuh. Pengasuh
juga tidak terlalu memperhatikan anak dan lebih fokus dengan situasi sekitar. Strategi untuk menarik diri dari pengasuh meskipun psychological arousal
menyarankan anak untuk berusaha meniadakan perasaan-perasaan tidak aman dengan fokus pada objek sekitar.
Beberapa karakteristik hubungan antara orang tua dan anak dalam pola ini antara lain:
1. Pengasuh merespon secara negatif saat anak berusaha membuat kontak:
pengasuh menghindar saat anak merasa sedih. 2.
Pengasuh terlihat menunjukkan perilaku menolak rejecting pada anak. 3.
Anak lebih menunjukkan rasa marah di rumah 4.
Perilaku bermain menunjukkan adanya gangguan dari kebutuhan- kebutuhan attachment.
c. Pola Resistant atau Ambivalent Attachment Anak terlihat sangat lengket dengan pengasuh karena pengalamannya yang
sebentar-sebentar ditinggal oleh pengasuh. Namun begitu, anak tidak terlihat tenang dengan hadirnya pengasuh, malahan tampak marah dan pasif.
Beberapa bentuk hubungan orang tua dan anak pada pola ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Pengasuh terlihat melakukan tugas mengasuhnya namun sering tidak
tampak secara emosional. 2.
Anak mempelajari bahwa pengasuhnya mampu berespon jika ia terus memperlihatkan perhatian sehingga anak tetap berada dalam jarak yang
dekat dengan pengasuh. 3.
Beberapa anak berhati-hati terhadap orang tua mereka seperti jalan untuk membentuk interaksi.
d. Disorganizeddisoriented Attachment Dengan adanya kehadiran pengasuh, anak dengan pola attachment seperti
ini akan: 1
Membeku dengan ekspresi kosong 2
Bangkit saat pengasuh datang 3
Jatuh ke lantai 4
Teringat pada pengasuh saat jauh dari pengasuh Disorganized attachment umumnya berhubungan dengan sejarah child
abuse dan neglect. Disorganized attachment berasal dari rasa dilema atau kebingungan yang dihadapi anak untuk mengetahui bagaimana seharusnya
berkelakuan pada pengasuh yang memenuhi kebutuhan attachment anak dengan memberi siksaan abusing.
3. Attachment pada Masa Dewasa