tua Nisa karena melihat latar belakang keluarga Langit. Mereka pun memutuskan untuk kawin lari ke Rantau Prapat. Selang waktu kemudian, ibu Nisa merasa rindu
dengan putrinya dan memohon mereka untuk kembali ke rumah. Mertua Langit ini mengutus orang suruhan untuk mencari mereka agar pulang ke rumah.
Meski Langit sudah diterima dalam keluarga Nisa, hubungan Langit tidak berjalan mulus dengan ayah Nisa. Kerenggangan antara ayah Nisa dan Langit
kemudian berjalan baik. Berkat usaha pendekatan yang dilakukan Langit, ayah Nisa pun akhirnya menerima keberadaan Langit sebagai menantu. Langit yang
gigih dalam bekerja juga dapat membantu perekonomian keluarga Nisa yang pada saat itu mengalami kemerosotan.
Saat ini, Langit dan Nisa tengah menjalankan beberapa usaha sambil membesarkan anak-anak mereka yang telah beranjak dewasa. Langit selalu
berusaha bijaksana mengambil keputusan dalam bertindak terhadap anak- anaknya. Ia tidak ingin perlakuan yang pernah diterimanya dulu semasa kecil juga
menimpa anak-anaknya. Meski begitu, Langit juga tak memanjakan mereka. Ia akan bersikap tegas, bila memang dirasa anak-anaknya melakukan kesalahan.
3. Hasil Observasi
Langit memiliki tinggi sekitar 170 cm dan berat 70 kilogram. Sewaktu wawancara, laki-laki berkulit gelap ini selalu menggunakan kemeja lengan pendek
yang dipadu dengan celana panjang. Wawancara selalu berlangsung di rumah Langit. Rumah Langit yang terletak di tepi jalan raya merupakan tempat Langit
dan keluarganya tinggal sekaligus menjadi tempat usaha ponsel keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti dan Langit selalu melakukan wawancara di ruang tamu yang berukuran kira-kira 5 x 6 meter. Ruang tamu ini sebenarnya adalah area toko
ponsel. Ada beberapa buah etalase yang berisi beberapa buah ponsel, kartu, dan pernak-pernik pelengkap ponsel. Letak rumah di pinggir jalan raya menimbulkan
suara bising kendaraan yang lewat. Namun, hal ini tidak menimbulkan distorsi bagi Langit ketika menjawab pertanyaan dari peneliti.
Saat menjawab pertanyaan, Langit terlihat antusias. Suaranya besar dan jelas, apalagi saat menceritakan apa yang dialaminya ketika bersama ayah tiri.
Perlakuan abuse yang dialami Langit, ia ceritakan sambil sesekali menelan ludah dan menaikkan alis. Sesekali matanya juga menerawang ke depan. Saat
menjelaskan hal yang berhubungan dengan sosok ayah tiri, pupil mata Langit membesar. Ia terlihat lebih emosional. Langit merasa lebih rileks ketika bercerita
saat ia bersekolah dan perilaku anak-anaknya. Dalam wawancara dengan Langit, terkadang istri Langit, Nisa, ikut masuk
dalam percakapan. Meski lebih banyak diam dan memperhatikan suaminya saat bicara, sekali waktu ia ikut menimpali apa yang ia ketahui. Langit bersifat
kooperatif dengan peneliti. Ia fokus pada pertanyaan dan sering bertanya “apalagi?” yang dimaksudkan untuk menanyakan apa saja yang ingin peneliti
ketahui selanjutnya. Langit seringkali menegaskan bahwa kisah masa kecil yang ia alami
adalah fakta. Langit sering mengajak peneliti untuk berkunjung ke tempat dimana ia dulu menghabiskan masa kanak-kanak hingga remaja. Dikarenakan jarak yang
jauh dan masalah cuaca, Langit dan peneliti belum juga tiba di tempat yang
Universitas Sumatera Utara
dimaksud. Langit juga berulang kali menegaskan bahwa tiada anak yang paling menderita seperti dirinya.
Langit orang yang cukup komunikatif. Pertanyaan peneliti dijawab dengan jawaban yang panjang dan detil. Langit menyatakan dirinya dengan kata ganti
“saya”, “aku”, dan “awak”. Langit sering mengulang kata “apa” , “itu kan”, dan “ya kan”.
4. Hasil Wawancara