Attachment pada Masa Dewasa

1. Pengasuh terlihat melakukan tugas mengasuhnya namun sering tidak tampak secara emosional. 2. Anak mempelajari bahwa pengasuhnya mampu berespon jika ia terus memperlihatkan perhatian sehingga anak tetap berada dalam jarak yang dekat dengan pengasuh. 3. Beberapa anak berhati-hati terhadap orang tua mereka seperti jalan untuk membentuk interaksi. d. Disorganizeddisoriented Attachment Dengan adanya kehadiran pengasuh, anak dengan pola attachment seperti ini akan: 1 Membeku dengan ekspresi kosong 2 Bangkit saat pengasuh datang 3 Jatuh ke lantai 4 Teringat pada pengasuh saat jauh dari pengasuh Disorganized attachment umumnya berhubungan dengan sejarah child abuse dan neglect. Disorganized attachment berasal dari rasa dilema atau kebingungan yang dihadapi anak untuk mengetahui bagaimana seharusnya berkelakuan pada pengasuh yang memenuhi kebutuhan attachment anak dengan memberi siksaan abusing.

3. Attachment pada Masa Dewasa

A. Dimensi Attachment Universitas Sumatera Utara Mengikuti internal working model Bowlby, Bartholomew Horowitz dalam Pervin, Cervone, John, 2005 membagi dimensi attachment ke dalam dua bagian, yakni: a. internal working model of self Bagian positif diri menjelaskan perasaan bahwa diri bernilai dan berharap orang lain merespon individu secara positif. b. internal working model of others Bagian positif orang lain menjelaskan harapan bahwa orang lain akan ada dan mendukung, menjalin kedekatan dengan diri mereka. Masing-masing dimensi tersebut meliputi akhir yang positif dan negatif. Selanjutnya, dimensi ini dihubungkan dengan empat pola attachment seperti yang terdapat dalam gambar di bawah ini. Gambar 1. Bortholomew’s Dimensions of Self and Other Internal Working Models and Associated Attachment Patterns Sumber: Pervin, Cervone, John, 2005 Secure comfortable with intimacy and autonomy Preoccupied preoccupied with relationship Dismissing dismissing of intimacy; counter- dependent Fearful fearful of intimacy socially avoidant Positive Others Negative Self Positive Self Negative Other Universitas Sumatera Utara B. Pola Adult Attachment Close Relationship Penelitian ini melihat proses attachment pada individu dewasa. Peneliti attachment yang meneliti remaja dan dewasa fokus pada attachment style – pola sistematis dari harapan dan emosi, dan perilaku hubungan yang dihasilkan dari pengalaman attachment sebelumnya Frales, Saver, Mikulincer, dalam Shaver Mikulincer, 2004. Bortholomew Horowitz dalam Shaver Mikulincer, 2004 mengelompokkan attachment style pada dua bagian pada hubungan orang dewasa. Bagian attachment style tersebut adalah: a. Attachment Avoidant Style Menggambarkan tingkatan dimana individu tidak percaya kebaikan dari pasangannya dalam suatu hubungan, berusaha untuk mempertahankan kepercayaan diri, dan jarak emosional dari pasangan dan secara kronis menggunakan strategi deactivation untuk sejalan dengan attachment insecurity. b. Attachment Anxiety Style Menggambarkan tingkat dimana seorang individu cemas jika pasangan tidak ada saat dibutuhkan dan secara kronis menggunakan strategi hyperactivation. Individu biasanya menggunakan dua bentuk strategi dalam menghadapi situasi seperti ini. Strategi tersebut Mikulincer Shaver, dalam Shaver Mikulincer, 2004 meliputi: 1. Hyperactivation Yaitu usaha intens untuk memperoleh kedekatan dengan figur lekat dan memastikan perhatian dan dukungan mereka. Individu yang menggunakan strategi Universitas Sumatera Utara hyperactivation secara paksa mencari kedekatan dan perlindungan, menunjukkan hypersensitive jika ditolak atau diabaikan, dan cenderung mengalami personal deficiencies, dan mengancam hubungan. 2. Deactivation Deactivation merupakan kegagalan untuk bertindak mendekat. Individu yang menggunakan strategi ini cenderung memperbesar jarak dengan orang lain, mengalami kegelisahan dengan kedekatan, berusaha menguatkan diri, self reliance, dan menekan pikiran-pikiran dan ingatan buruk. Individu yang dinilai rendah dalam kedua attachment style tersebut dikatakan menjadi aman atau memiliki rasa aman yang kuat dan dikelompokkan dalam secure attachment style. C. Persamaan Attachment Masa Anak-anak dan Attachment Masa Dewasa Aplikasi teori attachment pada hubungan cinta romantis dikembangkan oleh Cindy Hazan dan Philip Shaver 1987, yang menegakkan bahwa gaya attachment yang berasal dari interaksi antara anak dan orang tua mempengaruhi hubungan ini dalam cara-cara penting. Mereka memandang bahwa cinta romantis merupakan sebuah proses biologis yang mengembangkan pencapaian attachment antara pasangan seksual dewasa yang akhirnya menjadi orang tua dari seorang anak yang membutuhkan pengasuhan mereka Hazan Shaver, dalam Lemme, 1995. Tabel di bawah ini menjelaskan kesamaan antara perilaku attachment pada anak dan cinta romantis orang dewasa. Tabel 1. Kesamaan perilaku attachment pada anak dengan cinta romantis orang dewasa Universitas Sumatera Utara Attachment Romantic Love Pembentukan dan kualitas attachment bergantung pada sensitivitas dan respon dari figur attachment. Cinta romantis meliputi suatu hasrat tinggi untuk tertarik pada pasangan baik nyata maupun dalam imajinasi dan timbale-balik. Perasaan senang dan sedih pada anak bergantung pada keberadaan dan respon dari figur attachment. Mood orang dewasa yang sedang mencintai bergantung pada persepsinya saat ini mengenai balasan atau penolakan dari pasangan. Jika hubungan attachment pada anak yang secure, ia akan merasa senang, memiliki batasan terhadap kesedihan, dan lebih berinteraksi pada lingkungan yang tidak dikenal, juga pada orang asing. Saat orang dewasa sedang jatuh cinta, mereka sering menyatakan perasaannya lebih tenang, tidak bimbang, tidak defensive, lebih kreatif dan spontan, dan lebih berani. Perilaku attachment meliputi: pemeliharaan kedekatan dan kontak – memeluk, menyentuh, membelai, mencium, mengayun-ayun, tersenyum, membuat kontak mata, mengikuti, dan lainnya. Cinta romantis orang dewasa diindikasikan oleh pelukan, sentuhan, belaian, ciuman, ayunan, senyuman, melakukan kontak mata, mengikuti, dan lain-lain. Perpisahan dengan figur attachment menyebabkan distress tinggi, ditandai dengan perilaku yang berlebihan, perhatian sebagai usaha untuk bertemu kembali, dan mengakibatkan keputus- asaan jika ternyata tidak memungkinkan untuk bertemu. Perpisahan yang tidak diinginkan dengan pasangan menyebabkan distress tinggi, berusaha untuk bersatu kembali, dan mengakibatkan kesedihan jika tidak memungkinkan untuk bersatu. Hasrat tinggi untuk saling bertemu dan bereaksi dengan figur attachment. Hasrat tinggi untuk berbagi penemuan, perasaan, pendapat, dan lainnya serta Universitas Sumatera Utara memberikan hadiah bagi pasangan kekasihnya. Anak mengoceh, ”menyanyi”, berbicara bahasa bayi, dan figur attachment berbicara dengan ”bahasa ibu”. Pasangan kekasih dewasa berbicara, bernyanyi, berbicara bahasa bayi, dan menggunakan nama seperti bayi sebagai wujud kasih sayang satu dengan yang lain. Shaver dan Hazan menyatakan bahwa pada dasarnya attachment behavioral system mendasari dua sistem lainnya yakni sistem pengasuhan dan seksualitas. Tabel di bawah ini menyimpulkan adanya hubungan antara attachment style, pengasuhan, dan seksualitas. Tabel 2. Hubungan Antara Attachment Style, Pengasuhan, Dan Seksualitas Attachment Style Pengasuhan Seksualitas Secure Memberi dan menerima perhatian dengan senang. Berusaha keras untuk saling dekat dan merasa senang. AnxiousAmbivalent Memberikan perhatian dalam pengorbanan diri, cara yang kompulsif, tidak merasa puas dengan perhatian yang diterima. Mencoba untuk memuaskan kebutuhan akan rasa aman dan cinta dengan kontak seksual. Avoidant Tidak mampu atau enggan untuk memberi atau menerima perhatian. Menjaga jarak emosional. Tidak memilih-milih. Universitas Sumatera Utara

B. CHILD ABUSE 1. Pengertian Child Abuse