Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kekerasan terhadap anak adalah segala bentuk perlakuan baik secara fisik maupun psikis yang
berakibat penderitaan pada anak.
2. Bentuk-Bentuk Child Abuse
Terdapat empat bentuk child abuse Tower, 2003: 1. Physical Abuse
Kekerasan yang menyebabkan luka-luka di seluruh tubuh melalui pukulan, gigitan, tendangan, dan pembakaran.
2. Sexual Abuse Aktivitas seksual yang melibatkan anak dan orang lain.
Menurut Child Abuse Prevention Act dalam Tower, 2003 sexual abuse meliput i: i mempekerjakan, menggunakan, membujuk, merangsang, mengajak, atau
memaksa anak untuk ikut dalam perilaku seksual secara nyata atau berupa rangsangan perilaku untuk tujuan menghasilkan gambaran visual dari perilaku
tersebut ii pemerkosaan, penganiayaan, prostitusi, atau bentuk lain dari eksploitasi
seksual pada anak, ataupun incest pada anak di bawah kondisi yang mengindikasikan bahwa kesehatan atau kesejahteraan anak dirugikan atau
terancam oleh hal-hal tersebut 3. Emotional Abuse
Meliputi tindakan abuse atau neglect yang menyebabkan gangguan perilaku, kognitif, emosional, atau mental Papalia, 2004. Garbarino, dan kolega
Universitas Sumatera Utara
dalam Tower, 2003 memisahkan emotional abuse dalam dua bagian, yaitu emotionalpsychological abuse meliputi serangan verbal atau emosional,
ancaman membahayakan, atau kurungan tertutup dan emotionalpsycological neglect meliputi pengasuhan yang tidak cukup, kurang kasih-sayang, menolak
memberikan perawatan yang cukup, atau dengan sengaja membiarkan perilaku maladaptif seperti kejahatan ata penggunaan obat-obatan.
Selanjutnya Garbarino, Guttman, dan Seeley dalam Tower, 2003 menyatakan bahwa emotional maltreatment atau yang disebut dengan
psychological maltreatment merupakan bentuk perilaku merusak secara fisik yang meliputi:
1 rejecting orang dewasa menolak untuk mengakui anak berharga dan memenuhi kebutuhan anak
2 isolating orang dewasa memisahkan anak dari pengalaman sosial normal, mencegah anak membentuk persahabatan, dan membuat anak yakin bahwa ia
sendirian di dunia ini 3 terrorizing orang dewasa menyerang anak secara verbal, menciptakan suasana
takut, mendesak dan menakuti anak, dan meyakini anak bahwa dunia berubah- ubah dan bermusuhan
4 ignoring orang dewasa menghilangkan stimulasi dan respon yang diperlukan sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan intelektual
5 corrupting orang dewasa ‘mis-socializes’ pada anak, memancing anak untuk melawan dalam perilaku yang merusak dan antisosial, menguatkan
Universitas Sumatera Utara
penyimpangan, dan membuat anak tidak mampu mengikuti aturan sosial pada umumnya
Tower 2003 mengemukakan bahwa psychological abuse merupakan perilaku merusak yang terus-menerus, berulang, dan tidak sesuai ataupun
berkurang esensinya, dan dapat mempengaruhi kemampuan atau proses mental anak yang meliputi inteligensi, ingatan, pengenalan, persepsi, perhatian, bahasa,
dan perkembangan moral. Sedangkan emotional abuse merupakan respon emosional yang terus-menerus, berulang, dan tidak sesuai terhadap ekspresi emosi
anak dan beriringan dengan perilaku ekspresif. 4. Neglect
Depanfilis dan koleganya dalam Tower, 2003 menyebutkan bahwa neglect sebagai tindakan kelalaian yang dibagi menjadi tiga kategori, yakni
physical neglect, educational neglect, dan emotional neglect. Sedangkan Zuravia dan Taylor membagi neglect menjadi delapan bentuk kelalaian orang tua dalam
hal: a. physical health care, gagal memberi atau menolak menyediakan kebutuhan
fisik b. mental health care, gagal atau menolak untuk memenuhi kebutuhan psikis
c. supervision, pengawasan yang tidak cukup di dalam dan luar rumah d. substitute child care, meninggalkan anak atau tidak kembali selama 48 jam
untuk memberikan perawatan e. housing hazard, tidak melindungi anak dari bahaya seperti obat-obatan atau
benda berbahaya
Universitas Sumatera Utara
f. household sanitation, tidak memastikan anak terlindung dari makanan basi, sampah, atau kotoran manusia, meliputi toilet yang tidak berfungsi, dan
sebagainya g. personal hygiene, tidak menjaga pribadi anak dan kebersihan pakaian, serta
bebas dari kotoran h. nutrition, gagal untuk memberikan makanan yang cukup dan teratur, serta tidak
melindungi anak dari makanan basi atau diet yang dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. PENDEKATAN KUALITATIF
Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 1996, mendefinisikan “pendekatan kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar individu tersebut secara
holistik. Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari
suatu keutuhan. Menurut Cassel dan Symon dalam Poerwandari, 2007, penelitian
kualitatif bersifat fleksibel, dimana kesesuaiannya tergantung dari tujuan penelitian. Meskipun demikian peneliti tetap mengikuti suatu pedoman, tetapi
bukan merupakan aturan kaku. Pendekatan ini lebih berorientasi pada “proses” penelitian daripada “hasil”. Moleong 1996 menyebutkan hal ini disebabkan oleh
hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses.
Alwasilah 2008 menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, perilaku responden dilihat dalam konteks tertentu dan pengaruh konteks terhadap tingkah
laku tersebut. Peneliti kualitatif lazimnya berkonsentrasi pada sejumlah orang atau situasi yang relatif sedikit dan perhatiannya terkuras habis-habisan pada analisis
kekhasan kelompok atau situasi itu saja. Setiap informasi, kejadian, perilaku,
Universitas Sumatera Utara