Kerangka Teori. Tinjauan Pustaka dan Kerangka teori 1. Tinjauan Pustaka.

Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar suku kata dengan kata yang lainnya, makna prase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Semantik dibagi atas semantik gramatikal dan semantik leksikal. Semantik gramatikal adalah penyelidikan makna bahasa dengan menekankan hubungan-hubungan dalam berbagai tataran gramatikal. Semantik leksikal adalah penyelidikan makna makna unsur-unsur kosa kata suatu bahasa pada umumnya. Siregar; 2006: 129. Dalam kamus bahasa Indonesia 1990: 548 semantik adalah 1 arti, makna 2 maksud pembicara dan penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk pembahasan.

1.4.2. Kerangka Teori.

Kerangka teori menurut Koentjaraningrat 1976 : 11 berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari alam abstrak ke alam konkrit. Suatu teori yang dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi batasan terhadap fakta-fakta konkrit yang tidak terbilang banyaknya dalam kenyataan kehidupan masyarakat yang harus diperhatikan Penelitian ini merupakan suatu analisis struktur kata youda, souda, dan rashii, dan makna apa yang terdapat dari masing-masing kata youda, souda, dan rashii . Sehingga untuk menganalis kata youda, souda, dan rashii dari struktur kata dan makna, maka penulis menggunakan pendekatan morfologi yang membahas tentang struktur kata dan semantik yang membahas tentang makna. Dari segi semantik, penelitian ini akan membahas tentang makna yang terdapat pada kata souda, youda dan rashii yang apa bila diterjelahkan kedalam bahasa Indonesia dapat berarti “kelihatannya”, atau “sepertinya”. Namun sebenarnya dalam bahasa Jepang memiliki perbedaan makna yang berbeda dalam setiap konteks Universitas Sumatera Utara kalimat. Penelitian ini juga akan membahas cara pemakain kata tersebut dalam kalimat bahasa Jepang.. Menurut Filisuf Jerman Wittgenstein 1830 dan 1858 ia berpendapat bahwa kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks, karena konteks itu selalu berubah dari waktu ke waktu. Makna tidak di luar kerangka pemakaiannya. Wittgenstein juga memberi nasehat: jangan menanyakan makna sebuah kata, tanyakanlah pemakaiannya. Lahirlah pengertian tentang makna: Makna sebuah ujaran ditentukan oleh pemakainya dalam masyarakat bahasa. Wittgenstein dalam J.D Parera 1990:18. Dari teori yang dikemukakan oleh Wittgenstein seperti diatas, maka sudah pasti kata souda, youda dan rashii memiliki perbedaan makna dan tidak digunakan dalam konteks yang sama. Untuk itu dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang makna yang ada dalam kata souda, youda dan rashii. Menurut Chaer 1994:59 makna itu terbagi dua yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut makna kamus jisho teki imi atau makna kata goi teki imi yang sesungguhnya sesuai dengan referensinnya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata sedangkan makna gramatikal yang dalam bahasa Jepang disebut makna kalimat bunpou teki imi yaitu makna yang muncul akibat dari proses gramatikal 1.5. Tujuan dan Manfaat penelitian 1.5.1. Tujuan penelitian