elemen SPT yang terisi atau tidak terisi serta beberapa rasio laporan keuangan wajib pajak yang mengindikasikan tingkat kepatuhan wajib pajak serta
terdapatnya potensi pajak yang dapat digali. Sistem dijalankan dengan penggunaan jaringan komputer yang telah tersedia. Penyempurnaan sistem
kriteria seleksi harus dibarengi dengan usaha pengumpulan data dan profile wajib pajak besar DR. Djazoeli Sadhani dalam Jurnal KIPAS, 1999:7.
D. Peran Teknologi Informasi
Pemanfaatan teknologi informasi mencakup dua aktivitas yang berkaitan, yaitu :
1. Pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronis.
2. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah
Negara http:www.klikpajak.com. Teknologi Informasi TI telah memungkinkan pengembangan
administrasi perpajakan. Satu hal yang terpenting adalah penggantian kertas SPT dengan yang sejenis secara elektronik. SPT elektronik itu dapat
digunakan untuk tambahan pembayaran pajak juga untuk klaim pengembalian pajak. Pemasukan SPT secara elektronik memungkinkan SPT yang telah
disiapkan oleh komputer dengan menggunakan perangkat lunak yang memadai untuk dikirimkan kepada petugas pajak dan diproses oleh mereka di
dalam formulir tersebut. Keuntungan utama terlihat dengan meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam proses assessment. Ditemukan bahwa tingkat
kesalahan dalam assessment SPT secara elekronis hanya 0,5 jika dibandingkan dengan tingkat kesalahan 15-17 dengan SPT manual.
Kesalahan sering terjadi dengan SPT manual karena petugas pajak harus memasukkan informasi ke dalam komputer Tim Subdit Verifikasi Dit. PPh
Ditjen Pajak dalam Jurnal KIPAS, 1999:4. Morris 1995 menyatakan bahwa untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas penggunaan teknologi, manusia
penggunanya harus memiliki kemampuan memilih data, memahami dan mengolahnya menjadi informasi. Kemampuan lain yang harus dimiliki adalah
intelektualitas dan pengalaman yang dapat mengubah informasi menjadi pengetahuan dan kebijaksanaan.
E. Struktur Organisasi
Sesuai dengan perkembangan kondisi lingkungan dan dunia usaha yang selalu berubah. Direktorat Jendral Pajak DJP merasa perlu untuk
menyesuaikan dan menyempurnakan struktur organisasinya. Selama ini struktur organisasi DJP didasarkan pada jenis pajak, dengan struktur
organisasi seperti ini pelaksanaan tugas di lapangan seringkali menimbulkan ketidakefisienan yang mengakibatkan pelayanan dan pengawasan tidak
optimal. Menurut Sigit dalam Media Indonesia 2007:13, penggunaan CBIS
dijajaran Ditjen pajak sebenarnya sudah dilakukan tahun 1992. Namun pengembangan yang pesat terjadi mulai tahun 2001 seiring dengan program
modernisasi DJP dan sampai sekarang telah disempurnakan. DJP telah melakukan beberapa reformasi perpajakan dan modernisasi administrasi
perpajakan yang mengacu pada cetak biru. Secara bertahap Sistem Informasi Perpajakan SIP akan dikembangkan kepada Sistem Informasi Direktorat
Jenderal Pajak SI-DJP.
Pada awalnya SIP yang sudah ada akan dimodifikasi terlebih dahulu, sehingga dapat diaplikasikan dengan kebutuhan struktur organisasi yang baru
yaitu awalnya sistem yang berorientasi ke jenis pajak kemudian dimodifikasi kepada sistem yang berorientasi ke fungsi struktur organisasi. Selanjutnya SIP
modifikasi ini akan digantikan dengan SI-DJP yang menggunakan data base yang tersentralisasi untuk mendukung seluruh kegiatan. Dalam sistem ini
diterapkan manajemen kasus case management dan alur kerja workflow Tim KPP Madya Jakarta Selatan, 2007:34. Melalui sistem manajemen kasus,
setiap kasus didistribusikan kepada para pegawai dan dimonitor oleh sistem. Sistem alur kerja menghubungkan suatu tugas dengan tugas lainnya sampai
tugas-tugas tersebut selesai, dengan SIP setiap wajib pajak dapat diawasi secara terus menerus melalui sistem akuntansi wajib pajak tax payer
accounting yistem
yang menyediakan data pembayaran pajak dan kewajiban perpajakan dari setiap wajib pajak. Sistem ini memiliki beberapa modul
administrasi perpajakan Tim KPP Madya Jakarta Selatan, 2007:34 Sistem manajemen kasus atau alur kerja yang diterapkan dalam SIP
dimulai dengan penerimaan masukan input berupa data registrasi, data pembayaran pajak, data e-SPT, permohonan Wajib Pajak dan surat-surat
masuk lainnya. Selanjutnya SIP akan menghasilkan kasus yang didapat dari permohonan, surat-surat dan hasil perbandingan data misalnya data
pembayaran pajak dengan data e-SPT. Semua kasus yang dihasilkan tersebut didaftar dalam sistem termasuk saat diterimanya penugasan dan
penyelesaiannya. Kasus-kasus tersebut akan didistribusikan secara otomatis ke masing-masing pegawai yang terkait dan akan diselesaikan menurut skala
prioritas yang telah ditetapkan. Perkembangan penyelesaian dari masing- masing kasus dapat dimonitor melalui sistem ini Tim KPP Madya Jakarta
Selatan, 2007:34.
F. Pelaksanaan Sistem Informasi Pajak