Kemampuan pemeriksaan pajak Pengaruh Sistem Informasi Perpajakan Dan Lama Masa Kerja Sebagai Pemeriksa Pajak Terhadap Kemampuan Pemeriksaan pajak

Selain itu, dengan pelaksanaan Pemeriksaan dapat menyebabkan orang mengurangi atau bahkan tidak melaksanakan kecurangan karena rasa takut akan diperiksa nantinya.

J. Kemampuan pemeriksaan pajak

Dalam situasi dan kondisi yang selalu berubah non linear and discontinuity , khususnya dibidang pemeriksaan pajak maka Ditjen pajak membutuhkan sumber daya manusia yang mampu beradaptasi secara cepat dengan perubahan situasi yang dihadapi, berwawasan luas serta mampu memecahkan masalah dan memutuskan tindakan secara cepat dan tepat. Kemampuan seseorang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Ini berarti bahwa dalam menyelesaikan suatu pekerjaan selalu tersedia suatu tingkat kemampuan yang belum digunakan oleh seseorang Gito Sudarmo dan Sudita, 1997. Kemampuan intelektual memainkan peran yang lebih besar dalam pekerjaan-pekerjaan rumit yang menuntut persyaratan pemrosesan informasi. Menurut Zainun 1994, kemampuan ability dimaksudkan sebagai kesanggupan capasity karyawan untuk melaksanakan pekerjaannya. Kemampuan mengandung berbagai unsur seperti keterampilan manual dan intelektual, bahkan sampai kepada sifat-sifat pribadi yang dimiliki. Unsur- unsur ini juga mencerminkan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang dituntut sesuai dengan rincian kerja. Kemampuan sesungguhnya merupakan suatu unsur pelaksanaan kerja yang diperlukan untuk Kemampuan adalah kecakapan dan keterampilan seorang pegawai dalam melakukan pekerjaan atau tugas. Variabel kemampuan diukur atau dinilai dengan indikator kecakapan dan keterampilan yang memungkinkan para pegawai bekerja dengan cara tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemeriksaan pajak adalah sebagai berikut: 1. Keahlian Teknis a. Pendidikan Formal dan Diklat pemeriksaan Pencapaian seorang auditor dimulai dengan pendidikan formal dalam bidang auditing dan akuntansi serta peraturan perundang- undangan yang berlaku untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional. Auditor juga harus menjalani pelatihan yang cukup yang meliputi aspek teknis dan pendidikan profesional lainnya. Selain itu seorang auditor harus memiliki pengalaman praktek yang cukup untuk pekerjaan yang sedang dilaksanakan. Disini ditegaskan bahwa kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan. Ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksud dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan formal auditor dan pengalaman profesionalnya yang saling melengkapi satu sama lain. Hal ini selaras dengan Statemen on Auditing Standard SAS No.1 menyatakan bahwa “Auditor are expected to have adequate academic training in accouting, taxion, auditing and other areas that relate to their profession Hermanson, Loeb dan Straeser, 1983:18 Kusriyanto 1993:10 mengatakan bahwa pendidikan dan pelatihan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan pekerja dapat mempunyai dampak paling langsung terhadap produktifitas. Dengan pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan yang demikian, seorang pegawai akan memiliki kemampuan dalam melaksanakan pekerjaannya, menganalisis masalah-masalah yang timbul dan menentukan alternatif pemecahannya, serta mampu untuk mengatur dirinya dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaannya secara cepat, tepat waktu dan material dapat digunakan secara efisien. Menurut Kristiadi 1997:93 bahwa pendidikan dan pelatihan aparatur dapat dilakukan dalam dua tahapan, yakni pendidikan dan pelatihan pra jabatan pre service training yaitu diklat bagi para calon pegawai baik melalui khursus singkat ataupun melalui sekolah seperti APDN, IIP, STAN, dan lain-lain, serat pendidikan dan pelatihan jabatan in service training yaitu: 1 Pendidikan perjenjangan yaitu pendidikan yang dilakukan secara khusus, sebagai persyaratan untuk menduduki jabatan tertentu baik struktural maupun fungsional. 2 Pendidikan teknis fungsional yaitu pendidikan yang dilaksanaksanakan untuk menambah pengetahuan teknis dari tugas pokok instansinya, misalnya diklat kebeacukaian, keimigrasian, dan lain-lain. 3 Pendidikan keahlian yaitu pendidikan yang diarahkan untuk menambah keahlian pegawai dalam bidang akademis, misalnya untuk memperoleh Diploma, S1, S2, dan S3. Pengembangan kualitas pegawai melalui Diklat diarahkan pada pembentukan profesional, yang mampu mandiri dan tangguh. Simanjuntak 1983:26 dalam analisisnya mencoba mengartikan konsep pendidikan dan pelatihan secara terpisah, yaitu apabila pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu yang lebih cepat dan tepat sedangkan pelatihan hanya membentuk. Pendidikan berkaitan dengan produktifitas adalah kebenaran yang jelas membuktikan dirinya sehingga hanya sedikit orang yang mempertanyakan. Pendidikan dapat membentuk pegawai menjadi ahli sehingga dapat dipersiapkan untuk menilai berbagai situasi, memilih cara paling tepat dalam melaksanakan tugas pokoknya, memilih alternatif yang baik dalam memecahkan masalah- masalah yang dihadapi dan akhirnya dapat meningkatkan produktifitas kerja. Menurut Husein Umar 2000:9 produktivitas mengandung arti sebagai berbandingan antara hasil yang dicapai output dengan keseluruhan Sumber Daya yang digunakan input. Dengan kata lain produktivitas mempunyai dua dimensi yaitu pertama, efektifitas yang mengarah pada pencapaian unjuk kerja yang maksimal yang berupa pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Kedua, efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. b. Pengalaman pemeriksa pajak Pengalaman pemeriksa pajak merupakan hal penting dalam proses pemeriksaan pajak. Dengan banyaknya pengalaman yang didapat maka pengetahuan tentang perpajakan semakin bertambah. Hal itu mempermudah pemeriksa pajak dalam memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam pemeriksaan pajak. Rosenbaum dan Turner Dreher dkk. 1991 mengatakan bahwa pengalaman-pengalaman individu pada awal bekerja dimana ia mampu mengalahkan rekan kerjanya dalam perolehan pengetahuan, keahlian dan informasi akan memberi dampak positif bagi kecerahan prospek karirnya. Dijelaskan bahwa adanya dukungan dari perusahaan, terutama orang-orang sebagai sponsorship yang memberikan arahan akan mendorong karyawan untuk lebih berhasil dalam pencapaian karir selanjutnya. Sponsor atau yang dikenal dengan mentor memberikan informasi tentang karir, kesempatan yang diperoleh dalam usaha pengembangan pribadi, dan memberikan konseling karir bagi mereka David dan Newstrom, 1989. 2. Sikap a. Sikap Independen, Integritas, dan Objektivitas Seorang auditor harus menjadi independensi, integritas dan objektivitas dalam arti tidak boleh dipengaruhi oleh pokok yang sedang diperiksa audite. Dengan demikian auditor tidak dibenarkan berpihak pada kepentingan siapapun, artinya auditor harus bersikap netral terhadap pihak yang diperiksa dan konsisten dengan bertanggung jawab kepada masyarakat. Pentingnya independensi bagi seorang auditor, kode etik profesi dari AICPA dalam peraturan 101 menyatakan bahwa: “A member of a firm of which he is a partner or shareholder shall not express on opinion on financial statement of an enterprise unless he and his firm are independent with respect to such enterprise” Hermanson, Loeb Strawser, 1983:19 Sikap independen berarti mampu bertindak jujur dan objektif, baik dalam perbuatan maupun dalam sikap mental. Independensi harus dipegang teguh baik dalam kenyataan in fact maupun dalam penampilan in appereance. Konsepsi independen ada 2, yaitu: 1 Independensi yaitu pentaatan terhadap norma atau peraturan yang mengatur hubungan auditor dengan klien, masyarakat dan sesama auditor. 2 Independensi yaitu suatu keadaan pikiran terhadap suatu manifestasi integritas Integritas merupakan karakteristik pribadi yang tidak dapat dihindari dalam diri seorang pemeriksa. Elemen ini merupakan tolak ukur dengan mana setiap anggota pada akhirnya mempertimbangkan semua keputusan yang dibuat dalam penugasan. Integritas juga menunjukkan tingkat kualitas yang menjadi dasar kepercayaan publik Boynton dkk., 1996:102. Objektivitas adalah suatu sikap mental. Objektivitas berarti tidak memihak dan tidak berat sebelah dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan. Kepatuhan pada prinsip ini akan meningkat jika pemeriksa menjauhkan diri dari keadaan yang menimbulkan pertentangan kepentingan Boynton dkk., 1996:103. b. Kecermatan dan Keseksamaan due professional care Prinsip kecermatan dan keseksamaan adalah pusat dari pencarian terus menerus akan kesempurnaan dalam melaksanakan jasa profesional. Keseksamaan mengharuskan setiap pemeriksa untuk melaksanakan tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Kompetensi adalah hasil dari pendidikan dan pengalaman. Keseksamaan meliputi keteguhan, kesungguhan serta bersikap energik dalam menerapkan dan mengupayakan pelaksanaan jasa-jasa profesional. Seorang auditor harus seorang profesional yang bertanggung jawab untuk menunaikan tugasnya. Auditor harus menjauhi sikap lalai dan itikad buruk, tetapi manager tidak dapat dipastikan bahwa ia akan selalu mengambil keputusan yang jitu. Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan melakukan review secara kritis pada setiap tingkat supervisi terhadap pelaksanaan audit. Kecermatan dan keseksamaan tersebut menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan kesempurnaan pekerjaannya itu Boynton dkk., 1996:103. 3. Kemampuan professional Skill a. Perencanaan Definisi dari perencanaan pajak : “Tax planning is the systematic analysis of differing tax options aimed at the minimization of tax liability in current and future tax periods” Crumbley D.Larry, Dictionary of Tax Term, Barron’s Business Guide, 1994:300. “Tax planning is arrangement of a person’s business and or private affairs in order to minimize tax liability” Lyons Susan M, International Tax, Glossary 1996:303 Tujuan perencanaan pajak adalah mengatur pembayaran atau meminimalkan kewajiban pajak dengan tidak melanggar aturan yang berlaku. Dengan demikian, pajak yang dibayar tidak lebih dari jumlah yang seharusnya maka akan membantu cash flow perusahaan. Menurut Erly Suandy, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak, yaitu : 1 Tidak melanggar ketentuan perpajakan. 2 Perencanaan pajak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari global strategi perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. 3 Bukti-bukti pendukungnya memadai. Dalam penyusunan perencanaan pajak yang tidak melanggar aturan perpajakan ada lima persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu: 1 Mengerti peraturan perpajakan atau peraturan terkait. 2 Menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan. 3 Harus dipahami karakter usaha wajib pajak. 4 Perencanaan harus didukung oleh kebijakan akuntansi dan didukung bukti memadai seperti faktur, perjanjian, dan sebagainya. Tahapan dalam membuat perencanaan pajak adalah sebagai berikut: 1 Menganalisis informasi yang ada. 2 Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak. 3 Mengevaluasi pelaksanaan rencana pajak. 4 Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak. 5 Memutakhirkan rencana pajak. b. Supervisi Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaian tujuan audit dan penentuan tujuan tersebut telah tercapai atau belum. Unsur supervisi adalah menggambarkan instruksi kepada asisten. Auditor dengan tanggung jawab akhir untuk setiap audit harus mengarahkan asisten untuk mengemukakan akuntansi dan auditing signifikan yang muncul dalam audit, sehingga auditor dapat menetapkan seberapa signifikan masalah tersebut. c. Bukti pemeriksaan pajak Pemeriksa harus memperoleh bahan bukti yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Ruang lingkup bukti pemeriksaan pajak dapat meliputi satu, beberapa atau seluruh jenis pajak baik untuk satu atau beberapa masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang terdapat indikasi tindak pidana di bidang perpajakan. Pemeriksaan bukti permulaan dilakukan melalui pemeriksaan lapangan. Bukti ini didapat dengan cara sebagai berikut : 1 Memeriksa dan atau meminjam buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen pendukung lainnya termasuk keluaran atau media komputer dan perangkat elektronik pengolahan data lainnya, 2 Meminta keterangan lisan dan atau tertulis dari wajib pajak yang diperiksa, 3 Memasuki tempat dan ruangan yang diduga merupakan tempat menyimpan dokumen, uang, barang yang dapat memberi petunjuk tentang keadaan usaha wajib pajak dan atau tempat- tempat lain yang dianggap penting serta melakukan pemeriksaan ditempat-tempat, 4 Melakukan penyegelen tempat atau ruangan apabila wajib pajak atau wakil atau kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan dimaksud atau tidak ada ditempat pada saat pemeriksaan dilakukan, 5 Meminta keterangan dan atau data yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa. 4. Pelaksanaan pemeriksaan pajak Dalam Pedoman Pemeriksaan Pajak dikatakan bahwa pelaksanaan pemeriksaan pajak memiliki tiga langkah, yaitu: a. Persiapan Pemeriksaan, meliputi: 1. mempelajari berkas wajib pajakberkas data 2. menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak 3. mengidentifikasi masalah 4. melakukan pengenalan lokasi wajib pajak 5. menentukan ruang lingkup pemeriksaan 6. menyusun program pemeriksaan 7. menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam 8. menyediakan sarana pemeriksaan b. Pelaksanaan Pemeriksaan, meliputi: 1. memeriksa ditempat wajib pajak 2. melakukan penilaian atas pengendalian intern 3. memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan 4. melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen 5. melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga bila dianggap perlu 6. memberitahukan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak yang diperiksa 7. melakukan siding penutup closing conference c. Pembuatan Laporan Pemeriksaan Pajak LPP, meliputi: 1. menyusun laporan dengan sistematis 2. pengesahan LPP 3. pembuatan nota perhitungan dan DKHP 4. pengiriman LPP, Nota Perhitungan, dan DKHP.

K. Penelitian Terdahulu