Peranan Investasi Pembangunan Infrastruktur Transportasi Dalam Perekonomian Daerah (Studi Kasus : Bandara Internasional Sepinggan-Kalimantan Timur)
1.1. Latar Belakang
Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Program yang dirancang sejak tahun 2011-2025 ini memiliki tiga kerangka desain utama yaitu pengembangan potensi melalui enam koridor utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan kapasitas SDM dan IPTEK di dalam koridor ekonomi. Dalam pelaksanaan program tersebut pemerintah telah membuat beberapa inisiatif strategik yang salah salah satunya adalah mendorong pembangunan infrastruktur utama dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.
Pulau Kalimantan merupakan salah satu wilayah penetapan koridor ekonomi yaitu sentra produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional. Pulau yang berada di bawah garis khatulistiwa ini juga merupakan pulau yang memberikan kontribusi cukup besar untuk nilai PDB Indonesia dan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Pulau Kalimantan menempati urutan ketiga dalam pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia setelah Pulau Sumatera dan Jawa-Bali.
(2)
Tabel 1.1. Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004-2010
Pulau 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumatera 356, 88 369,61 389,07 408,35 428,69 443,70 468,66 Jawa &
Bali
977,57 1.033,74 1.093,32 1.160,91 1.243,32 1303,20 1356,25 Kalimantan 148,96 154,80 160,68 166,32 174,95 180,82 190,34 Sulawesi 69,71 74,09 79,15 84,59 92,52 98,90 106,83 Nusa
Tenggara, Maluku & Papua
50,95 58,06 55,72 58,54 60,03 67,67 71,18
Total 1.604,03 1.690,31 1.777,95 1.878,72 1.999,54 2.094,32 2.221,60
Sumber : BPS, 2011
Secara spasial, sekitar 71,40 persen dari total PDRB Pulau Kalimantan bersumber dari kegiatan ekonomi Provinsi Kalimantan Timur, diikuti Provinsi Kalimantan Barat (10,97%), Provinsi Kalimantan Selatan (10,31%), dan sisanya sebesar 7,33% berasal dari kegiatan ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah. Kalimantan Timur dalam kegiatan ekonominya ditunjang oleh empat wilayah pusat pembangunan ekonomi yaitu Kota Bontang dan Kota Kutai Kartanegara sebagai kota tambang yang lebih banyak menumbuhkan sektor industri manufaktur hasil pertambangan dan perdagangan, kemudian Kota Samarinda sebagai pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Timur serta Kota Balikpapan sebagai pusat perdagangan, pusat industri serta pusat transportasi.
(3)
Tabel 1.2 PDRB Pulau Kalimantan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004-2010 (Triliun Rupiah)
Provinsi 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Kalimantan
Barat
29,75 33,87 37,71 42,48 49,13 54,23 60,46 Kalimantan
Tengah
18,30 20,99 24,48 27,93 32,76 37,11 42,57 Kalimantan
Selatan
28,03 31,79 34,67 39,44 45,84 51,46 58,54 Kalimantan
Timur
133,70 180,29 199.59 222,63 314,81 284,97 321,09 Total 209,78 266,94 296,45 332,48 442,50 427,77 482,68
Sumber : BPS 2011
Provinsi yang tingkat perekonomiannya lebih unggul dibanding dengan provinsi lain yang ada di Pulau Kalimantan ini memiliki prioritas pembangunan daerah yaitu pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur perhubungan berupa jalan, jembatan, bandara, terminal, dermaga dan pelabuhan menjadikan terbukanya daerah-daerah terisolir yang berdampak pada peningkatan kinerja proses perekonomian dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Tabel 1.3. Proporsi Belanja Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur Uraian Indikator Pembangunan Satuan Nilai (Ribu Rupiah) Persentase (%)
(1) (2) (3)
Sumberdaya Manusia 733.239.369 26,22
Infrastruktur 961.915.315 34,41
Pertanian dalam arti luas 171.925.742 6,15
Penunjang lainnya 928.371.318 33,21
Jumlah 2.795.451.746 100
Sumber : BPS Kaltim (2011)
Beberapa proyek pembangunan infrastruktur yang akan dilaksanakan salah satunya adalah proyek pembangunan dan perluasan Bandara
(4)
Internasional Sepinggan yang berlokasi di kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur. Bandara merupakan salah satu komponen penting dalam bidang transportasi dan pengangkutan khususnya transportasi dan pengangkutan udara, selain itu bandara juga memiliki kontribusi yang besar bagi perekonomian suatu wilayah atau negara seperti untuk pintu masuk investasi yang berasal dari investor baik domestik maupun luar negeri. Investasi tersebut dapat digunakan untuk pengembangan kegiatan ekonomi Pengangkutan udara dapat memainkan peranan penting dalam pembangunan suatu wilayah, arus barang maupun penumpang yang cukup tinggi mampu memberikan kontribusi pendapatan bagi peningkatan perekonomian wilayah setempat. Sektor perhubungan udara di Provinsi Kalimantan Timur sendiri memegang peranan dominan dalam menghubungkan wilayah pertambangan dan industri pengolahan dengan wilayah tujuan utamanya seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Lalu lintas penerbangan baik barang maupun penumpang setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Sumber : BPS Kaltim 2011
Gambar 1.1. Lalu Lintas Penerbangan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2004-2010 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
To tal Pen e rb an g an Tahun
(5)
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur tahun 2011 mencatat sekitar 63 persen dari total penerbangan yang terjadi di Provinsi Kalimantan Timur terjadi di Bandara Internasional Sepinggan. Hal ini mengindikasikan bahwa bandara ini merupakan bandara utama di provinsi Kalimantan Timur dan pintu masuk utama arus barang dan penumpang. Struktur ekonomi provinsi Kalimantan Timur yang didominasi oleh kegiatan industri dan pertambangan dan kegiatan ekonomi yang tinggi melalui lalu lintas penerbangan memerlukan infrastruktur transportasi yang baik guna mendukung peningkatan ekonomi daerah khususnya.
1.2. Perumusan Masalah
Pembangunan infrastruktur yang menjadi salah satu prioritas utama pemerintah propinsi Kalimantan Timur memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian daerah. Alokasi dana APBD yang paling besar juga diberikan untuk pembangunan infrastruktur daerah. Pada penelitian ini akan mencoba menganalisis dampak pembangunan infrastruktur transportasi khususnya transportasi udara yaitu Bandar udara Internasional Sepinggan di Provinsi Kalimantan Timur.
Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Timur tahun 2011 mencatat jumlah lalu lintas penerbangan yang terjadi di propinsi ini berdasarkan pelabuhan udara, seperti yang telah dijelaskan di latar belakang di atas bahwa dari total penerbangan yang terjadi sekitar 63 persen penerbangan dan 82 persen pengangkutan penumpang dan barang melalui
(6)
Bandara Internasional Sepinggan. Pada tabel 1.4 dapat dilihat lalu lintas penerbangan di setiap pelabuhan udara yang ada.
Tabel. 1.4. Lalu Lintas Angkutan Udara Menurut Pelabuhan Udara, 2010 Pelabuhan
Udara
Penerbangan Penumpang Barang
Datang Berangkat Datang Berangkat Bongkar Muat Sepinggan 28.053 28.016 2.434.625 2.419 25.942.283 12.073.745
Temindung 2.253 2.251 38.622 34.354 825.692 144.469
Juwata 5.559 5.557 337.501 341.837 3.328.616 2.886.117
Kalimarau 2.428 2.431 92.771 104.993 560.095 217.913
Tj. Harapan 202 202 1,010 1.562 4.868 28.261
Nunukan 1.342 1.365 2.5817 26.025 50.847 72.628
Long Bawan 1.013 1.013 4.629 5.243 70.418 22.391
Data Dawai 157 157 1.477 1.325 920 170
Long Apung 509 508 2.360 2.553 124.804 4.437
Melak 326 325 2.762 2.770 2.712 425
Malinau 2.253 2,257 15.299 15.956 14.072 74.331
Bontang Badak
Tj. Bara 633 633 9.217 9.843 18.853 5.972
Tj. Santan Senipah
Total 2010 44.728 44.715 2.267.877 2.966.283 30.200 15.530
2009 41.088 41.027 2.006.584 2.518.604 25.062 12.202
2008 34.451 34.416 1.828.167 2.114.181 17.726 17.759 Sumber: BPS Kaltim, 2011
Dengan pengamatan dari data-data yang dijelaskan diatas, jumlah permintaan terhadap lalu lintas penerbangan melalui Bandara Internasional Sepinggan meningkat setiap tahunnya maka perlu dilakukannya perluasan dan pembangunan bandara untuk meningkatkan kapasitas atau daya tampung bandara untuk memenuhi peningkatan permintaan tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan suatu analisis mendalam tentang kontribusi pembangunan infrastruktur transportasi yang khususnya adalah pembangunan Bandara Internasional Sepinggan di provinsi Kalimantan Timur terhadap perekonomian daerah. Rumusan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:
(7)
1. Berapa besar dampak pengganda output, dan pendapatan rumah tangga dari sektor bangunan yang menggambarkan keberadaan Bandara Internasional Sepinggan?
2. Berapa besar keterkaitan ke depan dan ke belakang antarsektor serta dampak penyebaran sektor bangunan yang menggambarkan keberadaan Bandara Internasional Sepinggan?
3. Berapa besarnya sumbangan dari investasi pembangunan Bandara Internasional terhadap pembentukan output dan pendapatan rumah tangga wilayah Kalimantan Timur?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menawarkan jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi, yaitu :
1. Menghitung besarnya dampak pengganda output, dan pendapatan rumah tangga sektor bangunan yang menggambarkan keberadaan Bandara Internasional Sepinggan
2. Menghitung besar keterkaitan ke depan dan ke belakang antar sektor serta dampak penyebaran sektor bangunan yang menggambarkan keberadaan Bandara Internasional Sepinggan
3. Dan menghitung besarnya sumbangan dari investasi pembangunan Bandara Internasional terhadap pembentukan output dan pendapatan rumah tangga wilayah Kalimantan Timur
(8)
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Hasil penelitian sebagai bahan masukan dan informasi bagi pemerintah Provinsi Kalimantan Timur pada khususnya dalam melakukan perencanaan pembangunan dan pengembangan infrastruktur di Provinsi Kalimantan Timur.
2. Sebagai wawasan mengenai peranan investasi infrastruktur terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Timur bagi para pembaca.
3. Sebagai bahan pustaka informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta rujukan penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data pada Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh sektor yang kemudian diagregasi menjadi tiga belas sektor. Data yang dianalisis dari Tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Sektor bangunan dalam penelitian ini terdiri dari satu subsektor saja yaitu sektor bangunan yang tidak terpisah antara bangunan pemukiman maupun bangunan non pemukiman sehingga pada penelitian ini diasumsikan bangunan bandara yang merupakan komponen dari sektor bangunan itu sendiri dan multiplier yang digunakan untuk analisis simulasi investasi hanya menggunakan multiplier dari sektor bangunan yang di dalam nya terdapat komponen bandara. Berdasarkan hal
(9)
tersebut maka, analisis pada penelitian ini hanya menggambarkan dampak minimal peningkatan perekonomian yang ditimbulkan dari pembangunan Bandara Internasional Sepinggan. Pada penelitian ini tidak ikut memperhitungkan nilai ekonomi dari seluruh sektor-sektor perekonomian yang menghasilkan output perekonomian setelah pembangunan bandara, seperti peningkatan layanan lalu lintas penerbangan, peningkatan pendapatan dari sektor pariwisata dan kegiatan perekonomian lain yang ditunjang oleh keberadaan bandara serta perhitungan mengenai manfaat ekonomi berupa pendapatan bagi pihak swasta dari adanya pembangunan ini.
(10)
2.1.Tinjauan Teori
2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Todaro dan Smith (2003), mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu proses peningkatan kapasitas produktif dalam suatu perekonomian secara terus-menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin lama semakin besar. Menurut Todaro dan Smith (2003), ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu:
1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia.
2. Pertumbuhan penduduk yang pada tahun-tahun berikutnya akan memperbanyak jumlah angkatan tenaga kerja.
3. Kemajuan teknologi.
Teori pertumbuhan neo-klasik dimotori oleh Harrod-Domar dan Robert Solow. Harrod-Domar beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi peranan pembentukan modal tersebut. Sedangkan Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau output. Teori Harrod-Domar didasarkan pada asumsi:
(11)
1. Perekonomian bersifat tertutup.
2. Hasrat menabung (MPS=s) adalah konstan. 3. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap.
4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk.
Atas dasar asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat kesinambungan sebagai berikut:
g = k = n,
dimana: g = Growth (tingkat pertumbuhan output)
k = Capital ( tingkat pertumbuhan modal)
n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja
agar terdapat keseimbangan maka antara tabungan (S) dan investasi (I) harus terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal k untuk menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh v (capital output ratio = rasio modal output).
Mankiw (2007) menyatakan bahwa model pertumbuhan Solow dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan stok capital, pertumbuhan angkatan kerja dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana pengaruh terhadap output barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan. Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah memasukkan dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang
(12)
memungkinkan adanya substitusi antara kapital dan tenaga kerja. Permintaan terhadap barang dalam model Solow berasal dari konsumsi dan investasi. Dengan kata lain, output per pekerja (y) merupakan konsumsi per pekerja (c) dan investasi per pekerja (i).
Sesuai dengan teori yang dicetuskan oleh Mankiw (2007) yaitu setiap kenaikan jumlah pendapatan sebagai akibat dari pertambahan investasi akan menaikkan pendapatan dengan jumlah yang berlipat ganda. Peningkatan pendapatan khususnya dalam bentuk uang akan meningkatkan permintaan barang secara keseluruhan (Agregrate Demand). Dengan demikian terdapat sebuah tuntutan untuk memenuhi permintaan sehingga mempengaruhi kebutuhan peralatan maupuan uang dalam bentuk modal sebagai akibat kenaikan produksi, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan investasi. Kenaikan tabungan masyarakat karena peningkatan pendapatan merupakan investasi secara langsung melalui lembaga keuangan dan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = C + S (2.1)
Dimana :
Y = Pendapatan masyarakat C = Konsumsi
I = Investasi
dengan asumsi keseimbangan yaitu S=I, maka akan didapatkan :
Y = C + I (2.2)
Secara keseluruhan gambaran mengenai peningkatan pendapatan masyarakat yang disebabkan oleh kenaikan investasi dan tingkat konsumsi.
(13)
Menurut teori Keynes dalam Mankiw (2007) pendapatan dapat dipengaruhi tingkat investasi yang direncanakan dan kebijakan fiskal G serta T.
sehingga pendapatan dan output akan berubah bila salah satu variabel eksogen ini berubah.
Sumber: Mankiw (2007)
Gambar. 2.1. Kurva Kenaikan Belanja Pemerintah Terhadap Output dan Pendapatan
Model ini menjelaskan bahwa bila terjadi peningkatan belanja pemerintah yang kemudian menggeser pengeluaran yang direncanakan ke atas maka efek selanjutnya adalah terjadi peningkatan output dan pendapatan. Selanjutnya peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi dan pada akhirnya kenaikan ini akan meningkatkan perekonomian.
Pengeluaran aktual
Pengeluaran yang direncanakan
A
Kenaikan Belanja Pemerintah Pengeluaran, E
ΔY Pendapatan,
Output, Y E2 = Y2
E1 = Y1
ΔY
ΔG
(14)
2.1.2. Investasi Pembangunan
Istilah investasi berasal dari kata investment yang dalam pengertian umum dapat diartikan sebagai “penanaman” baik dalam bidang ilmu, teknik, tenaga, peralatan, tanah, gedung, tanaman, modal, dan sebagainya. Sedangkan secara khusus, kita artikan sebagai penanaman modal, apakah dalam surat berharga, saham-saham atau dalam modal kerja atau juga mendirikan suatu perusahaan.
Sedangkan menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal tahun 1997 mendefinisikan investasi sebagai kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan (produksi) dengan harapan untuk memperoleh keuntungan (benefit) di masa akan datang. Menurut Gittinger dalam Bahasoan (2010), investasi adalah pengorbanan nilai sekarang untuk nilai masa mendatang atau penggunaan modal untuk menghasilkan pendapatan maupun mlalui ventura yang berorientasi pada resiko yang dirancang untuk mendapatkan perolehan modal.
Sementara menurut Jhingan (2000) pembentukkan modal melalui investasi merupakan faktor yang paling penting dan strategis di dalam proses pembangunan ekonomi. Pembentukkan modal bahkan disebut sebagai kunci utama menuju pembangunan ekonomi. Sekali proses ini berjalan ia akan senantiasa mengumpul dan menghidupi dirinya sendiri. Proses ini berjalan melalui tiga tingkatan. Pertama, kenaikan volume tabungan akibat meningkatnya kemauan dan kemampuan menabung. Kedua, keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan menyalurkan tabungan agar dapat diinvestasikan. Ketiga, penggunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal pada perusahaan. Pembentukkan modal juga
(15)
berarti pembentukkan keahlian karena keahlian sering berkembang sebagai pembentukkan modal.
Menurut Dornbusch et al dalam Prasetyo (2010) investasi merupakan komponen penting permintaan agregat. Investasi juga meningkatkan modal dan meningkatkan kapasitas produksi perekonomian. Pada akhirnya pembangunan infrastruktur dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Untuk lebih jelasnya, pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dinyatakan melalui skema pada Gambar 2.2.
Sumber : Prasetyo (2010)
Gambar 2. 2 Skema Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Infrastruktur
Soedjipto (1997) mengatakan bahwa kegiatan investasi infrastruktur bersumber dari pendanaan dalam pemerintah maupun privat dan swasta. Hal
INFRASTRUKTUR
(Jalan, Listrik, Air Bersih, Telepon, Pendidikan, Kesehatan)
MENINGKATKAN INVESTASI DAERAH
MENDORONG PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAERAH OUTPUT
PERTANIAN
OUTPUT NON PERTANIAN MENINGKATKAN OUTPUT
(16)
ini dilakukan untuk menutupi kekurangan pembiayaan yang berasal dari APBN. Kebutuhan investasi untuk pembangunan infrastruktur di masa datang bertujuan: (a). untuk mengatasi kondisi „„bottlenecks‟‟ saat ini; (b) untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi; (c) untuk mengantisipasi urbanisasi yang sangat cepat; dan (d) untuk mendukung meningkatnya perdagangan dan globalisasi. Mengembangkan jasa pelayanan infrastruktur dengan kerjasama pihak swasta dibutuhkan karena permintaan terhadap infrastruktur lebih cepat dibandingkan kesiapan pemerintah untuk menyediakan jasa pelayanan sehingga diperlukan adanya kerjasama untuk mempercepat penyediaan infrastruktur tersebut. Kebutuhan investasi yang sangat besar terkendala dengan terbatasnya anggaran pemerintah, maka kerjasama dengan pihak swasta dapat menutupi hal ini dan memberikan nilai tambah prasarana dan kemampuan manajerial yang baik.
2.1.3. Infrastruktur
Salah satu komponen pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah adalah penyediaan infrastruktur. Penyelenggaraan pelayanan umum dalam bentuk infrastruktur mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Dengan infrastruktur yang baik, maka pertumbuhan ekonomi wilayah akan lebih mudah tumbuh dan berkembang. Selain itu, kualitas infrastruktur yang baik akan dapat pula meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan kualitas lingkungan. Lebih lanjut, keberadaan infrastruktur akan mendorong terjadinya peningkatan produktifitas bagi faktor-faktor produksi dan sebaliknya apabila mengabaikan akan menurunkan produktifitas (Barus, 2009).
(17)
Menurut Akatsuka dan Yoshida dalam Prasetyo (2010) secara umum infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas fisik dalam mengembangkan atau membangun kegunaan publik melalui penyediaan barang dan jasa untuk umum. Infrastruktur fasilitas dan jasa biasanya disediakan secara gratis atau dengan harga yang terjangkau dan terkontrol. Sedangkan menurut Direktorat Riset dan pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia dalam kajiannya, infrastruktur fisik merupakan komponen dasar perekonomian dan merupakan aspek utama di dalam pemerataan pembangunan dan kesejahteraan (otonomi daerah) di dalam kondisi nasional yang beragam. Keberagaman ini merupakan masalah utama yang masih akan dihadapi bangsa Indonesia.
Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur, menjelaskan beberapa jenis infrastruktur yang penyediaannya diatur pemerintah, yaitu: infrastruktur transportasi, infrastruktur jalan, infrastruktur pengairan, infrastruktur air minum dan sanitasi, infrastruktur telematika, infrastruktur ketenagalistrikan, dan infrastruktur pengangkutan minyak dan gas bumi. Penggolongan infrastruktur tersebut dapat dikategorikan sebagai infrastruktur dasar, karena sifatnya yang dibutuhkan oleh masyarakat luas sehingga penyediaannya perlu diatur oleh pemerintah. Dengan melihat jenis-jenis infrastruktur yang banyak berhubungan dengan masyarakat, peranan pemerintah sangat penting dalam penyediaannya. Walaupun pengadaan infrastruktur bisa dilakukan dengan kerja sama dengan badan usaha yang telah ditunjuk, tidak semua layanan infrastruktur bisa dilaksanakan oleh pihak swasta karena ada layanan yang
(18)
memerlukan modal yang besar dengan waktu pengembalian yang lama dan resiko investasi yang besar.
Infrastruktur pada dasarnya merupakan asset pemerintah yang dibangun dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Prinsipnya ada dua jenis infrastruktur, yakni infrastruktur pusat dan daerah. Infrastruktur pusat adalah infrastruktur yang dibangun pemerintah pusat untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam skala nasional, seperti jalan raya antar provinsi, pelabuhan laut dan udara, jaringan listrik, jaringan gas, telekomunikasi dan sebagainya. Sedangkan infrastruktur daerah adalah infrastrukturyang dibangun pemerintah daerah, seperti penyediaan air bersih, jalan khas untuk kepentinagn daerah pariwisata dan sebagainya (Marsuki, 2007)
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi selanjutnya.
Infrastuktur transportasi memiliki peran menciptakan nilai (value) suatu barang. Sesuai teori neoklasik, suatu barang memiliki nilai sesuai dengan biaya produksi atau secara spesifik oleh biaya pengorbanan tenaga kerja yang dikeluarkan atasnya. Transportasi merupakan suatu alat yang dapat menciptakan nilai yang lebih tinggi pada suatu barang, sehingga barang
(19)
tersebut dapat memenuhi kebutuhan konsumen (Polak dan Heertje dalam Legowo, 2009).
2.1.4. Pelabuhan Udara
Pelabuhan udara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya. Menurut Annex 14 dari ICAO(International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat. Sedangkan definisi bandar udara menurut PT Angkasa Pura adalah lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dalam Dwipoyanthi (2012) mengatakan bandar udara memiliki peran sebagai:
a. Simpul dalam jaringan transportasi udara yang digambarkan sebagai titik lokasi bandar udara yang menjadi pertemuan beberapa jaringan dan rute penerbangan sesuai hierarki bandar udara.
b. Pintu gerbang kegiatan perekonomian dalam upaya pemerataan pembangunan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta keselarasan
(20)
pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang digambarkan sebagai lokasi dan wilayah di sekitar bandar udara yang menjadi pintu masuk dan keluar kegiatan perekonomian.
c. Tempat kegiatan alih moda transportasi, dalam bentuk interkoneksi antar moda pada simpul transportasi guna memenuhi tuntutan peningkatan kualitas pelayanan yang terpadu dan berkesinambungan yang digambarkan sebagai tempat perpindahan moda transportasi udara ke moda transportasi lain atau sebaliknya.
d. Pendorong dan penunjang kegiatan industri, perdagangan dan/atau pariwisata dalam menggerakkan dinamika pembangunan nasional, serta keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya, digambarkan sebagai lokasi bandar udara yang memudahkan transportasi udara pada wilayah di sekitarya.
e. Pembuka isolasi daerah, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang dapat membuka daerah terisolir karena kondisi geografis dan/atau karena sulitnya moda transportasi lain.
f. Pengembangan daerah perbatasan, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang memperhatikan tingkat prioritas pengembangan daerah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia di kepulauan dan/atau di daratan.
g. Penanganan bencana, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang memperhatikan kemudahan transportasi udara untuk penanganan bencana alam pada wilayah sekitarnya.
(21)
h. Prasarana memperkokoh Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara, digambarkan dengan titik-titik lokasi bandar udara yang dihubungkan dengan jaringan dan rute penerbangan yang mempersatukan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang peran pembangunan infrastruktur dalam perekonomian daerah telah banyak dilakukan, baik dengan menggunakan analaisis Input-Output maupun metode lain. Berdasarkan penelitian-penilitian tersebut membuktikan bahwa infrastruktur merupakan faktor yang penting dalam menunjang kegiatan ekonomi dalam peningkatan upaya peningkatan perekonomian. Beberapa penelitian mengenai infrastruktur diantara lain adalah sebagai berikut:
Menurut Barus (2009) dalam Disertasinya yang berjudul “Dampak Pembangunan Infrastruktur Dalam Perekonomian Wilayah Provinsi Kalimantan Timur: Analisis Input-output Antarregion” dijelaskan bahwa pembangunan infrstruktur di Kalimantan Timur memberikan dampak multiplier yang besar terhadap pendapatan wilayah dan terbukti mampu mengurangi ketimpangan antar wilayah di Kalimantan Timur.
Legowo (2009) yang menganalisis tentang infrastruktur transportasi, keterkaitan antarwilayah dan pertumbuhan ekonomi di wilayah Jabodetabek menyatakan bahwa terdapat pengaruh nyata antara investasi trasnportasi di satu wilayah terhadap aktivitas ekonomi wilayah tersebut dan wilayah sekitarnya. Keberadaan dan perkembangan jumlah unit-unit aktivitas ekonomi di
(22)
sektor-sektor seperti perdagangan, pengangkutan, perumahan dan industry dipengaruhi oleh pembangunan infrastruktur transportasi yang dalam hal ini di dekati dengan nilai investasinya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yanuar (2006) yang berjudul Keterkaitan Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Output Serta Dampaknya Terhadap Kesenjangan di Indonesia membuktikan bahwa infrastruktur memiliki nilai koefisien determinasi yang cukup besar dan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan output. Secara umum infrastruktur memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan output pada sektor pertanian dan industri.
Nurjanti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Dampak Infrastruktur Transportasi dan Teknologi Komunikasi Terhadap Nilai Tukar Perdagangan di ASEAN dan Asia Timur menerangkan bahwa infrastruktur transportasi berpengaruh terhadap nilai tukar perdagangan baik kawasan ASEAN maupun Asia Timur. Kenaikan variabel indeks infrastruktur transportasi menyebabkan kenaikan nilai tukar perdagangan menyebabkan kenaikan nilai tukar perdagangan Negara ASEAN dan Asia Timur. Infrastruktur transportasi meliputi Bandar udara, kualitas pelabuhan, jumlah kendaraan bermotor, telepon dan penyediaan layanan internet serta jalur navigasi air.
Beberapa penelitian tentang pembangunan bandara baik di dalam negeri maupun luar negeri telah dilakukan sebelumnya. University of Michingan pada tahun 2006 melakukan penelitian mengenai peranan Bandara Metropolitan Detroit dalam perekonomian, berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat
(23)
diketahui bahwa Bandara Metropolitan Detroit memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian daerah dan negara. Peranannya adalah mampu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan negara serta permintaan barang dan jasa. Sedangkan Dwipoyanthi dalam penelitian nya tentang pembangunan Bandara international Jawa Barat di Kabupaten Majalengka membuktikan bahwa bila pembangunan bandara dilakukan di lokasi yang tepat maka dapat meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan perekonomian namun bila sebaliknya maka akan terjadi penurunan pendapatan daerah akibat terhambatnya kegiatan ekonomi yang selama ini menjadi penopang utama perekonomian wilayah tersebut.
Penelitian lain dilakukan oleh State of Connecticut pada tahun 2005 yang membuktikan bahwa Bandara Internasional Bradley memiliki kaitan yang sangat erat dalam penyerapan tenaga kerja, nilai pendapatan dan output dari negara Connecticut sendiri. Dengan adanya bandara maka secara tidak langsung meningkatkan sektor-sektor perekonomian yang ada di sekitar bandara seperti restoran, parker, took-toko dan tempat rekreasi dan secara langsung berpengaruh pada pelayanan bisnis, penumpang pesawat, dan jasa pendukung operasional serta jasa pemerintah.
2.3. Kerangka Pemikiran
Kemajuan suatu daerah dapat dilihat dari kontribusi PDRB yang dihasilkan terhadap pembentukan PDB nasional. Daerah yang memberikan kontribusi yang cukup tinggi merupakan daerah yang potensial untuk dijadikan pusat pembangunan ekonomi demi terwujudnya program percepatan
(24)
pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan kegiatan perekonomian suatu wilayah tidak lepas dari penyediaan infrastruktur pendukung khususnya infrastruktur transportasi, oleh karena itu pembangunan infrastruktur merupakan prioritas pembangunan pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah Kalimantan Timur dimana program MP3EI akan diterapkan di provinsi ini.
Menurut Polak dan Heertje dalam Legowo (2009) transportasi infrastruktur memiliki peran menciptakan nilai (value) suatu barang. Sesuai teori neoklasik, suatu barang memiliki nilai sesuai dengan biaya produksi atau secara spesifik oleh biaya pengorbanan tenaga kerja yang dikeluarkan atasnya. Transportasi merupakan suatu alat yang dapat menciptakan nilai yang lebih tinggi pada suatu barang, sehingga barang tersebut dapat memenuhi kepuasan konsumen. Dalam hal ini transportasi memberikan nilai bagi suatu barang melalui proses pemindahan barang dari pusat produksi ke pusat konsumsi. Penciptaan nilai atas barang oleh transportasi ini menjadikan transposrtasi sebagai suatu alat yang bernilai secara ekonomi.
Salah satu program prioritas pembangunan infrastruktur yang akan dilaksanakan adalah pembangunan Bandara Internasional Sepinggan yang merupakan pintu utama lalu lintas transportasi udara di provinsi Kalimantan Timur. Analisis dengan menggunakan Metode Input-Output digunakan dalam penelitian ini akan menjelaskan tentang seberapa besar pembangunan Bandara Internasioanal Sepinggan dapat memberikan dampak penyebaran, pengganda dan keterkaitan antar sektor lain.
(25)
Gambar 2.3. Rincian Metode Input-Output
Tabel input-output dan analisisnya pertama kali dikembangkan oleh Profesor Wassily Leontief pada akhir dekade 1930-an. Untuk pengembangan tersebut ia memenangkan hadiah Nobel untuk ilmu ekonomi pada tahun 1973. Dalam perkembangannya, metode-metode yang diturunkan dari suatu Tabel IO semakin banyak diterapkan sebagai alat analisis dan perencanaan ekonomi yang praktis dan bersifat kuantitatif (BPS, 2000)
Analisis input-output merupakan suatu peralatan analisis keseimbangan umum. Alat analisis ini didasarkan pada suatu situasi perekonomian dan bukan pendekatan teoritis ala Walras semata. Keseimbangan dalam analisis input-output didasarkan arus transaksi antar
AnalisisDampak Penyebaran
Analisis Pengganda Analisis
Keterkaitan
Analisis Input-Output
Peningkatan Output Perekonomian dan Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat Kalimantan Timur
Keterkaitan Ke Depan
Keterkaitan Ke Belakang
Pengganda Output
Pengganda Pendapatan
RT Kofisien
Penyebaran
Kepekaan Penyebaran
(26)
pelaku perekonomian. Penekanan utama dalam analisis input-output ini adalah pada sisi produksi. Teknologi produksi yang digunakan oleh perekonomian tersebut memegang peranan penting dalam analisis. Lebih spesifik lagi, teknologi yang memegang peranan besar adalah teknologi dalam kaitannya dengan penggunaan input antara (Nazara, 2005).
Melalui model I-O dapat ditunjukkan seberapa besar aliran keterkaitan antarsektor dalam suatu perekonomian. Konsep dasar model I-O didasarkan atas : (1) struktur perekonomian disusun dari berbagai sektor (industri) yang satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual-beli, (2) output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal, dan ekspor, (3) input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, pemerintah dalam bentuk pajak tidak langsung, penyusutan, surplus usaha dan impor, (4) hubungan input-output bersifat linier, (5) dalam suatu kurun waktu analisis biasanya satu tahun, total input sama dengan total output, dan (6) suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan.
Dalam menyusun table I-O yang bersifat statis dan terbuka, menurut Badan Pusat Statistik (2008), transaksi yang digunakan harus memenuhi tiga asumsi prinsip dasar, yaitu :
1. Asumsi Keseragaman (homogenitas) yang mensyaratkan bahwa tiap sector memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input tunggal, bahwa tidak ada substitusi otomatis anatar berbagai sektor.
(27)
2. Asumsi kesebandingan (proporsionalitas) yang mensyaratkan bahwa dalam proses produksi, hubungan antara input dengan output merupakan fungsi linier, yaitu tiap jenis input yang diserap oleh sector tertentu naik atau turun, sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut
3. Asumsi penjumlahan (aditivitas), yaitu suatu asumsi yang menyebutkan bahwa efek total pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Ini berarti bahwa diluar sistem input-output semua pengaruh luar diabaikan.
2.3.1. Asumsi Kelebihan dan Keterbatasan dalam Model Tabel Input-Output
Sebagai alat analisis Model Tabel Input-Output memiliki keuntungan dan keterbatasan dalam melakukan analisis. Keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan table I-O antara lain :
1. Dapat digunakan untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, penerimaan pajak, impor dan penyerapan tenaga kerja dalam berbagai sektor.
2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan subtitusi.
3. Untuk mengetahui sektor sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
(28)
4. Memberikan deskripsi mengenai keadaan suatu perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.
5. Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi suatu wilayah.
Sedangkan adapun kelemahan dalam penggunaan table I-O adalah : 1. Asumsi yang sedikit restriktif
2. Biaya pengumpulan data yang besar
3. Hambatan dalam mengembangkan model dinamik.
Apabila berbagai hambatan yang muncul dapat diatasi dengan baik, maka model I-O merupakan model yang canggih untuk merencanakan pembangunan ekonomi suatu wilayah secara terintegrasi. Cara tepat mengatasi hambatan tersebut juga dapat menutupi kelemahan-kelemahan dalam analisis tabel I-O, sehungga tabel I-O dapat tetap menjadi model andal dalam menganalisis perekonomian secara lengkap dan komprehensif
2.3.2. Struktur Tabel Input-Output
Menurut Daryanto (2010) secara garis besar tabel Input-Output memuat dua neraca yang aling terintegrasi, yakni neraca endogen dan neraca eksogen. Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas produksi, baik itu menjadi putput antara maupun input antara masuk dalam neraca endogen. Sementara faktor-faktor yang merupakan komponen dari permintaan akhir dan
(29)
input primer dimasukkan dalam neraca eksogen. Jumlah dari input antara dengan input primer akan menghasilkan total input, sedangkan jumlah dari output antara dan permintaan akhir mengahsilkan total output. Dengan demikian anatomi dasar Tabel Input-Output secara sederhana dapat disampaikan sebagai berikut:
Tabel. 2.1. Anatomi Dasar Tabel Input-Output
Output Antara Permintaan Akhir
Total Output
Input Antara Zij Fj Xj
Input Primer Vi
Total Input Xi
Sumber: Daryanto, 2010
Dalam bentuk dasar tabel I-O ini, notasi Zij melambangkan transaksi ekonomi (penjualan output antara dan pembelian input antara). Kuadran ini merupakan neraca endogen yang sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi dalam neraca eksogen, terutama oleh permintaan akhir yaitu Fj yang terbagi atas beberapa komponen meliputi konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, modal dan perubahan stok modal, serta ekspor. Sedangkan neraca eksogen lainnya adalah input primer Vi yang terdiri atas upah/gaji, surplus usaha, penyusutann dan pajak tidak langsung.
Matriks-matriks yang disajikan dalam tabel Input-Output dibedakan sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya. Untuk memperjelas gambaran mengenai penyajian tabel Input-Output, berikut ini diberikan ilustrasi tabel
(30)
Input-Output dalam perekonomian yang terdiri dari n sektor produksi, yaitu sektor 1,2,………n. Ilustrasi tabel Input-Output dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel. 2.2. Ilustrasi Tabel Input-Output
Permintaan Antara Sektor Industri
Permintaan Akhir
Jumlah Output
1 2 3
Input Antara
Sektor Produksi
1 Z11 Z12 Z13 Y1 X1
2 Z21 Z22 Z23 Y2 X2
3 Z31 Z32 Z33 Y3 X3
Input Primer V1 V2 V3
Total Input X1 X2 X3
Sumber: Daryanto, 2010
Ada tiga matriks dasar yang dapat dilihat dalam tabel 2.2. yakni: 1. Matriks Z atau matriks transaksi input antar,
2. Matriks Y tau matriks permintaan akhir yang terdiri atas permintaan untuk konsumsi rumah tangga (C), pemerintah (G), investasi (I), dan ekspor (X), 3. Matriks V atau matriks input primer yang terdiri atas upah/gaji (W), surplus
usaha (S), penyusutan (D) dan pajak tidak langsung/minus subsidi(T). Bila dilihat secara horizontal, setiap baris isi sel total output menunjukkan bagaimana output suatu sektor itu dialokasikan, yang mana sebagian untuk memenuhi permintaan antara pada sektor produksi dan sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir. Sedangkan isi sel menurut garis vertical menggambarkan distribusi pemakaian input antara dan input primer pada suatu sektor produksi.
Alokasi Output
Struktur Input
(31)
2.4.Tahap-tahap Analisis
Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data pada Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Timur tahun 2009. Data yang dianalisis dari Tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Menurut BPS dalam Tabel Input-Output Provinsi Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009, tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen menunjukkan hubungan langsung antara sektor penghasil produksi dalam negeri dengan sektor pemakainya, tanpa dipengaruhi lagi oleh margin perdagangan dan biaya pengangkutan, oleh karena itu koefisien teknis yang diturunkan dari jenis tabel ini lebih memiliki keunggulan analisis karena setiap kenaikan permintaan dapat diukur langsung pengaruhnya terhadap kenaikan produksi dalam negeri.
Dalam Tabel IO Kalimantan Timur tahun 2009 tidak terdapat sektor yang menggambarkan secara spesifik mengenai keberadaan bandara sehingga dilakukan pendekatan dengan mengasumsikan sektor bandara untuk mewakili keberadaan bandara tersebut.
Adapun tahap-tahap analisis pada penelitian ini secara garis besar antara lain: 1. Mengagregasikan sektor-sektor pada tabel transaksi domestik atas dasar harga
produsen. Agregasi sektor adalah proses penggabungan beberapa sektor Input-Output menjadi satu sektor yang lebih besar. Agregasi sektor harus memperhatikan sifat masing-masing sektor. Dalam Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh sektor kemudian sektor-sektor tersebut diagregasi menjadi tiga belas sektor. Agregasi menjadi tiga belas sektor dilakukan untuk melihat dampak
(32)
penyebaran dan keterkaitan sektor bangunan serta multiplier output dan pendapatan rumah tangga.
2. Mengelompokkan sektor-sektor yang telah diagregasi ke dalam tabel di Microsoft Excel dan memberi nama atau kode sesuai dengan yang tercantum dalam Provinsi Kalimantan Timur tahun 2009.
3. Dilakukan perkiraan untuk indikator-indikator seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, struktur investasi dan ekspor impor untuk tahun 2010 yang diambil dari nilai yang terdapat di PDRB menurut Penggunaan tahun 2010.
4. Melakukan proses input data dari tabel di Microsoft Excel pada software IOAP 1.0.1 (Input Output Analysis for Practitioners) untuk kemudian data diolah oleh software tersebut.
5. Setelah data selesai diolah selanjutnya dilakukan simulasi investasi dengan mengalikan nilai investasi dari investasi APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan PT. Angkasa Pura I selaku pengelola bandara dengan nilai multipliernya kemudian dilakukan analisis mengenai kontribusi peningkatan output dan pendapatan akibat adanya investasi pembangunan tersebut.
(33)
3.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh sektor, data investasi APBD Propinsi Kalimantan Timur dan investasi PT. Angkasa Pura I serta data-data pendukung lainnya yang didapat dari Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Timur, Badan Pusat Statistik Pusat dan PT. Angkasa Pura I serta sumber-sumber lainnya. Dalam analisis ini dibantu oleh perangkat lunak Microsoft Excel dan IOAP 1.0.1 untuk mendapatkan nilai multiplier, keterkaitan serta dampak penyebaran.
3.2. Metode Analisis
3.2.1. Analisis Keterkaitan
Analisis keterkaitan dapat memberi gambaran mengenai keterkaitan antar sektor. Keterkaitan terdiri dari keterkaitan ke depan baik langsung maupun langsung tidak langsung serta keterkaitan ke belakang secara langsung maupun langsunng tidak langsung. Keterkaitan ke depan sendiri memberikan informasi mengenai derajat keterkaitan antara suatu sektor yang menghasilkan output yang digunakan sebagai input dari sektor lain. Sedangkan keterkaitan ke belakang digunakan untuk melihat derajat keterkaitan suatu sektor yang memasok input untuk sektor yang diteliti.
(34)
1. Keterkaitan Langsung ke Depan
Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.
Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut :
∑
Di mana:
2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.
Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : ∑
Di mana:
= keterkaitan langsung ke depan sektor i
= unsur matriks koefisien teknis
n = jumlah sektor
= keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i
= unsur matriks kebalikan Leontief
(35)
3. Keterkaitan Langsung ke Belakang
Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.
Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut :
∑
Di mana:
= keterkaitan langsung ke belakang sektor i
= unsur matriks koefisien teknis
= jumlah sektor
4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang
Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.
Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut :
∑
Di mana:
= keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i
= unsur matriks kebalikan Leontief
(36)
3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun ke belakang belum cukup untuk digunakan sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir tiap sektor tidak sama. Oleh karena itu harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini sebagai dampak penyebaran yang dapat menentukan suatu sektor dapat menumbuhkan sektor hulu atau hilirnya. Dampak penyebaran ini terdiri dari:
1. Koefisien Penyebaran
Konsep koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang/daya menarik) bermanfaat untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Suatu sektor dikatakan mempunyai koefisien penyebaran yang tinggi apabila Pd sektor tersebut mempunyai nilai lebih besar dari satu, dan sebaliknya jika nilai Pd sektor tersebut lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah :
Pd = ∑ ∑ ∑
Di mana:
Pd = koefisien penyebaran sektor
= matriks kebalikan Leontif
(37)
Nilai koefisien penyebaran dari suatu sektor menunjukkan bahwa kenaikan satu unit output sektor tersebut akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain yang menyediakan input bagi sektor itu, termasuk itu sendiri sebesar nilai koefisien penyebarannya.
2. Kepekaan Penyebaran
Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan industri hilirnya. Jika Sd>1 artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Namun jika Sdi<1 artinya sektor tersebut kurang mempunyai kemampuan untuk mendorong sektor hilirnya. Rumus untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah :
Sd =
∑
∑
∑
Dimana :
Sd = kepekaan penyebaran sektor i
= unsur matriks kebalikan Leontif model terbuka n
= jumlah sektor
Nilai kepekaan penyebaran suatu sektor menunjukan bahwa kenaikan satu output dari suatu sektor akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain yang menggunakan output dari sektor itu, termasuk sektor itu sendiri sebesar nilai kepekaan penyebarannya.
(38)
3.2.3. Analisis Multiplier
Multiplier ini menggambarkan bahwa terjadinya peningkatan akivitas suatu sektor akan meningkatkan aktivitas sektor tersebut atau sektor lainnya sebesar niai penggandanya. Pada dasarnya analisis angka pengganda mencoba melihat apa yang terjadi pada variable-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan variable eksogen seperti permintaan utama dalam analisis angka pengganda ini yaitu sektor produksi, pendapatan rumah tangga dan tenaga kerja. Masing-masing angka pengganda masih dibagi kedalam dua bagian yaitu tipe I dan tipe II.
Berdasarkan matriks kebalikan Leontif baik untuk model terbuka ( gij )
maupun model tertutup ( g*ij ) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output,
dan pendapatan berdasarkan rumus-rumus yang tercantum pada tabel berikut: Tabel 3.1 Rumus Multiplier Output, dan Pendapatan
Tipe Dampak Multiplier
Output Pendapatan
Dampak Awal l Pj
Pengaruh Langsung Σa
ij ΣaijPj
Pengaruh Tidak Langsung Σg
ij-1-Σaij ΣgijPi
-
Pi- ΣaijPiDampak Imbasan Konsumsi Σ
(g*ij-gij) Σ(g*ijPi-gijPi)
Dampak Total Σg*
ij Σiα*ijhi
Dampak Luberan Σg*
ij -1 Σg*ijPi-Pi
(39)
Keterangan : aij = koefisien input langsung
Pi = koefisien pendapatan rumah tangga
gij = koefisien kebalikan Leontif terbuka
g*ij = koefisien kebalikan Leontif tertutup
Sedangkan untuk meliat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, maka dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan tipe II sebagai berikut :
Tipe I =
Tipe II =
Koefisien Pendapatan (Pi)
Koefisien pendapatan merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan dirumuskan sebagai berikut:
di mana: Pi = koefisien pendapatan sektor i
= jumlah upah dan gaji sektor i = jumlah output total sektor i
(40)
3.2.4. Simulasi Investasi
Untuk melihat kontribusi pembangunan infrastruktur yang dalam penelitian ini adalah pembangunan Bandara Internasional Sepinggan, analisis selanjutnya adalah simulasi investasi. Analisis ini dilakukan dengan mengalikan nilai multiplier output dan pendapatan dengan nilai investasi yang berasal dari APBD Propinsi Kalimantan Timur dan PT. Angkasa Pura I. Dengan merangkum hasil analisis ini maka dapat kita ketahui seberapa besar peningkatan yang terjadi akibat investasi yang dilakukan.
3.3. Konsep dan Definisi Operasional Data
Konsep dan definisi menjelaskan konsep serta definisi dari bangunan, output, transaksi antara, permintaan akhir (pengeluaran rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor) dan input primer (upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto) yang sesuai dengan Tabel Input-Output (Daryanto, A. dan Hafizrianda, Y, 2010).
1. Bangunan / Konstruksi
Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh kontraktor umum yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain maupun oleh kontraktor khusus yaitu unit usaha dan individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri. Sektor kontruksi atau bangunan ini terdiri dari bangunan tempat tinggal, perkantoran, pertokoan, gedung pentas, olahraga, rehabilitasi bangunan, landasan pesawat terbang, pembangkit listrik, instalasi air minum, bangunan stasiun pembangkit dan bangunan sipil lainnya.
(41)
2. Output
Output adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah (negara, propinsi, dan sebagainya) dalam periode tertentu tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksi maupun usahanya. Sepanjang kegiatan produksinya dilakukan pada wilayah yang bersangkutan maka produksinya dihitung sebagai bagian dari output wilayah tertentu. Oleh karena itu, output sering dikatakan sebagai produk domestik. Unit usaha yang produksinya berupa barang outputnya merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang bergerak di bidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain.
3. Input Antara
Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara lain terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam negeri atau impor. Barang tidak tahan lama, adalah barang yang habis dalam sekali pakai, atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Contoh dari input antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya, sedangkan balas jasa untuk pegawai (upah dan gaji) dimasukkan ke dalam input primer. Penilaian dari barang dan jasa yang digunakan berdasarkan transaksi atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat menggunakan barang dan jasa tersebut.
(42)
4. Input Primer
Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara lain terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam negeri atau impor. Barang tidak tahan lama, adalah barang yang habis dalam sekali pakai, atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Contoh dari input antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya, sedangkan balas jasa untuk pegawai (upah dan gaji) dimasukkan ke dalam input primer. Penilaian dari barang dan jasa yang digunakan berdasarkan transaksi atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat menggunakan barang dan jasa tersebut.
a. Upah dan Gaji
Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar.
b. Surplus Usaha
Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.
(43)
c. Penyusutan
Penyusutan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. d. Pajak Tak Langsung Netto
Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negara.
5. Permintaan Antara
Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi. Dengan kata lain, permintaan antara menunjukkan jumlah penawaran output dari suatu sektor ke sektor lain yang digunakan dalam proses produksi.
6. Permintaan Akhir
Permintaan akhir merupakan permintaan akan barang dan jasa selain permintaan untuk sektor produksi juga terdapat permintaan untuk konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukkan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor-impor.
a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dan badan-badan yang tidak mencari untung, dikurangi nilai netto penjualan barang bekas dan barang sisa. Akan
(44)
tetapi, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dimasukkan sebagai pembentukkan modal tetap sektor usaha persewaan tanah dan bangunan (real estate). Barang dan jasa juga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri.
b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran barang dan jasa pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, untuk konsumsi kecuali yang sifatnya pembentukkan modal, termasuk pengeluaran untuk kepentingan angkatan bersenjata (pertahanan).
c. Pembentukan Modal Tetap Bruto
Pembentukkan modal tetap bruto mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik
dari dalam maupun impor. Barang modal dapat terdiri dari
bangunan/konstruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan, serta barang modal lainnya.
d. Perubahan Stok
Perubahan stok juga merupakan pembentukkan modal (tidak tetap) yang diperoleh dari selisih antara stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang awal tahun. Stok biasanya dipegang oleh produsen yang merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual oleh konsumen sebagai bahan-bahan (inventory) yang belum sempat digunakan. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi: (1) perubahan stok barang setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (3) perubahan
(45)
stok di sektor perdagangan yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual.
e. Ekspor dan Impor
Ekspor dan impor merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk di suatu daerah, dengan penduduk di luar daerah tersebut, baik penduduk kota lain maupun luar negeri. Ada dua aspek penting dalam ekspor dan impor yaitu transaksi ekonomi dan penduduk. Transaksi ekonomi meliputi transaksi barang, jasa pengangkutan, jasa pariwisata, jasa komunikasi, jasa asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ini melibatkan seluruh penduduk yang meliputi badan pemerintahan pusat dan daerah, perorangan, perusahaan, dan lembaga lainnya. Termasuk pula dalam transaksi ekspor adalah pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk daerah lain. Sebaliknya pembelian langsung di pasar luar daerah oleh penduduk domestik dikategorikan sebagai transaksi impor.
7. Margin Perdagangan dan Biaya Transportasi
Margin perdagangan dan biaya transportasi adalah selisih antara transaksi pada tingkat harga konsumen atau pembeli dengan tingkat harga produsen. oleh karena itu, selisih nilai transaksi mencakup: (1) Keuntungan pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang eceran, (2) Biaya transportasi yang timbul dalam menyalurkan barang produsen sampai ke tangan pembeli akhir.
8. Sektor Pertanian
Kegiatan yang dilakukan di sektor ini meliputi kegiatan pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan kehutanan serta kegiatan perikanan. Termasuk pula dalam sektor ini kegiatan pengolahan hasil-hasil
(46)
pertanian, peternakan kehutanan, perikanan yang dilakukan secara sederhana yang masih menggunakan peralatan tradisional.
9. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Pertambangan dan penggalian, mencakup seluruh usaha kegiatan penambangan, penggalian dan penggaraman rakyat. Pada dasarnya usaha kegiatan sektor ini dimaksudkan untuk memperoleh segala macam barang tambang, mineral dan barang galian berbentuk padat, cair dan gas, baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan bumi. Sifat dan tujuan pengusahaan benda-benda tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, diproses lebih lanjut, dijual kepada pihak lain, ataupun diekspor ke luar negeri.
10.Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara mekanik, kimiawi ataupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan, dan perusahaan lainnya.
11.Listrik dan Air Bersih
Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkit dan distribusi tenaga listrik baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun non PLN. Cakupannya termasuk pula tenaga listrik produksi sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industry dan sektor lain kecuali dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor itu sendiri. Produksi listrik merupakan jumlah kWh tenaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga listrik terjual, digunakan sendiri dalam transmisi dan distribusi. Sektor gas
(47)
mencakup kegiatan produksi dan penyediaan gas kota untuk dijual kepada sektor lain maupun ke rumah tangga. Gas kota diperoleh dari pembakaran batu bara dan residu kilang minyak serta proses penyaluran gas alam. Produksi utama berupa gas dan produknya berupa kokas. Sektor air bersih mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannya melalui pipa baik ke rumah tangga, ataupun ke sektor lain sebagai pemakai.
12.Perdagangan, Hotel dan Restoran
Kegiatan perdagangan meliputi pengumpulan barang dari produsen atau pelabuhan, impor dan mendistribusikannya kepada konsumen tanpa mengubah bentuk barang tersebut. Kegiatan restoran pada umumnya menyediakan makanan dan minuman jadi yang dapat dinikmati langsung. Kegiatan perhotelan meliputi usaha penyediaan akomodasi untuk umum berupa tempat penginapan jangka waktu relatif singkat.
13.Angkutan Darat
Sektor ini meliputi angkutan bermotor untuk penumpang, angkutan nermotor untuk barang dan angkutan tidak bermotor
14.Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan
Sektor angkutan sungai, danau dan penyebrangan ini meliputi angkutan speed boat, angkutan fery penyebrangan dan angkutan sungai lainnya baik untuk penumpang maupun barang.
15.Angkutan Laut
Pada sektor angkutan laut meliputi angkutan samudera dan perairan pantai, pelayaran rakyat baik untuk penumpang maupun barang.
(48)
16.Angkutan Udara
Sektor angkutan udara ini terdiri dari angkutan penumpang maupun barang 17.Jasa Penunjang Angkutan dan Pergudangan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi meliputi kegiatan angkutan, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Kegiatan pengangkutan umumnya mengangkut barang dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain atas dasar suatu pembayaran. Komunikasi meliputi usaha jasa pos dan giro, komunikasi telepon, faksimili, telepon seluler, kegiatan pengiriman surat, wesel, dan lain-lain.
18.Bank dan Lembaga Keuangan Lain
Terdiri dari subsektor bank, lembaga keuangan lainnya (lembaga keuangan bukan bank), jasa penunjang keuangan bukan bank, sewa bangunan dan jasa perusahaan. Subsektor bank mencakup kegiatan bank sentral dan bank komersil baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain. Subsektor lembaga keuangan lainnya mencakup kegiatan asuransi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan lembaga pembiayaan. Selain itu, kegiatan pasar modal, valuta asing, dan jasa penunjang misalnya pialang dan penjamin emisi juga merupakan kegiatan dari subsektor ini. Subsektor sewa bangunan mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen, serta usaha persewaan tanah persil. Subsektor jasa perusahaan mencakup kegiatan pemberian jasa hukum, jasa akuntansi, jasa arsitek dan teknik, jasa periklanan, jasa riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin dan peralatan.
(49)
19.Jasa dan Kegiatan Lain
Jasa-jasa yang dimaksud meliputi kegiatan-kegiatan: (1) jasa pemerintahan umum dan pertahanan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, (2) jasa sosial kemasyarakatan yang meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset, rumah ibadah, dan sebagainya, (3) jasa hiburan dan rekreasi yang meliputi kegiatan produksi dan distribusi film, jasa bioskop, studio radio, museum, gedung olahraga, taman hiburan, dan sebagainya, (4) jasa perbengkelan yang meliputi bengkel kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, (5) jasa perorangan dan rumah tangga, yaitu jasa yang berkaitan erat dengan kepentingan perorangan dan rumah tangga seperti tukang cukur, binatu, salon kecantikan, pembantu rumah tangga, pengasuh bayi, dan lain sebagainya.
(50)
Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km2terletak antara 113º44’ Bujur Timur dan 119º00’ Bujur Timur serta diantara 4º24’ Lintang Utara dan 2º25’ Lintang Selatan. Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah, propinsi terluas kedua setelah Papua ini dibagi menjadi 10 (sepuluh) kabupaten, 4 (empat) Kota, 136 kecamatan dan 1.445 desa/kelurahan.
Skala: 1 : 3.700.000
Gambar 4.1. Peta Propinsi Kalimantan Timur
Sepuluh Kabupaten tersebut adalah Pasir dengan ibukota Tanah Grogot, Kutai Barat dengan ibukota Sendawar, Kutai Kartanegara dengan ibukota Tenggarong, Kutai Timur dengan ibukota Sangatta, Berau dengan ibukota Tanjung Redeb, Malinau dengan ibukota Malinau, Bulungan dengan ibukota
(51)
Tanjung Selor, Nunukan dengan ibukota Nunukan, Penajam Paser Utara dengan ibukota Penajam dan Tana Tidung dengan ibukota Tideng Pale (pemekaran dari Kabupaten Bulungan). Sedangkan empat kota adalah Balikpapan, Samarinda, Tarakan dan Bontang.
Kalimantan Timur merupakan salah satu pintu gerbang pembangunan di wilayah Indonesia bagian Timur. Daerah yang juga dikenal sebagai gudang kayu dan hasil pertambangan ini mempunyai ratusan sungai yang tersebar pada hampir semua kabupaten/kota dan merupakan sarana angkutan utama di samping angkutan darat, dengan sungai yang terpanjang Sungai Mahakam. Propinsi Kalimantan Timur terletak di sebelah paling Timur Pulau Kalimantan dan sekaligus merupakan wilayah perbatasan dengan Negara Malaysia, khususnya Negara Sabah dan Sarawak. Tepatnya propinsi ini berbatasan langsung dengan Negara Malaysia di sebelah Utara, Laut Sulawesi dan Selat Makasar di sebelah Timur, Kalimantan Selatan di sebelah Selatan, dan dengan Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah serta Malaysia di sebelah Barat.
Daratan Kalimantan Timur tidak terlepas dari perbukitan yang terdapat hampir di seluruh kabupaten. Sedang untuk danau yang berjumlah sekitar 18 buah, sebagian besar berada di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan danau yang paling luas yaitu Danau Semayang dan Danau Melintang dengan luas masing-masing 13.000 hektar, dan 11.000 hektar.
4.1. Perekonomian Propinsi Kalimantan Timur
Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Kalimantan Timur menurut Lapangan Usaha pada tahun 2010 sebesar 4,95 persen dengan
(52)
migas dan non migas sebesar 10,79 persen. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 6,59 persen, maka pada ahun 2009 laju pertumbuhan PDRB baik dengan migas maupun tanpa migas lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Sumber: BPS Kaltim 2011
Gambar 4.2. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010
Hampir semua sektor ekonomi di Kalimantan Timur pada tahun 2010 mengalami percepatan pertumbuhan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hanya sektor Listrik, Gas dan Air yang mngalami perlambatan. Struktur ekonomi Kalimantan Timur ahun 2010 dengan maupun tanpa migas tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. PDRB dengan migas menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang sangat berperan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Timur adalah sektor pertambangan (47,88 %), industri pengolahan (24,74 %), perdagangan, hotel dan restoran (8,15 %) serta sektor pertanian (5,86 %).
5.86
47.58 27.74
0.27 2.79 8.15 3.75 2.32
Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
(53)
Struktur PDRB non migas didominasi oleh lima sektor yaitu sektor pertambangan (45,54 %), sektor perdagangan, hotel dan restoran ( 13,92 %), pertanian (10,01 %) serta sektor industri pengolahan (7,68 %)
Tabel 4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Kalimantan Timur Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)
No. Sektor/Lapangan Usaha
2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 6.851.355 6.844.815 6.947.066 7.149.139 2 Petambangan dan
Penggalian
38.321.837 40.527.149 42.262.880 45.855.381 3 Industri
Pengolahan
31.946.299 32.875.825 31.666.162 25.891.413 4 Listrik, Gas & Air
Bersih
309.431 319.610 337.693 355.652 5 Bangunan 3.339.516 3.617.582 3.977.671 4.382.297 6 Perdagangan,
Hotel dan Restoran
8.130.803 8.419.720 8.897.655 9.833.726
7 Pengangkutan dan Komunikasi
5.052.690 5.450.459 5.851.260 6.391.115 8 Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan
2.741.785 3.008.421 3.277.736 3.578.785
9 Jasa-jasa lain 1.898.665 2.043.292 2.150.697 2.312.045
TOTAL PDRB
MIGAS
98.428.543 103.206.871 106.368.811 110.579.888 TOTAL PDRB NON
MIGAS
52.736.830 56.079.605 59.777.992 66.226.996 Sumber : BPS Kaltim, 2011
(54)
4.2. Perencanaan Pembangunan Regional Propinsi Kalimantan Timur Tema pembangunan pada tahun 2012 adalah “Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Ekonomi Daerah yang Pro Rakyat, Berkeadilan dan
Berkelanjutan”. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2010-2014, kebijakan ekonomi makro tahun 2012 diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, menjaga stabilitas ekonomi, menciptakan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, pembangunan ekonomi yang pro poor, pro job, pro growth dan pro environment akan terus dilaksanakan. Pertumbuhan ekonomi didorong terutama dengan menjaga tingkat konsumsi masyarakat yang diperkirakan masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur. Pertumbuhan sektor konsumsi rumah tangga ditopang oleh perbaikan daya beli yang bersumber dari kenaikan gaji dan Upah Minimum Propinsi (UMP), serta penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan.
Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang mampu menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan juga terus didorong. Upaya untuk menurunkan jumlah penduduk miskin juga akan didorong oleh berbagai program yang diarahkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi yang pro-rakyat miskin, memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat, serta meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Pertumbuhan ekonomi didorong terutama dengan meningkatkan investasi dan ekspor pada komoditas non migas dan pertambangan, serta mendorong daya saing industri pengolahan. Investasi juga didorong dengan meningkatkan produktivitas dan akses UKM pada sumberdaya produktivitas. Dorongan terhadap pertumbuhan
(1)
94
SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
P1 0.08530 0.18424 0.26615 0.20660 0.47843 0.10789 0.29835 0.23890 0.40140 0.25556 0.09593 0.04264 0.07517 P2 0.18222 0.1496 0.11557 0.14485 0.14342 0.19826 0.24841 0.26378 0.14864 0.20278 0.21627 0.20973 0.49679 P3 0.59005 0.59054 0.36298 0.95788 0.18934 0.41855 0.16622 0.20400 0.14338 0.19695 0.33453 0.62737 0.21407 P4 0.03054 0.05318 0.03710 0.16340 0.04304 0.06482 0.09277 0.11284 0.08098 0.17151 0.16655 0.02701 0.13678 P5 0.01462 0.02515 0.02317 0.01353 0.01356 0.03621 0.03538 0.00951 0.02879 0.02566 0.02802 0.00630 0.01910
P6 0.00000
-0.05897
-0.12090
-0.71555 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 TOTAL 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000
Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Timur 13 Sektor (diolah)
(2)
95
Lampiran 5. Matrik Kebalikan Leontif
SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 1.0467 0.00091 0.19952 0.00317 0.03104 0.04432 0.0029 0.00146 0.03062 0.00318 0.00321 0.00134 0.00466 2 0.00456 1.03240 0.02037 0.08695 0.02148 0.00943 0.03857 0.05646 0.05573 0.06351 0.01564 0.00180 0.00345 3 0.01367 0.00280 1.08931 0.01189 0.05576 0.04342 0.0103 0.00303 0.01835 0.01248 0.00888 0.00583 0.00763 4 0.00085 0.00076 0.00769 1.09332 0.00138 0.01459 0.00479 0.00206 0.00437 0.00139 0.00941 0.00821 0.0067 5 0.01875 0.00594 0.00606 0.01458 1.0017 0.01016 0.00283 0.00284 0.0105 0.00253 0.06004 0.00683 0.00987 6 0.00525 0.00210 0.01623 0.01534 0.02029 1.00797 0.01472 0.01792 0.02479 0.0192 0.00653 0.00134 0.00395 7 0.00612 0.00254 0.01267 0.01274 0.00465 0.01164 1.01336 0.01110 0.0166 0.00986 0.00371 0.00360 0.00279 8 0.00148 0.00109 0.00292 0.00156 0.00428 0.00662 0.01197 1.02508 0.00204 0.0013 0.00653 0.00167 0.00084 9 0.00138 0.00209 0.00736 0.00413 0.0057 0.00508 0.00367 0.00460 1.01051 0.0042 0.00395 0.00121 0.00113 10 0.00075 0.00137 0.00364 0.00186 0.00138 0.00249 0.00105 0.00236 0.00209 1.00141 0.00123 0.00362 0.00081 11 0.00104 0.00093 0.00555 0.00594 0.00262 0.0118 0.02645 0.02728 0.04257 0.02657 1.03905 0.00950 0.00343 12 0.00403 0.00189 0.00661 0.00432 0.00243 0.00669 0.0101 0.01147 0.00259 0.00482 0.00648 1.03163 0.00631 13 0.0062 0.00754 0.00956 0.01445 0.00998 0.03392 0.04047 0.02783 0.00764 0.01751 0.01987 0.02273 1.01615 TOTAL 1.11348 1.06236 1.38749 1.26988 1.16269 1.20812 1.18118 1.19350 1.16796 1.16796 1.18461 1.09931 1.06771
(3)
96
SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
P1 0.08530 0.18424 0.26615 0.20660 0.47843 0.10789 0.29835 0.23890 0.40140 0.25556 0.09593 0.04264 0.07517 P2 0.18222 0.1496 0.11557 0.14485 0.14342 0.19826 0.24841 0.26378 0.14864 0.20278 0.21627 0.20973 0.49679 P3 0.59005 0.59054 0.36298 0.95788 0.18934 0.41855 0.16622 0.20400 0.14338 0.19695 0.33453 0.62737 0.21407 P4 0.03054 0.05318 0.03710 0.16340 0.04304 0.06482 0.09277 0.11284 0.08098 0.17151 0.16655 0.02701 0.13678 P5 0.01462 0.02515 0.02317 0.01353 0.01356 0.03621 0.03538 0.00951 0.02879 0.02566 0.02802 0.00630 0.01910
P6 0.00000
-0.05897
-0.12090
-0.71555 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 TOTAL 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000
Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Timur 13 Sektor (diolah)
(4)
97
Lampiran 6. Pengganda (Multiplier) Output 13 Sektor
Sector
Initial
First Round
Indust Sup
Cons
Total
Elasticity
Type I
Type II
1
1,00000
0,11509
0,02868
0,16580
1,30957
0,63456
1,14376
1,30957
2
1,00000
0,15102
0,02999
0,29922
1,48023
1,25835
1,18101
1,48023
3
1,00000
0,37063
0,09683
0,48540
1,95285
1,50084
1,46746
1,95285
4
1,00000
0,40162
0,10037
0,36996
1,87195
0,55202
1,50199
1,87195
5
1,00000
0,23037
0,06455
0,71829
2,01321
1,82077
1,29491
2,01321
6
1,00000
0,22079
0,06039
0,22067
1,50184
0,97261
1,28117
1,50184
7
1,00000
0,30109
0,06815
0,45658
1,82581
1,08696
1,36923
1,82581
8
1,00000
0,34298
0,07737
0,38123
1,80158
0,75674
1,42035
1,80158
9
1,00000
0,37438
0,09196
0,58376
2,05010
1,22870
1,46633
2,05010
10
1,00000
0,34008
0,07593
0,39587
1,81188
1,18935
1,41601
1,81188
11
1,00000
0,23896
0,06353
0,21728
1,51978
0,75052
1,30250
1,51978
12
1,00000
0,11113
0,02453
0,08767
1,22332
0,32215
1,13565
1,22332
13
1,00000
0,08443
0,02078
0,13615
1,24137
0,733781
1,10521
1,24137
(5)
98
Lampiran 7. Pengganda (Multiplier) Pendapatan 13 Sektor
Sector
Initial
First Round
Indust Sup
Cons
Total
Elasticity
Type I
Type II
1
0.08530
0.01966
0.00289
0.04816
0.15602
0.00000
1.26443
1.82908
2
0.18424
0.01182
0.00114
0.08806
0.28526
0.00000
1.07036
1.54835
3
0.26615
0.04987
0.01080
0.14595
0.47248
0.87523
1.22798
1.77635
4
0.20660
0.04747
0.00797
0.11702
0.37907
1.66755
1.26835
1.83476
5
0.47843
0.02578
0.00511
0.22744
0.73676
1.27371
1.06456
1.53996
6
0.10789
0.03149
0.00601
0.06493
0.21032
0.04499
1.34764
1.94945
7
0.29835
0.02434
0.00428
0.14602
0.47299
1.34996
1.09594
1.58535
8
0.23890
0.02765
0.00435
0.12098
0.39188
1.34529
1.13395
1.64034
9
0.40140
0.03512
0.00621
0.19771
0.64043
0.92604
1.10295
1.59549
10
0.25556
0.02424
0.00399
0.12673
0.41053
0.66878
1.11047
1.60637
11
0.09593
0.04173
0.00526
0.06383
0.20675
0.46290
1.48985
2.15516
12
0.04264
0.01173
0.00224
0.02528
0.08188
0.74360
1.32740
1.92018
13
0.07517
0.01134
0.00176
0.03942
0.12768
0.43530
1.17427
1.69866
(6)