III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima
puluh sektor, data investasi APBD Propinsi Kalimantan Timur dan investasi PT. Angkasa Pura I serta data-data pendukung lainnya yang didapat dari Badan Pusat
Statistik Propinsi Kalimantan Timur, Badan Pusat Statistik Pusat dan PT. Angkasa Pura I serta sumber-sumber lainnya. Dalam analisis ini dibantu oleh perangkat
lunak Microsoft Excel dan IOAP 1.0.1 untuk mendapatkan nilai multiplier, keterkaitan serta dampak penyebaran.
3.2. Metode Analisis
3.2.1. Analisis Keterkaitan
Analisis keterkaitan dapat memberi gambaran mengenai keterkaitan antar sektor. Keterkaitan terdiri dari keterkaitan ke depan baik langsung maupun
langsung tidak langsung serta keterkaitan ke belakang secara langsung maupun langsunng tidak langsung. Keterkaitan ke depan sendiri memberikan informasi
mengenai derajat keterkaitan antara suatu sektor yang menghasilkan output yang digunakan sebagai input dari sektor lain. Sedangkan keterkaitan ke belakang
digunakan untuk melihat derajat keterkaitan suatu sektor yang memasok input untuk sektor yang diteliti.
1. Keterkaitan Langsung ke Depan
Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara
langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut :
∑ Di mana:
2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output
bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.
Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : ∑
Di mana: =
keterkaitan langsung ke depan sektor i =
unsur matriks koefisien teknis n =
jumlah sektor
= keterkaitan langsung dan tidak langsung ke
depan sektor i =
unsur matriks kebalikan Leontief n =
jumlah sektor
3. Keterkaitan Langsung ke Belakang
Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara
langsung per unit kenaikan permintaan total.
Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut :
∑
Di mana: = keterkaitan langsung ke belakang sektor i
= unsur matriks koefisien teknis = jumlah sektor
4.
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang
Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara
langsung per unit kenaikan permintaan total.
Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : ∑
Di mana: =
keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i
= unsur matriks kebalikan Leontief
n = jumlah sektor
3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun ke belakang belum cukup untuk digunakan sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-
indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir tiap sektor tidak sama. Oleh karena itu harus dinormalkan
dengan cara membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini sebagai dampak penyebaran yang dapat menentukan suatu sektor dapat menumbuhkan
sektor hulu atau hilirnya. Dampak penyebaran ini terdiri dari: 1.
Koefisien Penyebaran Konsep koefisien penyebaran daya penyebaran ke belakangdaya
menarik bermanfaat
untuk mengetahui
distribusi manfaat
dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya
melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri
hulunya. Suatu sektor dikatakan mempunyai koefisien penyebaran yang tinggi apabila Pd sektor tersebut mempunyai nilai lebih besar dari satu, dan
sebaliknya jika nilai Pd sektor tersebut lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah :
Pd =
∑ ∑
∑
Di mana: P
d
= koefisien penyebaran sektor = matriks kebalikan Leontif
n = jumlah sektor
Nilai koefisien penyebaran dari suatu sektor menunjukkan bahwa kenaikan satu unit output sektor tersebut akan menyebabkan naiknya output
sektor-sektor lain yang menyediakan input bagi sektor itu, termasuk itu sendiri sebesar nilai koefisien penyebarannya.
2. Kepekaan Penyebaran
Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini
diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan industri hilirnya. Jika Sd1 artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan
kuat untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Namun jika Sd
i
1 artinya sektor tersebut kurang mempunyai kemampuan untuk mendorong sektor
hilirnya. Rumus untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah :
Sd =
∑ ∑
∑
Dimana : Sd
= kepekaan penyebaran sektor i
= unsur matriks kebalikan Leontif model terbuka n
= jumlah sektor
Nilai kepekaan penyebaran suatu sektor menunjukan bahwa kenaikan satu output dari suatu sektor akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor
lain yang menggunakan output dari sektor itu, termasuk sektor itu sendiri sebesar nilai kepekaan penyebarannya.
3.2.3. Analisis Multiplier
Multiplier ini menggambarkan bahwa terjadinya peningkatan akivitas suatu sektor akan meningkatkan aktivitas sektor tersebut atau sektor lainnya
sebesar niai penggandanya. Pada dasarnya analisis angka pengganda mencoba melihat apa yang terjadi pada variable-variabel endogen tertentu apabila terjadi
perubahan variable eksogen seperti permintaan utama dalam analisis angka pengganda ini yaitu sektor produksi, pendapatan rumah tangga dan tenaga kerja.
Masing-masing angka pengganda masih dibagi kedalam dua bagian yaitu tipe I dan tipe II.
Berdasarkan matriks kebalikan Leontif baik untuk model terbuka g
ij
maupun model tertutup g
ij
dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output, dan pendapatan berdasarkan rumus-rumus yang tercantum pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Rumus Multiplier Output, dan Pendapatan
Tipe Dampak Multiplier
Output Pendapatan
Dampak Awal l
P
j
Pengaruh Langsung Σa
ij
Σa
ijPj
Pengaruh Tidak Langsung Σg
ij-1-
Σa
ij
Σg
ij
Pi
-
Pi- Σa
ij
P
i
Dampak Imbasan Konsumsi Σ
g
ij-
g
ij
Σ g
ij
P
i-
g
ij
P
i
Dampak Total
Σg
ij
Σ
i
α
ij
h
i
Dampak Luberan Σg
ij
-1 Σg
ij
P
i
-P
i
Sumber : Daryanto, 2010
Keterangan : a
ij
= koefisien input langsung
P
i
= koefisien pendapatan rumah tangga
g
ij
=
koefisien kebalikan Leontif terbuka
g
ij
=
koefisien kebalikan Leontif tertutup
Sedangkan untuk meliat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, maka dihitung
dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan tipe II sebagai berikut :
Tipe I =
Tipe II =
Koefisien Pendapatan P
i
Koefisien pendapatan merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk
menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan dirumuskan sebagai berikut:
di mana: P
i
= koefisien pendapatan sektor i
= jumlah upah dan gaji sektor i = jumlah output total sektor i
3.2.4. Simulasi Investasi
Untuk melihat kontribusi pembangunan infrastruktur yang dalam penelitian ini adalah pembangunan Bandara Internasional Sepinggan, analisis
selanjutnya adalah simulasi investasi. Analisis ini dilakukan dengan mengalikan nilai multiplier output dan pendapatan dengan nilai investasi yang berasal dari
APBD Propinsi Kalimantan Timur dan PT. Angkasa Pura I. Dengan merangkum hasil analisis ini maka dapat kita ketahui seberapa besar peningkatan yang terjadi
akibat investasi yang dilakukan.
3.3. Konsep dan Definisi Operasional Data
Konsep dan definisi menjelaskan konsep serta definisi dari bangunan, output, transaksi antara, permintaan akhir pengeluaran rumah tangga, pengeluaran konsumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor dan input primer upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto yang
sesuai dengan Tabel Input-Output Daryanto, A. dan Hafizrianda, Y, 2010.
1. Bangunan Konstruksi
Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh kontraktor umum yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi
untuk pihak lain maupun oleh kontraktor khusus yaitu unit usaha dan individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri. Sektor kontruksi
atau bangunan ini terdiri dari bangunan tempat tinggal, perkantoran, pertokoan, gedung pentas, olahraga, rehabilitasi bangunan, landasan pesawat
terbang, pembangkit listrik, instalasi air minum, bangunan stasiun pembangkit dan bangunan sipil lainnya.
2. Output
Output adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor- sektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu
wilayah negara, propinsi, dan sebagainya dalam periode tertentu tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksi maupun usahanya. Sepanjang
kegiatan produksinya dilakukan pada wilayah yang bersangkutan maka produksinya dihitung sebagai bagian dari output wilayah tertentu. Oleh
karena itu, output sering dikatakan sebagai produk domestik. Unit usaha yang produksinya berupa barang outputnya merupakan hasil perkalian kuantitas
produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang bergerak di bidang jasa, outputnya merupakan nilai
penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain. 3.
Input Antara Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa
yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara lain terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi
dalam negeri atau impor. Barang tidak tahan lama, adalah barang yang habis dalam sekali pakai, atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu
tahun. Contoh dari input antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya, sedangkan balas jasa untuk pegawai upah dan
gaji dimasukkan ke dalam input primer. Penilaian dari barang dan jasa yang digunakan berdasarkan transaksi atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang
dibayarkan pada saat menggunakan barang dan jasa tersebut.
4. Input Primer
Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara lain terdiri dari
barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam negeri atau impor. Barang tidak tahan lama, adalah barang yang habis dalam sekali
pakai, atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Contoh dari input antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya,
sedangkan balas jasa untuk pegawai upah dan gaji dimasukkan ke dalam input primer. Penilaian dari barang dan jasa yang digunakan berdasarkan transaksi atas
dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat menggunakan barang dan jasa tersebut.
a. Upah dan Gaji
Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain
pekerja keluarga yang tidak dibayar. b.
Surplus Usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas
pemilikan modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak
kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung
netto.
c. Penyusutan
Penyusutan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap
penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. d.
Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan
subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang
diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negara.
5. Permintaan Antara
Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi. Dengan kata lain, permintaan antara menunjukkan jumlah
penawaran output dari suatu sektor ke sektor lain yang digunakan dalam proses produksi.
6. Permintaan Akhir
Permintaan akhir merupakan permintaan akan barang dan jasa selain permintaan untuk sektor produksi juga terdapat permintaan untuk konsumsi akhir.
Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukkan modal tetap bruto, perubahan stok, dan
ekspor-impor.
a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dan badan-badan yang tidak mencari
untung, dikurangi nilai netto penjualan barang bekas dan barang sisa. Akan
tetapi, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dimasukkan sebagai pembentukkan modal tetap sektor usaha persewaan tanah dan bangunan real
estate. Barang dan jasa juga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri.
b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran barang dan jasa pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, untuk konsumsi kecuali
yang sifatnya pembentukkan modal, termasuk pengeluaran untuk kepentingan angkatan bersenjata pertahanan.
c. Pembentukan Modal Tetap Bruto
Pembentukkan modal tetap bruto mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik
dari dalam
maupun impor.
Barang modal
dapat terdiri
dari bangunankonstruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan, serta
barang modal lainnya.
d. Perubahan Stok
Perubahan stok juga merupakan pembentukkan modal tidak tetap yang diperoleh dari selisih antara stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok
barang awal tahun. Stok biasanya dipegang oleh produsen yang merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual oleh konsumen sebagai bahan-
bahan inventory yang belum sempat digunakan. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi: 1 perubahan stok barang setengah jadi yang disimpan
oleh produsen, termasuk perubahan ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, 2 perubahan stok bahan
mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, 3 perubahan
stok di sektor perdagangan yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual.
e. Ekspor dan Impor
Ekspor dan impor merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk di suatu daerah, dengan penduduk di luar daerah tersebut, baik
penduduk kota lain maupun luar negeri. Ada dua aspek penting dalam ekspor dan impor yaitu transaksi ekonomi dan penduduk. Transaksi ekonomi
meliputi transaksi barang, jasa pengangkutan, jasa pariwisata, jasa komunikasi, jasa asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ini
melibatkan seluruh penduduk yang meliputi badan pemerintahan pusat dan daerah, perorangan, perusahaan, dan lembaga lainnya. Termasuk pula dalam
transaksi ekspor adalah pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk daerah lain. Sebaliknya pembelian langsung di pasar luar daerah oleh
penduduk domestik dikategorikan sebagai transaksi impor.
7. Margin Perdagangan dan Biaya Transportasi
Margin perdagangan dan biaya transportasi adalah selisih antara transaksi pada tingkat harga konsumen atau pembeli dengan tingkat harga produsen. oleh
karena itu, selisih nilai transaksi mencakup: 1 Keuntungan pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang eceran, 2 Biaya transportasi yang timbul
dalam menyalurkan barang produsen sampai ke tangan pembeli akhir.
8. Sektor Pertanian
Kegiatan yang dilakukan di sektor ini meliputi kegiatan pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan kehutanan serta kegiatan
perikanan. Termasuk pula dalam sektor ini kegiatan pengolahan hasil-hasil
pertanian, peternakan kehutanan, perikanan yang dilakukan secara sederhana yang masih menggunakan peralatan tradisional.
9. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Pertambangan dan penggalian, mencakup seluruh usaha kegiatan penambangan, penggalian dan penggaraman rakyat. Pada dasarnya usaha
kegiatan sektor ini dimaksudkan untuk memperoleh segala macam barang tambang, mineral dan barang galian berbentuk padat, cair dan gas, baik yang
terdapat di dalam maupun di permukaan bumi. Sifat dan tujuan pengusahaan benda-benda tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang
tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, diproses lebih lanjut, dijual kepada pihak lain, ataupun diekspor ke luar negeri.
10. Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara
mekanik, kimiawi ataupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan
industri, perusahaan pertanian, pertambangan, dan perusahaan lainnya.
11. Listrik dan Air Bersih
Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkit dan distribusi tenaga listrik baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara PLN maupun non PLN.
Cakupannya termasuk pula tenaga listrik produksi sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industry dan sektor lain
kecuali dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor itu sendiri. Produksi listrik merupakan jumlah kWh tenaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga
listrik terjual, digunakan sendiri dalam transmisi dan distribusi. Sektor gas
mencakup kegiatan produksi dan penyediaan gas kota untuk dijual kepada sektor lain maupun ke rumah tangga. Gas kota diperoleh dari pembakaran batu bara dan
residu kilang minyak serta proses penyaluran gas alam. Produksi utama berupa gas dan produknya berupa kokas. Sektor air bersih mencakup kegiatan
pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannya melalui pipa baik ke rumah tangga, ataupun ke
sektor lain sebagai pemakai.
12. Perdagangan, Hotel dan Restoran
Kegiatan perdagangan meliputi pengumpulan barang dari produsen atau pelabuhan, impor dan mendistribusikannya kepada konsumen tanpa mengubah
bentuk barang tersebut. Kegiatan restoran pada umumnya menyediakan makanan dan minuman jadi yang dapat dinikmati langsung. Kegiatan perhotelan meliputi
usaha penyediaan akomodasi untuk umum berupa tempat penginapan jangka waktu relatif singkat.
13. Angkutan Darat
Sektor ini meliputi angkutan bermotor untuk penumpang, angkutan nermotor untuk barang dan angkutan tidak bermotor
14. Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan
Sektor angkutan sungai, danau dan penyebrangan ini meliputi angkutan speed boat, angkutan fery penyebrangan dan angkutan sungai lainnya baik untuk
penumpang maupun barang. 15.
Angkutan Laut Pada sektor angkutan laut meliputi angkutan samudera dan perairan pantai,
pelayaran rakyat baik untuk penumpang maupun barang.
16. Angkutan Udara
Sektor angkutan udara ini terdiri dari angkutan penumpang maupun barang 17.
Jasa Penunjang Angkutan dan Pergudangan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi meliputi kegiatan angkutan, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Kegiatan pengangkutan umumnya
mengangkut barang dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain atas dasar suatu pembayaran. Komunikasi meliputi usaha jasa pos dan giro, komunikasi
telepon, faksimili, telepon seluler, kegiatan pengiriman surat, wesel, dan lain- lain.
18. Bank dan Lembaga Keuangan Lain
Terdiri dari subsektor bank, lembaga keuangan lainnya lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan bukan bank, sewa bangunan dan jasa
perusahaan. Subsektor bank mencakup kegiatan bank sentral dan bank komersil baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang memberikan jasa
keuangan pada pihak lain. Subsektor lembaga keuangan lainnya mencakup kegiatan asuransi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan
lembaga pembiayaan. Selain itu, kegiatan pasar modal, valuta asing, dan jasa penunjang misalnya pialang dan penjamin emisi juga merupakan kegiatan dari
subsektor ini. Subsektor sewa bangunan mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun
bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen, serta usaha persewaan tanah persil. Subsektor jasa perusahaan mencakup kegiatan pemberian
jasa hukum, jasa akuntansi, jasa arsitek dan teknik, jasa periklanan, jasa riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin dan peralatan.
19. Jasa dan Kegiatan Lain
Jasa-jasa yang dimaksud meliputi kegiatan-kegiatan: 1 jasa pemerintahan umum dan pertahanan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, 2 jasa
sosial kemasyarakatan yang meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset, rumah ibadah, dan sebagainya, 3 jasa hiburan dan rekreasi yang meliputi kegiatan
produksi dan distribusi film, jasa bioskop, studio radio, museum, gedung olahraga, taman hiburan, dan sebagainya, 4 jasa perbengkelan yang meliputi
bengkel kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, 5 jasa perorangan dan rumah tangga, yaitu jasa yang berkaitan erat dengan kepentingan perorangan dan
rumah tangga seperti tukang cukur, binatu, salon kecantikan, pembantu rumah tangga, pengasuh bayi, dan lain sebagainya.
IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km
2
dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km
2
terletak antara 113º44’ Bujur Timur dan 119º00’ Bujur Timur serta diantara 4º24’ Lintang Utara dan 2º25’ Lintang
Selatan. Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah, propinsi terluas kedua setelah Papua ini dibagi menjadi 10 sepuluh kabupaten, 4 empat Kota,
136 kecamatan dan 1.445 desakelurahan.
Skala: 1 : 3.700.000 Gambar 4.1. Peta Propinsi Kalimantan Timur
Sepuluh Kabupaten tersebut adalah Pasir dengan ibukota Tanah Grogot, Kutai Barat dengan ibukota Sendawar, Kutai Kartanegara dengan ibukota
Tenggarong, Kutai Timur dengan ibukota Sangatta, Berau dengan ibukota Tanjung Redeb, Malinau dengan ibukota Malinau, Bulungan dengan ibukota