TAWAKAL a. Pengertian Tawakal

45 Buku Guru Kelas XI MA Keagamaan - Akan mengantarkannya masuk surga. Rasulullah saw. bersabda, “Kedermawanan adalah pohon yang kokoh di surga. Tidak akan masuk surga kecuali orang yang dermawan. Kebakhilan adalah pohon neraka. Tidak akan masuk neraka kecuali karena kebakhilannya.” - Allah akan memberikan pahala dan mengganti harta yang ia dermakan dengan yang lebih baik dan lebih banyak. - Menjadikannya sehat lahir dan batin. - Allah SWT. akan menutupi aib-aibnya. Agar kita bisa menjadi orang yang dermawan maka kita harus meyakini hal-al sebagai berikut; - Bahwa semua yang kita miliki adalah pemberian, titipan dan amanat Allah SWT. kepada kita. Bukan milik kita secara hakiki. - Bahwa harta yang sesungguhnya adalah yang kekal hingga kelak bisa dinikmati di akhirat. Hal ini bisa dicapai hanya jika dibelanjakan dalam kerangka ibadah kepada Allah atau disedekahkan. - Menyadari bahwa balasan berupa pahala Allah atas harta yang kita sedekahkan jauh lebih besar dan utama dari pada yang kita nikmati. - Meyakini bahwa hidup ini sementara, hidup yang hakiki dan kekal adalah kelak di akhirat. Kenikmatan harta bersipat relative, cepat dan sedikit. Sedangkan yang hakiki dan yang banyak adalah kelak di akhirat. - Mulailah mencoba melatih mengendalikan kesenangan nafsu dengan cara mendahulukan orang lain dalam kesenangan, kita mengalah.

3. TAWAKAL a. Pengertian Tawakal

Secara bahasa tawakal atau tawakkul bahasa arab berasal dari kata kerja “tawakala”, artinya “bersandar atau berserah diri. Seseorang disebut berserah jika ia merasa tenang kepada yang diserahi, percaya, dan tidak curiga serta tidak meyakini bahwa orang yang diserahi mampu dan tidak sembrono terhadap apa yang diserahkan. Demikian juga terhadap Allah. Tawakal kepada Allah SWT. berarti kondisi dalam diri yang mendorong untuk menyandarkan 46 Akhlak Kurikulum 2013 menyerahkan urusan kepada Allah SWT. Orang yang karena kelihatan tenang tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram. Menurut Abu Zakariya al-An āri, tawakal ialah keteguhan hati dalam menyerahkan urusan kepada yang lain. Sifat yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada yang diserahi urusan tadi. Artinya, ia betul-betul mempunyai sifat amanah terpercaya terhadap apa yang diamanatkan dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap orang yang memberikan amanat tersebut. Oleh karena itu tawakal kepada Allah merupakan suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya, Allah lah yang menakdirkan segala sesuatu, maha kuasa melakukan apa saja, dan maha perkasa serta maha memaksa. Apa yang dikehendaki Allah pasti terwujud. Jika sikap mental seperti ini benar-benar tertanam dalam diri maka akan melahirkan prilaku tawakal. Prilaku orang yang tawakal berbeda-beda menurut kadar keyakinannya. Orang yang mencapai tingkat keyakinan sempurna maka sama sekali tidak bekerja, urusan rezki ia mengandalakan jaminan Allah. Orang seperti ini disebut maqām at-tajrīd, yaitu tingkat seseorang yang sama sekali tidak bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, karena yakin Allah telah menjamin segalanya. Orang yang belum mencapai maqām at-tajrīd disebut maqām asbāb. Yaitu orang yang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya harus melakukan usaha sabab yaitu bekerja. Orang maqām asbāb harus bekerja, tidak boleh berpangku tangan pasarah kepada Allah SWT. dalam memenuhi kebutuhannya. Justru orang yang tawakal bagi maqom asbab ini akan rajin berusaha dan bekerja, akan tetapi menyandarkan semua hasilnya hanya kepada Allah SWT., tidak kepada yang lain. Karena faktanya Allah memenuhi kebutuhan seseorang melalui perantara-perantara. Orang bisa kenyang melalui makan, sekalipun Allah kuasa menciptakan rasa kenyang tanpa makan. Orang dapat uang, harta dan kesempatan melalui bekerja. Maka kita pun harus melakukan usaha yang maksimal namun tidak boleh mengandalkan usahanya itu, tapi harus menyandarkan kepada takdir dan irodah Allah SWT. Dengan demikian kita tidak menjadi sombong jika berhasil, karena merasa yang menentukan keberhasilan adalah Allah. Juga tidak merasa sedih jika 47 Buku Guru Kelas XI MA Keagamaan gagal, karena yakin bahwa kegagalan juga takdir Allah SWT.. Sedangkan hal yang terbaik adalah apa yang dipilihkan Allah SWT. bagi kita melalui takdir dan irodahNya.Karena itu orang yang pandai bertawakal hatinya akan selalu tenang dan bahagia, tidak galau dan panic menghadapi kesusahan.

b. Contoh tawakal

Seseorang yang meletakkan sepeda di muka rumah, setelah dikunci rapat, barulah ia bertawakal. Pada zaman Rasulullah saw ada seorang sahabat yang meninggalkan untanya tanpa diikat lebih dahulu. Ketika ditanya, mengapa tidak diikat, ia menjawab, “Saya telah benar-benar bertawakal kepada Allah”. Nabi saw yang tidak membenarkan jawaban tersebut berkata, “Ikatlah dan setelah itu bolehlah engkau bertawakal.”

4. IKHLAS a. Pengertian Ikhlas