201
Buku Guru Kelas XI MA Keagamaan
Menurut Rabi’ah, cinta kepada Allah adalah satu-satunya cinta menurutnya sehingga ia tidak bersedia mambagi cintanya untuk yang lainnya. Seperti
kata-katanya “Cintaku kepada Allah telah menutup hatiku untuk mencintai selain Dia”. Bahkan sewaktu ia ditanyai tentang cintanya kepad Rasulullah
saw ia menjawab: “Sebenarnya aku sangat mencintai Rasulullah, namun kecintaanku pada al-Khaliq telah melupakanku untuk mencintai siapa saja
selain Dia”. Pernyataan ini dipertegas lagi olehnya lagi mealui syair berikut ini: “Daku tenggelam dalam merenung kekasih jiwa, Sirna segalanya selain
Dia, Karena kekasih, sirna rasa benci dan murka”. Bisa dikatakan, dengan al- hubb ia ingin memandang wajah Tuhan yang ia rindu, ingin dibukakan tabir
yang memisahkan dirinya dengan Tuhan.
Dalam riwayat yang lain juga disebutkan bahwa suatu ketika Rabī’ah al-Adawiyah berkeluh-kesah sakit. Dan beberapa sufi menjenguknya, dan
Rabiah mengira bahwa sakitnya itu dikarenakan ghirah atau kecemburuan Allah kepadanya, karena hati Rabiah pada saat itu tertarik akan surga
3. Zun Nun Al-Misri
Nama lengkapnya adalah Abu al-Żaidi Tsauban bin Ibrahim Dzu al- Nun al-Mishri al-Akhimini Qibthy. Ia dilahirkan di Akhmin daerah Mesir.
Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang silsilah keturunan dan riwayat pendidikannya karena masih banyak orang yang belum mengungkapkan
masalah ini.
Namun demikian telah disebut-sebut oleh orang banyak sebagai seorang sufi yang terkenal dan terkemuka diantara sufi-sufi lainnya pada abad 3 Hijriah.
Sebagia seorang ahli tasawuf, Dzu al-Nun memandang bahwa ulama- ulama Hadis dan Żiqih memberikan ilmunya kepada masyarakat sebagai
salah satu hal yang menarik keduniaan disamping sebagai obor bagi agama. Pandangan hidupnya yang cukup sensitif barangkali yang menyebabkan
banyak yang menentangnya. Tidak sampai di situ, bahkan para Żuqaha mengadukannya kepada ulama Mesir yang menuduhnya sebagai orang yang
zindiq, sampai pada akhirnya dia sampai memutuskan untuk sementara waktu pergi dari negerinya dan berkelana ke negeri lain. Namun sekembalinya dari
perkelanaan tersebut, orang banyak tetap menuduhnya sebagai seorang yang zindiq. Bahkan orang-orang menuruhnya untuk pergi ke Baghdad menemui
khalifahuntuk menerima pengadilan. Akan tetapi di Baghdad ada banyak
202
Akhlak Kurikulum 2013
sufi yang berasal dari mesir dan diantara mereka ada yang bekerja sebagai di lingkungan istana, dan merekalah yang mengusahakan kebebasan Dzu al-Nun
tersebut. Ternyata kemudian ajarannya diterima di Baghdad. Sekembalinya di Mesir, ia kembali mengjarkan ajaran tasawufnya dan semenjak itu pula
tasawuf berkembang dengan pesat di kawasan mesir.
Jasa-jasa Dzu al-Nun yang paling besar adalah sebagai peletak dasar tentang jenjang perjalanan sufi menuju Allah, yang disebut al-maqomat.
Ajarannya member petunjuk arah jalan menuju kedekatan dengan Allah sesuai dengan pandangan sufi.
Disamping itu, dia juga pelopor doktrin al-makrifah. Dalam hal ini ia membedakan antara pengetahuan dengan keyakinan. Menurutnya,
pengetahuan merupakan hasil pengamatan inderawi, yaitu apa yang ia dapat diterima melalui panca indera. Sedangkan keyakinan adalah hasil dari apa
yang dipikirkan dan atau diperoleh melalui intuisi. Dia membagi tiga kualitas pengetahuan, yaitu :
1. Pengetahuan orang yang beriman tentang Allah pada umumnya, yaitu
pengetahuan yang diperoleh melalui pengakuan atau syahadat. 2. Pengetahuan tentang keesaan Tuhan melalui bukti-bukti dan
pendemonstrasian ilmiah dan hal ini merupakan milik orang-orangyang bijak, pintar dan terpelajar.
3. Pengetahuan tentang sifat-sifat Yang Maha Esa, dan ini merupakan milik orang-orang yang shaleh wali Allah yang dapat mengenal wajah Allah
dengan mata hatinya. Ketika Zu al-Nun ditanya tentang bagaimana ia mengenal Tuhan, maka
dia menjawab: “Aku mengenal Tuhan karena Tuhan sendiri, kalau bukan karena Tuhan, aku tidak akan mengenal Tuhan”
Zun al-Nun menerangkan, bahwa cirri-ciri makrifat itu ialah seseorang menerima segala sesuatu itu adalah atas nama Allah dan memutuskan segala
sesuatu itu dengan menyerahkan kepada Allah, serta menyenangi segala sesuatu hanya semata-mata karena Allah.
Ucapan hikmah lain dari Zun al-Nun al-Mishri adalah: “Pangkal pembicaraan pada empat hal: Mencintai Allah Yang Maha Agung, membenci
kekikiran, mengikuti al-Qur’an, dan takut berubah.”
203
Buku Guru Kelas XI MA Keagamaan
Zun al-Nun al-Mishri Ra berkata, “Al-Hikmah tidak akan pernah tinggal pada seseorang yang pada perutnya penuh dengan makanan.” Pernah juga
ditanya tentang tobat, lalu dijawab, “Tobat orang awam adalah perbuatan dosa, sedangkan tobat orang khusus dari kelengahan.”
4. Al-Ghazali