3. Penelitian yang dilakukan oleh Suhartini tahun 2014 yang berjudul
“Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsa w
untuk Meningkatkan Pemahaman Akuntansi Siswa Kelas X Akuntansi 2 SMK
Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 20132014”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsa w
dapat meningkatkan Pemahaman Akuntansi siswa kelas X Akuntansi 2 SMK Negeri 7 Yogyakarta tahun ajaran 20132014. Hal ini
dibuktikan dengan hasil penelitian diperoleh skor pemahaman akuntansi secara klasikal pada siklus I sebesar 61,61 dan pada siklus II sebesar
81,25 yang berarti ada peningkatan 19,64. Penelitian Suhartini memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsa w.
Perbedaannya ada pada tujuan penelitian. Jika penelitian Suhartini bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman akuntansi saja, sedangkan peneliti tidak hanya bertujuan meningkatkan pemahaman akuntansi saja namun bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar akuntansi siswa. Perbedaan lainnya terletak pada subjek, tempat, dan waktu pelaksanaan
penelitian.
C. Kerangka Berpikir
Hasil belajar dan aktivitas belajar dalam sebuah pembelajaran sangat berkaitan satu sama lain. Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan yang
dilakukan siswa selama proses pembelajaran untuk memperoleh pemahaman atas pengetahuan yang dipelajari. Aktivitas akan muncul apabila siswa
diberikan kesempatan untuk lebih banyak berpartisipasi dalam pembelajaran. Aktivitas belajar siswa yang optimal dapat membuat pencapaian tujuan dan
hasil belajar yang diharapkan juga optimal. Hasil belajar siswa mencerminkan adanya makna dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dengan
mengetahui hasil belajar siswa, tentu saja guru dapat mengevaluasi seluruh komponen dalam proses pembelajaran.
Pengkondisian pembelajaran yang menarik dapat menjadikan siswa bersemangat mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang menarik adalah
proses pembelajaran yang dapat menjadikan siswa merasa senang dan aktif dalam belajar, aktif dalam berpikir maupun bertindak, selama proses
pembelajaran berlangsung. Jadi tidak hanya guru yang berperan aktif, tetapi siswa pun juga terlibat aktif dalam proses pembelajaran agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Interaksi aktif di antara keduanya sangat penting untuk pencapaian tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar siswa
yang tinggi. Strategi pembelajaran yang inovatif, menarik, dan berpusat pada siswa
diharapkan mampu mengoptimalkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di kelas XI Akuntansi 1
SMK Muhammadiyah Cangkringan, penggunaan metode ceramah oleh guru masih mendominasi meskipun guru telah menggunakan metode pembelajaran
ceramah, diskusi, dan pemberian latihan. Hal ini menjadikan siswa terlihat jenuh dan cenderung pasif sehingga hasil belajarnya rendah. Dengan
demikian, penting bagi guru untuk mengetahui dan menerapkan strategi
pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Salah satu strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa adalah strategi pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran berpusat pada siswa yang menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil bersifat heterogen kemampuan akademiknya.
Dengan pembentukan kelompok ini, siswa akan saling bekerjasama dalam memecahkan masalah sehingga siswa menjadi lebih aktif selama proses
pembelajaran. Metode
Jigsa w
merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif.
Jigsa w
merupakan strategi pembelajaran di mana siswa individu menjadi pakar tentang subbagian satu topik dan mengajarkan subbagian itu
kepada orang lain. Dalam metode ini, siswa bekerja kelompok selama dua
kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri kelompok asal dan dalam kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, siswa saling berdiskusi mengenai suatu
topik. Setelah itu, mereka kembali ke kelompok asalnya untuk mengajarkan topik tersebut kepada teman satu kelompoknya. Dengan cara belajar seperti
itu, maka siswa akan lebih banyak melakukan aktivitas belajar karena tuntutan tanggung jawab dalam belajar untuk dirinya sendiri dan
membelajarkan suatu topik kepada siswa lain. Banyak melakukan aktivitas belajar tentu saja banyak pengalaman belajar yang siswa lakukan sehingga
hasil belajar yang diinginkanpun akan optimal serta lama mengendap dalam diri seseorang. Penerapan metode
Jigsa w
melalui dua tahap yaitu tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi persiapan materi dan kuis, pembagian siswa ke dalam tim heterogen yang terdiri atas 4-5
anggota, pembagian siswa ke dalam kelompok ahli, dan penentuan skor awal. Tahap pelaksanaan meliputi siswa membaca materi, diskusi kelompok ahli,
laporan tim, tes individu, dan rekognisi tim. Dengan penerapan metode pembelajaran ini, siswa dituntut untuk belajar mandiri dan membelajarkan
kepada teman satu timnya. Dengan begitu maka aktivitas belajar dan hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat. Pemaparan kerangka berpikir di
atas dapat digambarkan pada bagan sebagai berikut.
Gambar 2. Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
Penggunaan metode ceramah masih mendominasi Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Akuntansi rendah
Tindakan
Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Metode
Jigsa w
Kondisi Akhir
Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Akuntansi siswa meningkat
D. Hipotesis Tindakan