misalnya antibiotik amoksisilin yang harus dicampur terlebih dahulu dengan air sebelum dikonsumsi. Sirup kering yang berisi antibiotik,
tidak boleh disimpan lebih dari 7 hari setelah tercampur dengan air. b. Mencermati aturan pakai. Aturan pakai obat akan berpengaruh pada
efektifitas dan keamanan terapi. Obat yang diberi aturan pakai sehari tiga kali maka obat tersebut pada dasarnya diminta untuk dikonsumsi
tiap 8 jam agar menghasilkan efek terapi yang sesuai. c. Sebelum digunakan harus dikocok terlebih dahulu agar obat tercampur
dengan merata. d. Memperhatikan lama pemakaian. Obat sirup tertentu misalnya
antibiotik harus dikonsumsi sampai tuntas. e. Mentaati takaran pemakaian. Jika aturan pakai obat sirup adalah
dalam takaran sendok teh maka berarti harus mengkonsumsi sejumlah 5 mL, jika dalam takaran sendok makan maka jumlah yang harus
dikonsumsi adalah 15 mL. Sendok makan bukanlah alat takar yang sesuai untuk hal itu sehingga gunakan alat takar yang ada dalam
produk obat Hermansyah, 2013. Sebuah penelitian pernah dilakukan oleh Falagas dkk 2010 di
Attica, Yunani untuk mengukur reliabilitas sendok teh dan sendok makan dalam menakar dosis obat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kapasitas volume dari 71 sendok teh dan 49 sendok makan yang digunakan berbeda-beda hasilnya. Ini menunjukkan bahwa
sendok teh dan sendok makan bukan alat pengukur dosis yang reliabel, dan tidak disarankan untuk menggunakannya.
5. Efek samping pemberian antibiotik
Menurut Setiabudy 2007, efek samping antibiotik dapat dikelompokkan menurut reaksi alergi, reaksi idiosinkrasi, reaksi toksik,
serta perubahan biologik dan metabolik pada hospes. a Reaksi alergi
Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan sistem imun tubuh hospes; terjadinya tidak bergantung
pada besarnya dosis obat. Manifestasi gejala dan derajat beratnya reaksi dapat bervariasi misalnya eksantema kulit, anafilaksis,
dermatitis eksfoliativa, angioedema, dan lain-lain Setiabudy, 2007. Alergi yang sering terjadi atau reaksi yang tidak diharapkan terhadap
terapi antibiotik pada anak misalnya diare, mualmuntah, ruam kuliturtikaria Betz Linda, 2009.
b Reaksi idiosinkrasi Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara
genetik terhadap pemberian antimikroba tertentu. Sebagai contoh, 10 pria berkulit hitam akan mengalami anemia hemolitik berat jika
mendapat primakuin. Ini disebabkan mereka kekurangan enzim G
6
PD Setiabudy, 2007.
c Reaksi toksik Antibiotik pada umumnya bersifat toksik-selektif, tetapi sifat
ini relatif. Efek toksik pada hospes ditimbulkan oleh semua jenis antibiotik. Yang mungkin dapat dianggap relatif tidak toksik sampai
kini ialah
golongan penisilin.
Misalnya adalah
golongan
aminoglikosida yang pada umumnya bersifat toksik terutama terhadap N. VIII, golongan tetrasiklin mengganggu pertumbuhan jaringan
tulang, termasuk gigi akibat deposisi kompleks tetrasiklin kalsium- ortofosfat. Dalam dosis besar obat ini bersifat hepatotoksik, terutama
pada pasien pielonefritis dan pada wanita hamil Setiabudy, 2007. Antibiotik berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh dalam
dosis yang besar. Efek toksik antibiotik dapat mempengaruhi bagian- bagian tubuh tertentu. Kloramfenikol menimbulkan efek toksik pada
sumsum tulang belakang sehingga pembentukan sel-sel darah merah terganggu,
sedangkan streptomisin
dapat merusak
organ keseimbangan dan pendengaran sehingga menyebabkan pusing, bising
telinga, dan kemudian menjadi tuli. Pemberian penisilin sebagai obat kepada seseorang yang tidak tahan peka dapat menimbulkan gatal-
gatal, bintik-bintik merah pada kulit, bahkan menyebabkan pingsan Hadinegoro, 2002.
d Perubahan biologik dan metabolik Pada tubuh hospes baik yang sehat maupun yang menderita
infeksi, terdapat populasi mikroflora normal. Dengan keseimbangan ekologik, populasi mikroflora tersebut biasanya tidak menunjukkan
sifat patogen. Penggunaan antimikroba, terutama yang berspektrum luas, dapat mengganggu keseimbangan ekologik mikroflora sehingga
jenis mikroba yang meningkat jumlah populasinya dapat menjadi patogen. Gangguan keseimbangan ekologik mikroflora normal tubuh