aminoglikosida yang pada umumnya bersifat toksik terutama terhadap N. VIII, golongan tetrasiklin mengganggu pertumbuhan jaringan
tulang, termasuk gigi akibat deposisi kompleks tetrasiklin kalsium- ortofosfat. Dalam dosis besar obat ini bersifat hepatotoksik, terutama
pada pasien pielonefritis dan pada wanita hamil Setiabudy, 2007. Antibiotik berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh dalam
dosis yang besar. Efek toksik antibiotik dapat mempengaruhi bagian- bagian tubuh tertentu. Kloramfenikol menimbulkan efek toksik pada
sumsum tulang belakang sehingga pembentukan sel-sel darah merah terganggu,
sedangkan streptomisin
dapat merusak
organ keseimbangan dan pendengaran sehingga menyebabkan pusing, bising
telinga, dan kemudian menjadi tuli. Pemberian penisilin sebagai obat kepada seseorang yang tidak tahan peka dapat menimbulkan gatal-
gatal, bintik-bintik merah pada kulit, bahkan menyebabkan pingsan Hadinegoro, 2002.
d Perubahan biologik dan metabolik Pada tubuh hospes baik yang sehat maupun yang menderita
infeksi, terdapat populasi mikroflora normal. Dengan keseimbangan ekologik, populasi mikroflora tersebut biasanya tidak menunjukkan
sifat patogen. Penggunaan antimikroba, terutama yang berspektrum luas, dapat mengganggu keseimbangan ekologik mikroflora sehingga
jenis mikroba yang meningkat jumlah populasinya dapat menjadi patogen. Gangguan keseimbangan ekologik mikroflora normal tubuh
dapat terjadi di saluran cerna, napas dan kelamin, dan pada kulit Setiabudy, 2007.
Pengobatan menggunakan antibiotik oral berspektrum luas kemungkinan dapat menimbulkan suprainfeksi. Karena luasnya kerja
antibiotik ini, flora bakteri usus dapat mati dan kesetimbangan normal bakteri terganggu. Tetrasiklin digunakan untuk membunuh bakteri
usus yang rentan terhadapnya, tetapi jika cara penggunaanya tidak benar, kemungkinan akan meyebabkan bakteri lain atau jamur tumbuh
lebih bebas dan terjadi infeksi yang lebih berat Sumardjo, 2008. Faktor yang memudahkan timbulnya superinfeksi ialah: 1
adanya faktor atau penyakit yang mengurangi daya tahan pasien; 2 penggunaan antibiotik terlalu lama; 3 luasnya spektrum aktivitas
antimikroba obat, baik tunggal maupun kombinasi Setiabudy, 2007.
6. Resistensi antibiotik
Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa
cara, yaitu Permenkes, 2011: a. Merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi.
b. Mengubah reseptor titik tangkap antibiotik. c. Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri.
d. Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan sifat dinding sel bakteri.
e. Antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, namun segera dikeluarkan dari dalam sel melalui mekanisme transport aktif ke luar sel.
Resistensi antibiotik dapat terjadi karena beberapa faktor di bawah ini: a Penggunaan antibiotik yang sering.
b Penggunaan antibiotik yang irasional, terutama di rumah sakit. c Penggunaan antibiotik baru yang berlebihan.
d Penggunaan antibiotik untuk jangka lama yang akan memberikan kesempatan bertumbuhnya kuman yang lebih resisten first step
mutant. e Penggunaaan antibiotik untuk ternak: kurang lebih separuh dari
produksi antibiotik di dunia digunakan untuk suplemen pakan ternak. Kadar antibiotik yang rendah pada ternak memudahkan tumbuhnya
kuman-kuman resistensi
seperti VRE
vancomycin –resistant
enterococci, Campylobacter, dan Salmonella spp. f Lain-lain:
beberapa faktor
lain yang
berperanan terhadap
berkembangnya resistensi ialah kemudahan transportasi moderen, perilaku seksual, sanitasi buruk, dan kondisi perumahan yang tidak
memenuhi syarat Setiabudy, 2007. Peningkatan kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik bisa terjadi
dengan 2 cara, yaitu: a. Mekanisme selection pressure. Jika bakteri resisten tersebut berbiak
secara duplikasi setiap 20-30 menit untuk bakteri yang berbiak cepat, maka dalam 1-2 hari, seseorang tersebut dipenuhi oleh bakteri yang
resisten maka upaya penanganan infeksi dengan antibiotik semakin sulit. Strategi pencegahan peningkatan bakteri untuk selection pressure
adalah melalui penggunaan antibiotik secara bijak prudent use of antibiotics.
b. Penyebaran resistensi ke bakteri yang non-resisten melalui plasmid. Hal ini dapat disebarkan antar kuman sekelompok maupun dari satu orang
ke orang lain. Strategi pencegahan peningkatan bakteri dapat di atasi dengan meningkatkan ketaatan terhadap prinsip-prinsip kewaspadaan
standar universal precaution Permenkes, 2011.
B. Pengetahuan
1. Definisi
Menurut McKenzie dkk 2013, salah satu bentuk penatalayanan antibiotik di komunitas adalah mengadakan program pendidikan terkait
antibiotik kepada masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang tepat.
Penelitian Widayati dkk 2012 di Yogyakarta menunjukkan bahwa 31 masyarakat memiliki pengetahuan yang buruk, 35 memiliki pengetahuan
sedang dan 34 memiliki pengetahuan yang baik terkait antibiotik. Pengetahuan atau knowledge adalah kemampuan menghafal,
meniru dan mengungkapkan kembali Bloom dkk, 1956 dalam Purnamasari, 2012. Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya mata, hidung, telinga, dan sebagainya. Dengan sendirinya pada waktu
pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.