yang merasa berhak walaupun hak atas tanah telah didaftarkan dan sertipikatnya telah terbit lebih dari 5 lima tahun. Di sisi lain, sangat jarang adanya Putusan Sela yang
menolak untuk mengadili sengketa tanah karena dianggap bertentangan dengan Pasal 32 ayat 2 PP Nomor 24 Tahun 1997 yaitu telah melampaui masa waktu 5 lima
tahun sejak terbitnya sertipikat yang bersangkutan.
5. Pengumpulan Dan Penelitian Data Yuridis
Pengumpulan dan penelitian yuridis sangat penting dalam proses pendaftaran tanah. Keabsahan suatu dokumen hak atas tanah merupakan bagian penting dari
kepastian hukum hak atas tanah. Begitu juga sebaliknya, suatu dokumen yang cacat hukum akan sangat menentukan terhadap kemungkinan terjadinya pembatalan hak
atas tanah. Pengaturan mengenai pengumpulan dan penelitian data yuridis tersebut
dimuat dalam Pasal 23, 24 dan 25 PP No. 24 Tahun 1997 sebagaimana diatur pelaksanaannya antara lain oleh Pasal 82 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala
BPN No. 3 Tahun 1997 mengatur pengumpulan dan penelitian Data Yuridis pada intinya sebagai berikut :
a. Untuk keperluan pendaftaran hak baru, pengumpulan dan penelitian alat bukti dilakukan oleh Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah pada Kantor Pertanahan.
b. Untuk keperluan pendaftaran hak lama, pengumpulan dan penelitian permulaan data yuridis bidang tanah berupa dokumen alat bukti dilakukan oleh Kepala Seksi
Pengukuran dan Pendaftaran Tanah pada Kantor Pertanahan.
Universitas Sumatera Utara
c. Dalam hal dari penelitian dokumen ternyata bahwa bukti kepemilikan tanah berupa bukti-bukti tertulis tersebut sudah lengkap, maka Kepala Seksi Pengukuran dan
Pendaftaran Tanah
pada Kantor
Pertanahan menyiapkan
pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 dengan pengisian daftar isian 201, 201B, dan 201C. d. Dalam hal dari penelitian dokumen ternyata bahwa bukti kepemilikan tanah berupa
bukti-bukti tertulis tidak lengkap, atau dalam hal bukti hak yang dapat diajukan adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat 2 dan ayat 3, maka
penelitian data yuridis bidang tanah tersebut dilanjutkan oleh Panitia A sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 12 Tahun 1992, yang hasilnya dituangkan dalam daftar isian 201. e. Untuk keperluan penelitian data yuridis tersebut Kepala Seksi Pengukuran dan
Pendaftaran tanah menyerahkan alat- alat bukti yang ada dan daftar isian 201 yang sudah diisi sebagian dalam rangka penetapan batas bidang tanah kepada Panitia A.
f. Setelah penelitian data yuridis selesai dilakukan, maka Panitia A menyerahkan daftar isian 201 yang sudah diisi kepada Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran
Tanah yang selanjutnya menyiapkan pengumuman data fisik dan data yuridis. Adapun tugas Tugas Panitia A dalam pendaftaran tanah secara Sporadik
sebagaimana diatur dalam Pasal 83 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN No. 3 Tahun 1997 adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. meneliti data yuridis bidang tanah yang tidak dilengkapi dengan alat bukti
tertulis mengenai pemilikan tanah secara lengkap; 2.
melakukan pemeriksaan lapangan untuk menentukan kebenaran alat bukti yang diajukan oleh pemohon pendaftaran tanah;
3. mencatat sanggahankeberatan dan hasil penyelesaiannya;
4. membuat kesimpulan mengenai data yuridis bidang tanah yang bersangkutan
5. mengisi daftar isian 201.
Dalam hal bukti kepemilikan sebidang tanah tidak lengkap atau tidak ada, pembuktian kepemilikan atas bidang tanah itu dapat dilakukan dengan bukti lain yang
dilengkapi dengan pernyataan yang bersangkutan dan keterangan yang dapat dipercaya dari sekurang-kurangnya 2 dua orang saksi dari lingkungan masyarakat
setempat yang tidak mempunyai hubungan keluarga dengan yang bersangkutan sampai derajat kedua baik dalam kekerabatan vertikal maupun horizontal, yang
menyatakan bahwa yang bersangkutan adalah benar pemilik bidang tanah tersebut.
86
D. Perbuatan Melawan Hukum
Pada prinsipnya, tujuan dari dibentuknya suatu sistem hukum yang kemudian dikenal dengan perbuatan melawan hukum tersebut adalah untuk dapat tercapai
seperti apa yang disebut oleh peribahasa Latin, yaitu Juris praecepta sunt haec; honeste vivere, alterum non laedere, suum cuique tribuere yang berarti semboyan
86
Peraturan Menteri NegaraKepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, Pasal 76 ayat 2
Universitas Sumatera Utara
hukum adalah hidup secara jujur, tidak merugikan orang lain; dan memberikan orang lain haknya.
87
Dalam ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata disebutkan bahwa : “Setiap perbuatan yang melawan hukum yang mendatangkan kerugian kepada orang lain
mewajibkan orang karena salahnya menerbitan kerugian itu mengganti kerugian tersebut”.
Untuk memperoleh rumusan tentang perbuatan melawan hukum tidak dapat ditemukan dalam undang-undang. Namun demikian mengenai perbuatan melawan
hukum ini Moegni Djojodihardjo menyatakan bahwa:
88
Pasal 1365 K.U.H. Perdata tidaklah memberikan perumusan, melainkan hanya mengatur bilakah seseorang yang mengalami kerugian karena perbuatan
melawan hukum, yang dilakukan oleh orang lain terhadap dirinya, akan dapat mengajukan tuntutan ganti kerugian pada Pengadilan Negeri dengan sukses.
Moegni Djojodihardjo mengacu kepada onrechmatige daad merumuskan bahwa:
perbuatan melawan hukum onreechtmatige daad diartikan suatu perbuatan atau kealpaan, yang atau bertentangan dengan hak orang lain, atau bertentangan
dengan kewajiban hukum si pelaku atau bertentangan, baik dengan kesusilaan baik, maupun dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan hidup
terhadap orang lain atau benda, sedang barang siapa karena salahnya sebagai akibat perbuatannya itu telah mendatangkan kerugian pada orang lain,
berkewajiban membayar ganti kerugian. Perbuatan melawan hukum sebagai suatu konsep tidak hanya perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang
saja, tetapi juga berbuat atau tidak berbuat yang melanggar hak orang lain atau
87
Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum, cet.2, Pradnya Paramita, Jakarta, 1982, hal. 1-2
88
Ibid., hal. 19
Universitas Sumatera Utara
bertentangan dengan kewajiban hukum, bertentangan dengan kesusilaan maupun sifat berhati-hati sebagaimana patutnya dalam lalulintas masyarakat.
89
Dengan kata lain, antara kerugian dan perbuatan harus ada hubungan sebab akibat yang langsung, kerugian itu disebabkan karena kesalahan pelakunya.
Kesalahan dapat berupa kesengajaan atau kealpaan kelalaian. Kerugian itu harus timbul sebagai akibat dari perbuatan itu. Seandainya tidak
ada perbuatan melawan hukum itu maka tidak akan ada kerugian tersebut. Kesalahan yang dimaksudkan oleh pasal 1365 KUHPerdata terdiri dari beberapa tingkatan dari
mulai perbuatan yang disengaja sampai perbuatan yang tidak disengaja. Menurut hukum perdata seorang itu dikatakan bersalah jika terhadapnya dapat disesalkan
bahwa ia telah melakukantidak melakukan suatu perbuatan yang seharusnya dihindarkan. Perbuatan yang seharusnya dilakukantidak dilakukan itu tidak terlepas
dari dapat tidaknya hal itu dikira-kirakan. Dapat dikira-kirakan itu harus diukur secara objektif, artinya manusia normal dapat mengira-ngirakan dalam keadaan
tertentu itu perbuatan seharusnya dilakukantidak dilakukan. Dapat dikira-kirakan itu harus juga diukur secara subjektif, artinya apa yang justru orang itu dalam
kedudukannya dapat
mengira-ngirakan bahwa
perbuatan itu
seharusnya dilakukantidak dilakukan.
Suatu perbuatan dapat dikatakan mengandung unsur kesengajaan terkait erat dengan pikiran pelaku atau niat dalam hati pelaku untuk menimbulkan kerugian bagi
89
Ibid., hal. 26
Universitas Sumatera Utara
korban atau paling tidak mengetahui secara pasti bahwa perbuatannya akan menimbulkan akibat tertentu seperti yang diinginkannya.
Kelalaian merupakan salah satu bentuk kesalahan seperti yang dimaksudkan oleh pasal 1365 KUHPerdata tetapi dipertegas kembali dalam pasal 1366
KUHPerdata yang berbunyi: Setiap orang bertanggung-jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya. Pasal 1366 KUHPerdata tersebut seolah-olah membedakan antara kesalahan
dengan kelalaian dan kurang hati-hati, tetapi sesungguhnya kelalaian merupakan salah satu gradasi dari kesalahan.
Perbedaan yang mendasar antara kesengajaan dengan kelalaian adalah dalam hal niat dalam hati pelaku. Jika perbuatan yang dilakukan dengan sengaja pelaku
telah dapat mengetahui secara pasti tentang akibat atau konsekwensi yang akan timbul tidak demikian halnya dengan kelalaian. Pelaku tidak berniat dalam hati
menimbulkan kerugian bahkan mungkin saja pelaku memiliki keinginan untuk mencegah terjadinya kerugian tetapi tidak sepenuhnya berhasil karena ada bagian dari
kewajibannya yang tidak dilakukan. Sebelum tahun 1919 arti hukum dalam Pasal 1365 KUHPerdata diartikan
dalam arti sempit, yaitu undang-undang. Namun pada tahun 1919 dalam Lindenbaum Cohen Arrest, H.R. mengubah pendiriannya dengan memberikan arti yang luas
kepada hukum, yaitu tidak saja mencakup undang-undang saja akan tetapi mencakup
Universitas Sumatera Utara
juga hukum tidak tertulis seperti kesusilaan, kepatutan yang terdapat di dalam kehidupan masyarakat. Sejak tahun 1919, perbuatan melawan hukum tidak hanya
diartikan perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang saja, tetapi berbuat atau tidak berbuat yang melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan
kewajiban orang yang berbuat atau tidak berbuat, bertentangan dengan kesusilaan maupun sifat berhati-hati sebagaimana patutnya dalam masyarakat.
90
E. Akibat Hukum Dari Jual Beli Tanah Dengan Riwayat Kepemilikan Tanah Yang Cacat Hukum
Sertipikat hak atas tanah yang diterbitkan oleh BPN karena dianggap telah memenuhi persyaratan dan tatacara yang telah memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sehingga sertipikat memiliki kekuatan hukum yang kuat dan sebagai bukti kepemilikan atas tanah yang sah kecuali jika ada pihak
lain yang dapat membuktikan sebaliknya. Ketika dalam riwayat kepemilikan tanah ada pihak yang bisa membuktikan
terjadinya perbuatan melawan hukum dalam proses pendaftaran tanah baik itu pendaftaran untuk pertama kali maupun melalui pemindahan atau perubahan hak,
permasalahan hukumnya yang dapat menimbulkan perbedaaan penafsiran adalah; Pendaftaran tanah yang manakah yang dapat dianggap cacat hukum? Apakah
pendaftaran tanah yang pada prosesnya dilengkapi dengan persyaratan yang cacat hukum atau dilakukan secara melawan hukum saja yang harus dianggap batal demi
90
Mariam Darus Badrulzaman, et.al., Kompilasi Hukum Perikatan, Dalam Rangka Menyambut Purna Bakti Usia 70 Tahun, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 107
Universitas Sumatera Utara
hukum, atau semua tindakan hukum yang terkait dengan tanah itu, termasuk pendaftaran tanah melalui pemindahan hak atas tanah yang dilakukan secara sah juga
dianggap batal demi hukum. Mencermati pertimbangan hukum dan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
Medan nomor 72G.TUN2005PTUN-MDN atas kasus yang teliti dapat disimpulkan bahwa adanya perbuatan melawan hukum dalam riwayat kepemilikan tanah yang
dijadikan alas hak dalam proses pendaftaran tanah yang terjadi pada pendaftaran tanah pertama kali sebelum sampai kepada pemegang hak atas tanah yang terakhir,
mengakibatkan seluruh bukti kepemilikan sejak adanya perbuatan melawan hukum adalah batal demi hukum termasuk pendaftaran pemindahan hak atas tanah yang
dilakukan secara sah. Sehingga dengan demikian, terjadinya kesalahan prosedur penerbitan
sertipikat dalam perkara Tata Usaha Negara Medan nomor 72G.TUN2005TUN- MDN
karena dalam
penerbitan sertipikat
tersebut tidak
memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan khususnya Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Pasal 18 ayat 1 dan
ayat 4 serta Pasal 24 ayat 1 dan ayart 2 dan Peraturan Menteri Agraria Kepala BPN nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
nomor 24 Tahun 1997 Pasal 61 ayat 2, 3 dan 5, yang pada dasarnya menyatakan bahwa Kantor Pertanahan dalam melakukan penelitian data fisik dan
data yuridis selain harus meminta kesaksian keterangan kepala desa juga meminta
Universitas Sumatera Utara
kesaksian keterangan 2 dua orang saksi yang kesaksiannya dapat dipercaya baik tetua adat setempat dan atau penduduk yang sudah lama bertempat tinggal di
kelurahan letak tanah yang bersangkutan dan tidak mempunyai hubungan keluarga dengan si pemohon sertipikat, yang kemudian surat pernyataan ini dituangkan dalam
dokumen tertulis. Oleh karena itu gugatan ahli waris F.M.D. Situmorang yang mendalilkan
mengenai kesalahan prosedur penerbitan objek sengketa yang kemudian memohon dinyatakan batal atau tidak sah atas Sertipikat Hak Milik nomor 1970Kel. Helvetia
Timur oleh majelis hakim Pengadilan Tata Usaha Medan akhirnya dikabulkan seluruhnya dan menyatakan batal Sertipikat Hak Milik nomor 1970Kel. Helvetia
Timur atas nama Naimah, serta mewajibkan Kepala Kantor Pertanahan Medan untuk mencabut sertipikat yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
98
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI HAK ATAS TANAH
BERDASARKAN ALAS HAK YANG BERASAL DARI SURAT KETERANGAN CAMAT
A. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Tanah Atas Gugatan Pihak Ketiga Yang Mengakibatkan Dibatalkannya Hak Atas Tanah Yang
Dibelinya
Pembeli tanah memperoleh perlindungan hukum antara lain melalui :
1. Perlindungan Pembeli Tanah Dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA