tertulis dari tanah-tanah yang dikuasai oleh warga masyarakat. Penerbitan bukti-bukti pengusaan tanah tersebut ada yang dibuat di atas tanah yang belum dikonversi
maupun tanah-tanah yang dikuasai oleh Negara dan kemudian tanah tersebut diduduki oleh masyarakat baik dengan sengaja ataupun diatur oleh Kepala Desa dan
disahkan oleh Camat, seolah-olah tanah tersebut telah merupakan hak seseorang ataupun termasuk kategori hak-hak adat.
40
Dalam perkembangannya alas hak atas tanah ini dikenal dengan Surat Keterangan Tanah. Surat keterangan camat tentang
tanah ini diperlukan sebagai alas hak terhadap pengalihan tanah-tanah yang belum bersertipikat yang masih merupakan tanah Negara yang dapat dialihkan atau diganti-
rugikan oleh atau dihadapan camat yang secara umum disebut dengan surat pernyataan pelepasan hak dengan ganti rugi. Surat keterangan camat tentang tanah
tersebut merupakan alas hak yang digunakan apabila akan diajukan upaya untuk meningkatkan status tanah tersebut menjadi sertipikat hak atas tanah di Kantor
Pertanahan setempat.
1. Permulaan Munculnya Surat Keterangan Camat
Setiap perikatan antara seseorang dengan orang lain atau lembaga satu dengan lembaga yang lain di atur dalam undang-undang hukum perdata yang diatur dalam
Pasal 1234 KUHPerdata yang berbunyi untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu. Apabila suatu perikatan terjadi adakalanya
diperlukan suatu pembuktian agar perikatan tersebut dapat dipertahankan dimuka hukum oleh pelaku perikatan. Hal ini terdapat dalam Pasal 1865 yang berbunyi setiap
40
Mhd. Yamin Lubis, dan Abd. Rahim Lubis, Op.cit., hal. 240-241
Universitas Sumatera Utara
orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk pada suatu
peristiwa diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut. Diantara demikian banyaknya perikatan dalam masyarakat banyak kejadian diantaranya jual
beli, yang merupakan pemindahan hak atas tanah, hal ini sangat penting karena bisa saja kejadian tersebut yang semula tidak bermasalah kemudian timbul masalah karena
dimuka hukum hak yang dimiliki seseorang bisa saja di gugat oleh pihak lain. Walaupun hal tersebut telah terjadi puluhan tahun lampau karena tidak ada
kekuatan hukum yang melarang seseorang untuk melakukan gugatan jika memiliki bukti yang kuat. Yang sering terjadi dikalangan masyarakat terutama di daerah-
daerah adalah saling mengakui suatu tempat tanah di satu lokasi merupakan miliknya. Hal ini disebabkan di beberapa daerah tanah tersebut masih belum mempunyai hak
sesuai kepada hak-hak yang ada dalam undang-undang Pokok Agraria UUPA. Disamping itu juga karena belum terdaftarnya tanah-tanah tersebut sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Berdasarkan kedudukannya tanah terbagi menjadi tanah yang bersertipikat
dan tanah yang belum bersertipikat. Tanah yang bersertifikat adalah tanah yang memiliki hak dan telah terdaftar di kantor pertanahan setempat sedangkan tanah yang
belum bersertipikat merupakan tanah yang belum memiliki hak tertentu dan status
Universitas Sumatera Utara
tanahnya masih merupakan tanah Negara. Dalam hal ini surat keterangan camat termasuk terhadap tanah yang belum bersertifikat.
41
Pada prakteknya apabila seseorang ingin mengusai suatu tanah di masa lalu orang tersebut haruslah membuka hutan terlebih dahulu, dikarenakan hutan yang
demikian luas dan tidak tergarap oleh siapapun maka seseorang bisa saja membuka hutan sesuai dengan keinginannya. Sedangkan pemerintah pada waktu itu
membiarkan saja karena dianggap untuk kehidupan warga disekitarnya. Dengan dikeluarkannya UUPA Nomor 5 tahun 1960 maka dalam hal kebebasan membuka
hutan diatur
lebih lanjut
dikarenakan kemajuan
dan pembangunan
makin menghendaki pembukaan hutan.
Disamping belum tuntasnya pendaftaran tanah dan hak milik sehingga kadang kala terjadi berdempetan baik karena disengaja oleh masyarakat dan tidak diketahui
oleh aparat pemerintah yang bertugas dibidang itu sehingga kejadian ini menimbulkan persengketaan sehingga menghambat kegiatan pembangunan. Untuk
mengatasi hal ini barulah terasa sekarang betapa pentingnya pendaftaran tanah dan memiliki hak-hak atas tanah.
Pada zaman sebelum UUPA maupun setelah UUPA, pada awalnya tanah yang belum tergarap masih luas dan kegiatan pembangunanpun masih belum begitu
banyak dilakukan sedangkan desa dan kecamatan membutuhkan biaya untuk pembangunan yang ada di wilayah tersebut sehingga baik disengaja maupun tidak
41
Helena, Eksistensi Dan Kekuatan Alat Bukti Alas Hak Berupa Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi Yang Dibuat Dihadapan Notaries Atau Camat Studi Di Kabupaten Deli Serdang, Tesis,
Magister Kenotariatan, Universitas Sumatra Utara, 2007, hal. 23
Universitas Sumatera Utara
sengaja Aparat Desa, Kecamatan maupun Kelurahan dengan mudah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk membuka hutan.
Setelah demikian lama berjalan baru terasa hal tersebut sangat merepotkan dan tidak adanya kepastian berapa luas hutan yang sudah di buka sehingga
mempunyai dampak lain disamping untuk kemakmuran juga kadang kala dipergunakan untuk ekplorasi hutan untuk kepentingan pribadi dan ekonomi sehingga
hutan-hutan lindungpun dibuka dan diberikan ijin oleh Bupati, Kecamatan dan disetujui oleh Gubernur yang mengakibatkan banyaknya pejabat-pejabat yang terkena
sanksi hukum dan sampai ke pengadilan. Sehingga oleh pemerintah berdasarkan Pasal 11 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 tahun 1972 tentang Pelimpahan
Wewenang Pemberian Hak Atas Tanah,
42
kepada camat telah diberikan wewenang untuk memberikan ijin membuka tanah yang luasnya tidak lebih dari 2 Ha.
Dalam hal kepemilikan tanah yang melebihi luas maksimum yang telah ditetapkan pemerintah tak sedikit pemilik tanah yang memiliki tanah dengan luas
yang melebihi dari ketentuan tersebut sehingga terkadang tanah yang seharusnya tidak boleh melebihi dari 10 Ha dapat dimiliki oleh pemilik tanah hingga ratusan
hektar dengan cara memisahkan perbagian dari bukti kepemilikannya, sebagai contoh apabila seseorang memiliki tanah seluas ratusan hektar maka orang tersebut akan
memiliki sekitar puluhan Surat Keterangan Camat sebagai alas haknya.
42
Telah diubah menjadi Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Dan Pembatalan
Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas
Tanah Dan Kegiatan endaftaran Tanah Tertentu
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan dilapangan juga banyak dijumpai pemberian ijin membuka tanah oleh camat kepala kecamatan kurang memperhatikan segi-segi
kelestarian lingkungan dan tata guna tanahnya,dan tidak jarang dijumpai adanya ijin membuka
tanah yang tumpang tindih dengan tanah kawasan hutan, sehingga dapat menimbulkan hal-hal yang mengakibatkan terganggunya kelestarian tanah dan
sumber-sumber air. Setelah terasa hal demikian sangat membahayakan kelestarian alam dan
lingkungan yang mengakibatkan tanah tandus, banjir dan habisnya hutan lindung dan suaka alam maka pemerintah menindak tegas setiap adanya pelanggaran yang
dampaknya terasa sampai ke daerah-daerah. Atas pertimbangan tersebut maka oleh Departemen
Dalam Negeri
menghimbau kepada
Kepala Daerah
untuk menginstruksikan kepada camat kepala kecamatan agar tidak lagi memberikan ijin
membuka tanah dalam bentuk apapun juga. Peran serta pemerintah disini tidak terlepas dari kewenangan yang diberikan
oleh pemeritah pusat kepada pemerintah daerah dalam hal pengurusan tanah sebagaimana ternyata dalam rumusan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk KabupatenKota merupakan urusan yang
berskala KabupatenKota diantaranya adalah pelayanan pertanahan.
43
43
Arie Sukanti dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah Di Bidang Pertanahan, Rajawali Pers, Jakarta, 2009, hal. 11
Universitas Sumatera Utara
Berbahayanya pembukaan
hutan yang
tidak terkendali
maka demi
kepentingan masyarakat dalam menguasai dan memiliki tanah yang luasnya tidak lebih dari 10 Ha maka wewenang pemberian ijin membuka tanah berada pada
BupatiWalikotamadya Kepala Daerah Tingkat II setempat melalui Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya, dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I melalui
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi bagi tanah yang luasnya lebih dari 10 Ha hingga 50 Ha.
Walaupun telah diatur demikian tetapi tetap terjadi pelanggaran dengan berbagai cara oleh masyarakat sehingga pembabatan hutan tetap berlaku dengan cara
berkelompok menebas hutan atas nama masyarakat hingga ribuan hektar.
Kewenangan camat yang mana tidak diperbolehkan lagi untuk membuka hutan maupun membuat surat jual beli untuk pemindahan hak atas tanah yang dimiliki oleh
masyarakat mempunyai dampak yang besar bagi masyarakat yang ada di daerah- daerah dan ini menimbulkan hambatan bagi kegiatan-kegiatan masyarakat dalam
mengolah tanah maupun dalam jual beli tanah. Sehingga menimbulkan kegelisahan warga sedangkan camat bertugas untuk melayani masyarakatnya sebagai aparat
pemerintah didaerahnya sebagai aparat pemerintah yang terbawah. Karena terhambatnya kegiatan perekonomian dan pembangunan sehingga
oleh pemerintah daerah dikeluarkanlah berbagai langkah untuk mengatasi hal ini Untuk mengatasi perkembangan pembukaan hutan yang semrawut sehingga merusak
lingkungan dan sering terjadi berhimpitan maka Menteri Dalam Negeri mengeluarkan
Universitas Sumatera Utara
Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 5935707sj tertanggal 22 Mei 1984 tentang Pencabutan Wewenang Kepala Kecamatan Untuk Memberikan Izin Membuka Tanah.
Dengan dikeluarkannya instruksi tersebut masa tugas bupati maupun camat tidak dapat menghindarkan kebutuhan masyarakat untuk menyelesaikan surat
menyurat tanah yang mereka miliki baik berdasarkan ijin pembukaan maupun berdasarkan pemberian adat harus dilayani untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
yang akan mengurus hak-hak mereka maupun yang akan memindahtangankan tanah- tanah yang mereka miliki.
Bagi yang memiliki tanah yang sudah lama atau yang dikuasai sebelum 24 September 1960 diperlukan bukti kepemilikan atau penguasaan tanah dapat
digunakan surat keterangan riwayat pemilikan penguasaan tanah sedangkan tanah yang dikuasai dengan ganti kerugian surat tanda buktinya adalah surat keterangan
ganti kerugian, surat pernyataan tidak bersengketa dan semua surat tersebut diatas seperti tanda letak batas sepadan dan petagambar sceets kart situasi merupakan
suatu kesatuan, yang mana dapat dipergunakan sebagai bukti kepemilikan. Sebagaimana tercantum dalam penjelasan dari Pasal 24 Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,
44
terdapat alat bukti tertulis untuk dapat membuktikan kepemilikan atas tanah yang dapat digunakan bagi pendaftaran
hak-hak lama dan merupakan dokumen yang lengkap untuk kepentingan pendaftaran tanah antara lain: grosse akta hak eigendom, surat tanda bukti hak milik yang
44
Penjelasan Pasal 24 m, lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana tercantum dalam Pasal II, Pasal IV dan Pasal VII ketentuan konversi UUPA.
Universitas Sumatera Utara
diterbitkan berdasarkan peraturan swapraja yang bersangkutan, sertipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri No. 9 Tahun 1959, surat keputusan
pemberian hak milik dari pejabat yang berwenang baik sebelum atau sejak berlakunya UUPA, petuk Pajak Bumi sebelum berlakunya PP No. 10 Tahun 1961,
akta pemindahan hak yang dibuat di bawah tangan yang dibubuhi kesaksian oleh Kepala AdatKepala DesaKelurahan yang dibuat sebelum berlakunya PP No. 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dengan disertai alas hak yang dialihkan, akta pemindahan hak yang dibuat oleh PPAT, akta ikrar wakaf, risalah lelah yang dibuat
oleh Pejabat Lelang, surat penunjukan atau pembelian kavling tanah yang diambil pemerintah, surat keterangan riwayat tanah yang dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak yang dialihkan.
45
Surat Keterangan Tanah yang mana merupakan alas hak yang banyak dipergunakan di berbagai daerah terdapat istilah yang berbeda akan tetapi hal ini
sama halnya dengan surat dasar atau sebagian masyarakat menyebutnya dengan “SK Camat” dan hal ini termasuk dalam lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan
nama apapun juga. Surat Keterangan Camat yang dahulunya dikuasai oleh seseorang di terbitkan
surat oleh desa berupa ijin tebas tebang, untuk membuktikan mereka dapat mengakui tanah tersebut maka dikeluarkan Surat Keterangan Tanah di singkat SKT. Kemudian
penggarap hendak menjual tanah ini, oleh para pihak kedesa atau lurah, tanda
45
Andi Sufiarma, Surat Di Bawah Tangan Sebagai Dasar Penerbitan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah,
http:fiaji.blogspot.com201005surat-di-bawah-tangan-sebagai-dasar.html , terakhir
diakses pada tanggal 17 Juli 2012
Universitas Sumatera Utara
buktinya adalah ganti rugi dari segala hal yang telah dikeluarkan oleh pengarap tersebut maka dirancanglah oleh perangkat desa mengenai ganti rugi hingga sekarang
disebut dengan surat keterangan ganti rugi. Hal ini terjadi setelah tahun 1970-an keatas sehingga surat keterangan tanah yang terbit sebelum tahun 1970 tidaklah ada.
46
Surat keterangan ganti rugi ini dibuat oleh pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang tanahnya diganti rugi penggarap dan pihak yang memberi kerugian
pembeli. Prosesnya cukup sederhana, dimulai dengan kesaksian ketua Rukun Tetangga RT, ketua Rukun Warga RW, kemudian diketahui oleh kepala desa,
disetujui oleh kepala desa atau lurah dan seterusnya dikuatkan oleh camat serta saksi- saksi.
Proses mendapatkan hak milik atas tanah seperti ini jika merujuk pada undang-undang pokok agraria, surat keterangan tanah merupakan proses awal atau
alas hak untuk mendapatkan sertipikat hak atas tanah. Namun dengan mengantongi surat keterangan tanah tersebut masyarakat merasa haknya sudah aman dan
terlindungi, meskipun dalam praktek penerbitan Surat Keterangan Tanah banyak hal negatif yang dijumpai. Surat Keterangan Tanah ini diakui juga oleh pemerintah
sebagai salah satu bukti dalam pengajuan sertipikat bagi hak milik untuk mendapatkan suatu hak berdasarkan UUPA.
Pengajuan pendaftaran
tanah guna
mendapatkan sertipikat
belumlah terlaksana sebagaimana mestinya disebabkan adanya kendala-kendala seperti halnya
46
Hasil wawancara dengan Ridwan Lubis, Kasubsie Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan Kota Medan, tanggal 14 Juli 2012
Universitas Sumatera Utara
letak geografis Indonesia, lamanya waktu pendaftaran dibeberapa wilayah serta faktor biaya pendaftaran tanah yang cukup tinggi sehingga bagi yang perekonomiannya
rendah menganggap cukup hanya dengan memiliki Surat keterangan ganti rugi saja sebagai alas hak, hal-hal inilah yang menyebabkan masih rendahnya kesadaran dari
masyarakat dalam hal pensertipikatan atas tanah. Sehingga masyarakat lebih memilih memakai Surat Keterangan Tanah yang dibuat oleh Camat ataupun Lurah dan Kepala
Desa yang mana harganya lebih terjangkau.
2. Camat Sebagai Perangkat Daerah Yang Mengeluarkan Surat Keterangan Tanah