3 Bahan hukum tertier.
26
Yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.
Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan pedoman wawancara, yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dari
pihak pihak Kantor Pertanahan Kota Medan yang berkaitan dengan perlindungan hukum pembeli hak atas tanah melalui jual beli berdasarkan alas hak yang berasal
dari surat keterangan tanah. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu sehingga diperoleh data yang
diperlukan sebagai data pendukung dalam penelitian tesis ini.
3. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan studi dokumen
yaitu dengan melakukan inventarisasi dan sistematisasi literatur yang berkaitan dengan perlindungan hukum pembeli hak atas tanah melalui jual beli berdasarkan
alas hak sertipikat yang berasal dari surat keterangan tanah, selain itu dilakukan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dengan informan, yang
digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dari pihak Kantor Pertanahan Kota Medan terkait dengan perlindungan hukum pembeli hak atas tanah melalui jual
beli berdasarkan alas hak yang berasal dari surat keterangan tanah. Wawancara
26
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu sehingga diperoleh data yang diperlukan dalam penelitian tesis ini.
4. Analisis Data
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang
bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi keragaman.
27
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.
28
Sedangkan metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
29
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara kualitatif dengan mengumpulkan
data sekunder,
selanjutnya dilakukan
pengelompokan dan
penyusunan data secara berurutan dan sistematis, kemudian data yang telah disusun tersebut dianalisis secara kualitatif dengan metode deskriptif analisis sehingga dapat
diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang perlindungan hukum pembeli hak atas tanah melalui jual beli berdasarkan alas hak yang berasal dari surat keterangan tanah.
27
Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 53
28
Lexy J. Moleong, Metode Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal. 103
29
Ibid., hal. 3
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal yang umum untuk selanjutnya
menarik hal-hal yang khusus, untuk menjawab seluruh permasalahan yang telah dirumuskan.
Universitas Sumatera Utara
21
BAB II KEKUATAN PEMBUKTIAN SURAT KETERANGAN CAMAT SEBAGAI
ALAS HAK KEPEMILIKAN TANAH
A. Kasus Posisi
Dalam perkara Pengadilan Tata Usaha Negara nomor 72G.TUN2005PTUN- MDN, yang menjadi penggugat adalah isteri dan anak-anak selaku para ahli waris
dari almarhum F.M.D. Situmorang yang telah meninggal dunia di Kota Medan pada tanggal 8 September 1998. Para penggugat adalah ahli waris berdasarkan Surat
Keterangan Waris nomor 96SKMKX1998 tanggal 27 Oktober 1998 yang dikeluarkan oleh Camat Medan Kota. Sedangkan yang menjadi tergugat dalam
perkara ini adalah Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan. Awalnya pada tahun 1972 ketika Almarhum F.M.D. Situmorang masih
menjadi Pegawai Negeri Sipil di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Sumatera Utara ada membeli dua bidang tanah kosong dari pembagian untuk
karyawan perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Sumatera Utara yang dikenal dengan kaplingpersil nomor 115 dan 116 yang terletak di
Kampung Helvetia, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang sekarang wilayah Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara. Selanjutnya atas kedua bidang tanah tersebut
oleh Camat Kepala Wilayah Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan telah menerbitkan Surat keterangan tanah masing-masing untuk kaplingpersil nomor 115
sesuai nomor 257SKTMS1975 tanggal 12 Desember 1975 dan untuk kaplingpersil
Universitas Sumatera Utara
nomor 116 sesuai dengan nomor 258SKTMS1975 tanggal 12 Desember 1975 keduanya tercatat atas nama F.M.D. Situmorang.
Bahwa atas kaplingpersil nomor 116 sesuai Surat Keterangan Tanah yang diterbitkan oleh Camat Kepala Wilayah Kecamatan Medan Sunggal dengan nomor
258SKTMS1975 tanggal 12 Desember 1975 seluas kurang lebih 435 m
2
tercatat atas nama Drs. F.M.D. Situmorang adalah mempunyai batas-batas dan ukuran
sebagai berikut : 1. Sebelah timur berbatasan dengan tanah persil nomor 157 sepanjang 15 meter;
2. Sebelah barat berbatasan dengan rencana jalan sepanjang 15 meter; 3. Sebelah utara berbatasan dengan tanah persil nomor 117 sepanjang 29 meter;
4. Sebelah selatan berbatasan dengan tanah persil nomor 115 sepanjang 29 meter. Bahwa kaplingpersil nomor 115 dan nomor 116 yang telah dikuasai dan
diusahai oleh Almarhum F.M.D. Situmorang dan keluarganya tersebut pada tahun 1995 disewakan kepada M. Siregar untuk diusahai dan ditanami padi-padian. Namun
pada tanggal 23 Juni 2005 ketika para penggugat berkunjung dan meninjau lokasi kaplingpersil nomor 116 yang terletak di Guru Sinomba II, Kampung Helvetia,
Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang sekarang masuk wilayah Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara, para penggugat terkejut karena melihat bahwa di
atas tanah kaplingpersil nomor 116 tersebut telah berdiri dan sedang dibangun satu unit rumah milik kepunyaan Naimah dan telah memiliki sertipikat Hak Milik nomor
1970Kel. Helvetia Timur yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan tertanggal 1 Nopember 2004, surat ukur nomor 93Helvetia Timur tanggal 6
Universitas Sumatera Utara
Agustus 2004 seluas 435 m
2
, sementara baik Almarhum F.M.D. Situmorang semasa hidupnya maupun para penggugat tidak pernah menjual tanah kaplingpersil tersebut
kepada orang lain. Bahwa dasar penerbitan sertipikat oleh Kepala Kantor Pertanahan adalah
berdasarkan Surat Keterangan Tanah nomor 318SKTMS1975 tanggal 12 Desember 1975 yang diterbitkan oleh Camat Medan sunggal yaitu jual beli dari seseorang yang
bernama Yohanes Situmorang kepada Diana Hamdan Pulungan dan selanjutnya Diana Hamdan Pulungan menjualnya kepada Naimah.
Bahwa Yohanes Situmorang menguasai tanah seluas 435 m
2
tersebut sesuai dengan Surat Keterangan nomor 318SKTMS1975 tanggal 12 Desember 1975.
Kemudian Diana Hamdan Pulungan memperoleh tanah tersebut dari Yohanes Situmorang berdasarkan Surat Pelepasan Hak Atas Tanah Dan Ganti Rugi yang
dibuat dibawah tangan dengan nomor 15LI1997 tanggal 16 Januari 1997 bertalian dengan Surat Keterangan nomor 593.21621 tanggal 27 Juli 2004, Kemudian setelah
dipenuhinya kewajiban pemohon sertipikat sebagaimana yang dicantumkan dalam Surat Keputusan Pemberian Haknya, maka Kepala Pertanahan menerbitkan Sertipikat
Hak Milik nomor 1970Kel. Helvetia Timur keatas nama Diana Hamdan Pulungan. Kemudian hak atas tanah tersebut pada tanggal 5 Nopember 2004 dijual oleh Diana
Hamdan Pulungan kepada Naimah berdasarkan Akta Jual Beli nomor 2632004 tertanggal 5 Nopember 2004.
Selanjutnya pada tanggal 31 Agustus 2005 para ahli waris F.M.D. Situmorang mengajukan gugatan terhadap Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan untuk
Universitas Sumatera Utara
membatalkan Sertipikat Hak Milik nomor 1970Kel. Helvetia Timur, dalam putusannya Pengadilan Tata Usaha Negara Medan nomor 72G.TUN2005PTUN-
MDN tanggal 8 Maret 2006 telah mengabulkan gugatan para ahli waris F.M.D. Situmorang untuk seluruhnya, menyatakan batal Sertipikat Hak Milik nomor
1970Kel. Helvetia Timur, Kecamatan Sunggal, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara tertanggal 1 Nopember 2004 atas nama Naimah, dan mewajibkan Kepala
Kantor Pertanahan Kota Medan untuk mencabut Sertipikat Hak Milik nomor 1970Kel. Helvetia Timur tersebut.
Dalam putusan banding Pengadilan Tinggi Tata Usaha Medan nomor 53BDG2006PT.TUN-MDN tanggal 17 Juli 2006 isi putusannya menguatkan
Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Medan, demikian halnya dengan putusan kasasi Mahkamah Agung nomor 52 KTUN2007 tanggal 16 Nopember 2007 isi
putusannya menolak permohonan kasasi dari Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan. Dengan demikian maka perkara ini telah berkekuatan hukum tetap, tanpa adanya
upaya hukum lain dari para pihak yang berperkara.
B. Ketentuan Tentang Pembuktian 1. Pengertian Hukum Pembuktian
Hukum pembuktian merupakan salah satu bidang hukum yang cukup tua umurnya. Hal ini dapat dilihat dari peran manusia dalam hidup bermasyarakat yang
pada hakekatnya memiliki keadilan.
30
Pada umumnya pembuktian diperlukan jika terjadinya sengketa dipengadilan atau dimuka hakim. Yang mana hakim bertugas
30
Munir Fuady, Teori Hukum Pembuktian, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 9
Universitas Sumatera Utara
menyelidiki apakah hubungan hukum yang menjadi perkara itu, benar-benar ada atau tidak. Hubungan hukum inilah yang harus terbukti dimuka hakim dan tugas kedua
belah pihak yang berperkara ialah memberi bahan-bahan bukti yang diperlukan oleh hakim.
Dalam arti luas, membuktikan adalah membenarkan hubungan hukum, yaitu misalnya apabila hakim mengabulkan tuntutan penggugat, dikabulkannya tuntutan
tersebut mengandung arti, bahwa hakim menarik kesimpulan bahwa apa yang dikemukakan oleh penggugat sebagai hubungan hukum antara penggugat dan
tergugat, adalah benar berhubung dengan itu dan membuktikan dalam arti yang luas adalah memperkuat kesimpulan hakim dengan syarat bukti yang sah.
31
Dalam arti yang terbatas, pembuktian hanya diperlukan apanbila apa yang dikemukakan oleh
penggugat itu dibantah oleh tergugat dan apa yang tidak dibantah tidak perlu di buktikan.
Pasal 283 RBg163 HIR menyatakan : “ Barangsiapa mengatakan mempunyai suatu hak atau mengemukakan suatu perbuatan untuk meneguhkan haknya itu, atau
untuk membantah hak orang lain, haruslah membuktikan adanya perbuatan itu.” Hal ini juga terdapat dalam Pasal 1865 KUHPerdata yang berbunyi :
”Barang siapa mengajukan peristiwa-peristiwa atas mana dia mendasarkan suatu hak, diwajibkan membuktikan peristiwa-pristiwa itu; sebaliknya barang
siapa mengajukan peristiwa-peristiwa guna pembantahan hak orang lain, diwajibkan juga membuktikan peristiwa-peristiwa itu”.
31
R. Soepomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 1980, hal. 63
Universitas Sumatera Utara
Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk
pada suatu peristiwa diwajibkan untuk membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut. Diantara demikian banyaknya perikatan dalam masyarakat banyak kejadian
diantaranya jual beli, yang merupakan pemindahan hak atas tanah, hal ini sangat penting karena bisa saja kejadian tersebut yang semula tidak bermasalah kemudian
timbul masalah karena dimuka hukum hak yang dimiliki seseorang bisa saja di gugat oleh pihak lain. Dipengadilan masing- masing pihak mengajukan dalil yang saling
bertentangan dimana hakim akan memeriksa dan menetapkan dalil-dalil yang benar dan dalil-dalil yang tidak benar berdasarkan aturan-aturan tentang pembuktian.
Hukum pembuktian dalam hukum acara perdata menduduki tempat yang sangat penting. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa hukum acara atau hukum
formal bertujuan hendak memelihara dan mempertahankan hukum material. Jadi secara formal hukum pembuktian itu mengatur cara bagaimana mengadakan
pembuktian seperti terdapat di dalam RBg dan HIR. Sedangkan secara materil, hukum pembuktian itu mengatur dapat tidaknya diterima pembuktian dengan alat-alat
bukti tertentu di persidangan serta kekuatan pembuktian dari alat-alat bukti tersebut. Dalam jawab menjawab di muka sidang pengadilan, pihak-pihak yang
berperkara dapat mengemukakan fakta-fakta hukum yang dapat dijadikan dasar untuk meneguhkan hak perdatanya ataupun untuk membantah hak perdata pihak lain.
Peristiwa-peristiwa tersebut sudah tentu tidak cukup dikemukakan begitu saja, baik secara tertulis maupun lisan. Akan tetapi, harus diiringi atau disertai bukti-bukti yang
Universitas Sumatera Utara
sah menurut hukum agar dapat dipastikan kebenarannya. Dengan kata lain, peristiwa- peristiwa itu harus disertai pembuktian secara yuridis. Dengan demikian, yang
dimaksud dengan pembuktian adalah penyajian alat-alat bukti yang sah menurut hukum kepada hakim yang memeriksa suatu perkara guna memberikan kepastian
tentang kebenaran peristiwa yang dikemukakan.
32
Mengenai hukum pembuktian telah diatur didalam buku ke empat dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan terdapat dalam Pasal 1865 hingga Pasal 1945
yang mengandung segala aturan-aturan pokok pembuktian dalam perdata, sehingga pembuktian ini hanyalah berhubungan dengan perkara saja.
33
2. Pembuktian Dengan Bukti Tertulis